===========================
F R I E N D S H I P
===========================
Original Sender  : "Gunawan" <[EMAIL PROTECTED]>
----------------------------------------------------------------


----------
From: Inerose <[EMAIL PROTECTED]>
 
Seorang  tukang kayu tua bermaksud pensiun dari pekerjaannya di
sebuah perusahaan  konstruksi real estate. Ia menyampaikan keinginannya
tersebut pada pemilik  perusahaan. Tentu saja, karena tak bekerja, ia akan 
kehilangan penghasilan  bulanannya, tetapi keputusan itu sudah
Bulat. Ia merasa lelah. 
Ia ingin  beristirahat dan menikmati sisa hari tuanya dengan penuh 
kedamaian bersama  istri dan keluarganya. 

Pemilik perusahaan merasa sedih kehilangan salah seorang pekerja 
terbaiknya. Ia lalu memohon pada tukang kayu tersebut untuk
membuatkan Sebuah rumah untuk dirinya. 
 

Tukang kayu  mengangguk menyetujui permohonan pribadi pemilik
perusahaan itu. Tapi, sebenarnya ia merasa terpaksa. Ia ingin segera
berhenti.
Hatinya tidak  sepenuhnya dicurahkan. Dengan ogah-ogahan ia mengerjakan
proyek itu. 
Ia cuma menggunakan bahan-bahan sekedarnya. Akhirnya selesailah
rumah yang  diminta. 

Hasilnya bukanlah sebuah rumah baik. Sungguh sayang ia harus
mengakhiri kariernya dengan prestasi yang tidak begitu  mengagumkan. 
Ketika pemilik perusahaan itu datang melihat rumah yang dimintanya,
ia menyerahkan sebuah kunci rumah pada si tukang kayu. "Ini  adalah
rumahmu," katanya, "hadiah dari kami." 
 
Betapa terkejutnya si tukang kayu. Betapa malu dan menyesalnya.
Seandainya saja ia  mengetahui bahwa ia sesungguhnya mengerjakan rumah
untuk
dirinya sendiri, ia  tentu akan mengerjakannya dengan cara yang lain sama
sekali. Kini ia harus tinggal di sebuah rumah yang tak terlalu bagus hasil 
karyanya sendiri. 
 
Itulah yang terjadi pada kehidupan kita. Kadangkala, banyak dari
kita yang membangun kehidupan dengan cara yang membingungkan. Lebih memilih
berusaha ala kadarnya ketimbang mengupayakan yang baik. Bahkan, pada
bagian-bagian terpenting dalam hidup kita tidak memberikan yang terbaik.
Pada
akhir perjalanan kita terkejut saat melihat apa yang telah kita lakukan
dan menemukan diri kita hidup di dalam sebuah rumah yang kita ciptakan
sendiri. 
 
Seandainya kita menyadarinya sejak semula kita  akan menjalani hidup
ini dengan cara yang jauh berbeda. 
 
Renungkan  bahwa kita adalah si tukang kayu. Renungkan rumah yang
sedang kita bangun. Setiap hari kita memukul paku, memasang papan, 
mendirikan dinding dan atap. Mari kita selesaikan rumah kita dengan 
sebaik-baiknya seolah-olah hanya mengerjakannya sekali saja dalam
Seumur hidup. Biarpun kita hanya hidup satu hari, maka dalam satu hari itu
kita pantas untuk hidup penuh keagungan dan kejayaan. Apa yang bisa
diterangkan lebih jelas lagi. 
 

Hidup kita  esok adalah akibat sikap dan pilihan yang kita perbuat
hari ini. Hari perhitungan adalah milik Tuhan, bukan kita, karenanya
pastikan kita pun akan  masuk dalam barisan kemenangan. 
 
(adapted from "The Builder",  Unknown, thanks to Cecilia Attal) 
 
"Hidup adalah proyek yang kau kerjakan  sendiri". 


----------------------------------------------------------------
Friendship MailingList is provided by PT Centrin Online Tbk
Maintained by   : [EMAIL PROTECTED]
To Post a msg   : Mail to [EMAIL PROTECTED]
To Unsubscribe  : Mail to [EMAIL PROTECTED]
.                 BODY : unsubscribe <Mailing List Name>
For more information, send mail to [EMAIL PROTECTED]
with "HELP" in the BODY of your mail (without quote).
----------------------------------------------------------------

Kirim email ke