Salah satu karakteristik bulan suci Ramadhan adalah ia dikenal
juga dengan Syahrud Du’a, bulan terkabulnya doa. Hal ini sebagaimana ditegaskan
oleh Rasulullah saw. dalam hadits yang diriwayatkan Ubadah bin Ash-Shamit ra.,
beliau memberi berita gembira kepada para sahabatnya dengan sabdanya,
أتاكم رمضان شهر بركة يغشاكم الله فيه فينزل الرحمة ويحط الخطايا ويستجيب
فيه الدعاء. ينظر الله تعالى إلى تنافسكم فيه ويباهي بكم ملائكته فأروا الله من
أنفسكم خيراً فإن الشقي من حرم فيه رحمة الله
“ Telah datang kepada
kalian Ramadhan, bulan penuh dengan keberkahan yang dicurahkan Allah kepada
kalian, maka Ia menurunkan rahmat-Nya di dalamnya, menghapus dosa-dosa dan
mengabulkan di dalamnya doa. Allah swt. melihat kepada antusias atau semangat
kalian dalam (mengisi) Ramadhan, dan membangga-bangakan kalian di hadapan para
malaikat-Nya. Untuk itu perlihatkan kebajikan memancar dari diri kalian, sebab
sesungguhnya orang yang celaka adalah orang yang diharamkan atau dijauhkan
rahmat Allah di bulan Ramadhan”. (HR Ath-Thabari).
Sesunguhnya inilah
kesempatan emas untuk banyak memohon kebaikan dunia dan akhirat kepada Allah
swt. Semua obsesi dan keinginan kita tumpah ruahkan kehadirat Ilahi di bulan
suci ini. Sebab, orang yang berpuasa memiliki senjata pamungkas yang tak
terkalahkan dan pasti diijabahi, yaitu doa.
Rasulullah saw. bersabda,
إن للصائم عند فطره دعوةً ما تُرد
“ Sesugguhnya orang yang
berpuasa di saat berbuka puasa memiliki doa yang tidak akan ditolak ” (HR Ibnu
Majah).
Kenapa begitu? Karena orang yang berpuasa hatinya tunduk,
jiwanya pasrah, dan sangat dekat dengan Rabbnya serta patuh kepada-Nya. Ia
sengaja meninggalkan makan dan minum dalam rangka taat kepada Allah swt. Ia
berusaha keras mengekang keinginan syahwatnya sebagai bentuk ketundukan yang
paripurna terhadap Allah swt.
Begitu kuatnya korelasi antara bulan
Ramadhan dengan doa, maka di sela-sela penjelasan tentang kewajiban puasa
Ramadhan dan hukum-hukum yang terkait dengannya dalam surat Al-Baqarah 183-187,
Allah swt. justru menengah-nengahinya dengan penjelasan tentang doa. Bukan
shalat, bukan zakat, juga bukan haji atau syahadat yang disinggung, melainkan
doa. Allah swt. berfirman, “ Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu
tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan
permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka
itu memenuhi (segala perintah) Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar
mereka selalu berada dalam kebenaran ” (Al-Baqarah: 186).
Ayat ini
didahului dengan ayat-ayat yang menjelaskan tentang puasa (Al-Baqarah: 183-185)
dan diakhiri dengan ayat yang terkait dengan puasa pula (QS Al-Baqarah: 187).
Tentunya kita yakin seyakin-yakinnya, bahwa penyusunan urutan ayat-ayat tersebut
bukan tanpa hikmah. Salah satu hikmah yang bisa kita tangkap adalah urgensi dan
posisi doa bagi orang yang sedang menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadhan.
Ayat tersebut turun dilatarbelakangi oleh pertanyaan seorang badui
(orang dusun) yang bertanya kepada Nabi saw., “ Ya Rasulullah, apakah Rabb kita
dekat sehingga cukup kita bermunajat (berbisik atau berucap pelan), ataukah Ia
jauh hingga harus kita panggil (dengan keras)?” Nabi Saw diam, lalu Allah swt.
menurunkan ayat 186 dari surat Al-Baqarah tersebut (Tafsir Ibnu Katsir I/196).
Agar doa kita dikabulkan oleh Allah swt., maka kita mesti mengetahui dan
memperhatikan syarat, etika, dan sebab-sebab terkabulnya doa, yang tentu saja
tidak mungkin dibahas secara rinci di sini. Namun demikian, di dalam ayat di
atas sesungguhnya Allah swt. secara implisit telah menyinggung 2 (dua) syarat
terkabulnya, yaitu:
- “ Fal yastajiibuuli ”.
Berusaha secara maksimal memenuhi segala
perintah Allah swt. Sebab, bagaimana akan dikabulkan doa kita, jika saat kita
berdoa kepada Allah swt., ternyata pada saat yang sama kita juga bermaksiat
kepada-Nya.
- “ Wal yu’minuubi ”.
Mengimani Allah swt. dengan sebenar-benarnya.
Termasuk di sini adalah mengimani dan tsiqah (percaya) dengan pemberian dan
karunia Allah swt.
Karena itulah Rasulullah saw. melarang seseorang berdoa
kepada Allah dengan mengatakan:
اللهم اغفرلي إن شئت
“ Ya
Allah, ampunilah (dosa-dosa)ku jika Engkau kehendaki ” (HR
Muslim).
Dalam kehidupan seorang muslim, doa sangat erat kaitannya
dengan kwalitas dan ubudiyah (pengabdian)nya kepada Allah swt. Dengan doa
kesempurnaan ubudiyah seorang hamba kepada Allah swt. benar-benar dapat
terealisasi.
Doa mempunyai pengaruh yang sangat dahsyat bagi kehidupan
seorang muslim, apalagi saat berdoa ia dalam keadaan berpuasa. Doa akan
menjanjikan faedah-faedah duniawi dan ukhrawi, di antaranya:
- Ibadah kepada Allah swt., tunduk dan patuh kepada-Nya. Dan inilah hakekat
tujuan ibadah dan buahnya.
- Sebagai asset ukhrawi, tabungan pahala di sisi Allah di akhirat nanti
manakala tidak dikabulkan permohonannya di dunia. Tentu saja ini lebih bagus
dan lebih bermanfaat.
- Dengan berdoa kepada Allah sesungguhnya kita telah memurnikan dalam
mentauhidkan-Nya. Sebab, saat itu kita telah memutus ketergantungan kita
kepada manusia dan tamak terhadap apa yang dimilikinya.
Nah,
haruskah kita sia-siakan lagi hari-hari Ramadhan ini dengan melewatinya tanpa
satu permohonan apa pun yang kita minta kepada Allah, padahal inilah saatnya doa
tak lagi ditolak!!?
Sumber :
30 Tadabur Ramadhan - Menjadi Hamba
Rabbani - IKADI