Republika, Kamis, 28 September 2006  21:57:00
Pensiunan Jendral Pertanyakan 'Kebenaran' Versi Prabowo

Jakarta-RoL--Sejumlah mantan petinggi militer dari angkatan darat mempertanyakan penjelasan mantan Pangkostrad Prabowo Subianto seputar pengerahan pasukan di sekitar Monas dan Kuningan pada Mei 1998, menyusul penggalan isi buku Habibie yang mengundang reaksi keras putra begawan ekonomi Indonesia Prof. Sumitro Djodjohadikusumo itu.

Mantan Wakasad Letjen (purn) Kiki Syahnakri dan mantan Sekjen Dephankam Letjen (purn) Soeyono mengemukakan kepada ANTARA di Jakarta, Kamis, akhirnya ikut mengementari polemik yang terjadi antara mantan Presiden BJ Habibie dan Letjen Purn Prabowo Subianto, menyusul penggalan cerita yang dimuat dalam buku Habibie.

Kiki dan Soeyono juga sepakat bahwa dalam mengungkapkan kebenaran sejarah, menjadi sesuatu yang sulit, karena kebenaran sejarah dilihat dari beragam versi. Oleh karena itu keduanya mendesak Prabowo agar menulis buku sehingga apa yang dinilai tidak benar oleh Prabowo dari buku Habibie berjudul `Detik-Detik yang Menentukan` dapat diluruskan dalam kebenaran versi Prabowo.

Bagi Kiki Syahnakri dan Soeyono sependapat bahwa ada hal yang unik dari polemik tersebut, keduanya saling memuji, tetapi pada saat yang sama juga saling menyudutkan, sehingga bisa dianggap keterangan yang dimunculkan dapat membingunkan publik.

Menurut mereka tidak baik untuk memaksakan kebenaran orang lain masuk ke kebenaran versi seseorang (kita), terlebih dalam kultur demokrasi Indonesia (kita) yang masih jauh dari matang.

Namun demikian, Kiki Syahknakri mempertanyakan alasan waktu dari penerbitan buku BJ Habibie saat semua partai politik sedang bersiap dalam Pemilu 2009 yang menurutnya sudah dalam waktu yang dekat.

"Kenapa dimunculkan sekarang saat Pemilu 2009 menjelang. Coba pikir lebih dalam," ujarnya.

Soeyono lain lagi, mantan kasum ABRI itu justru mempertanyakan kelayakan posisi Prabowo di sekitar Istana saat Mei 1998, karena semua keberadaan petinggi militer semestinya sepengetahuan Panglima ABRI/Menhankam yang kala itu dijabat Wiranto.

"Saya saja selaku Sekjen dengan Wiranto selaku Menhankam/Pangab terus berkoordinasi, mana yang tugas Pangima ABRI dan mana yang bagian Sekjen Dephan," ujar Soeyono.

Pengalaman semasa Kasum ABRI, tuturnya, memang memudahkan dirinya dalam membantu posisi Wiranto yang menjabat dua tugas sekaligus, yaitu Menhankam/Pangab.

"Atas perintah siapa dia berada di sana, karena sudah ada perintah agar semua petinggi militer `dikunci` di Dephan Jl Merdeka Barat yang disamarkan dengan perintah briefing," katanya.

Sementara itu, Sekjen Dephankam Sjafrie Sjamsoeddin, yang juga teman dekat Prabowo mengatakan, ada mis-informasi yang mungkin sampai pada presiden pada waktu itu. Situasi di lapangan sendiri tidak ada keganjilan apapun yang berkaitan dengan pengerahan kekuatan.

Saat itu jumlah pasukan yang memenuhi Jakarta dan sekitarnya berjumlah 178 satuan setingkat Kompi (SSK) berikut 154 kendaraan tempur. Semuanya itu atas instruksi Panglima Komando Operasi Jaya (saat itu dipegang Sjafrie sendiri).

"Saat itu tidak ada gangguan apapun, ini yang perlu dipahami. Bahwa kemungkinan telah terjadi dis-informasi secara aktual dimana sebenarnya tidak ada hal-hal yang menjadi gangguan saat pengalihan kepemimpinan dari presiden Soeharto kepada wakilnya BJ Habibie," kata Sjafrie.

Lebih jauh Sjafrie tidak mau mengomentari mana yang benar dan mana yang salah. Tetapi dia menjelaskan bahwa pada waktu itu, satu-satunya kendali operasi secara solid harus diikuti oleh seluruh panglima komando utama, seperti Kopassus, Kostrad, Korps Marinir, Kopaskhas berada dalam satu kendali, yaitu Pangkoops Jaya yang juga dipegang oleh Pangdam Jaya.

"Itu pun semuanya di bawah pengendalian supervisi Mabes TNI." demikian Sjafrie.

Kamis pagi (28/9) Prabowo Subianto melakukan jumpa pers dan mengharapkan Habibie merevisi buku yang ditulisnya, khusus yang terkait tentang perbincangan antara Habibie dengan dirinya.

Sedangkan mengenai pengerahan pasukan yang mengepung kawasan Kuningan dan Monas, Prabowo berdalih bahwa semua pengerahan pasukan yang ada berada di bawah kendali Komando Operasi yang dipegang oleh Pangdam Jaya saat itu yaitu Mayjen Sjafrie Syamsudin (sekarang Sekjen Dephan berpangkat Letjen). antara/pur



********************************************************
Mailing List FUPM-EJIP ~ Milistnya Pekerja Muslim dan DKM Di kawasan EJIP
********************************************************
Ingin berpartisipasi dalam da'wah Islam ? Kunjungi situs SAMARADA :
http://www.usahamulia.net

Untuk bergabung dalam Milist ini kirim e-mail ke :
[EMAIL PROTECTED]

********************************************************

Kirim email ke