kayaknya yg ke-12 dech yg blom ada....gmn pak
Ustadz?
----- Original Message -----
Sent: Tuesday, October 10, 2006 1:16
PM
Subject: Re: [ FUPM-EJIP ] Tadabbur 17 :
Membangun Taqwa dalam Seni diBulanRamadhan
yang ke-15 mana ?
----- Original Message -----
Sent: October 10, 2006 3:08 PM
Subject: [ FUPM-EJIP ] Tadabbur 17 :
Membangun Taqwa dalam Seni di BulanRamadhan
Tadabbur 17 : Membangun Taqwa dalam Seni di
Bulan Ramadhan Senin, 09
Oktober 06 - oleh : Redaksi
Esensi seni adalah ungkapan keindahan yang dirasakan dalam
hati, dalam bentuk tulisan, kata-kata, gambar atau suara Dan sebagainya.
Dalam menuntut kreativitas budaya manusia, Al-Qur’an dan Al-Hadits hanya
memberikan petunjuk secara umum. Bahkan sering memberikan isyarat-isyarat
tertentu yang pengembangannya diserahkan kepada manusia, termasuk kebudayaan
(hasil karya akal budi manusia). Allah swt. telah membekali manusia dengan
akal budi, justru untuk mengembangkan aspek-aspek kehidupan yang diatur
secara rinci dalam Wahyu Ilahi. Sebagai perbandingan silakan tadabburi ayat
6 surat Ath-Thur:
" Dan laut yang di dalam tanahnya ada api "
(Ath-Thur: 6).
Ayat ini menerangkan bahwa di bawah laut ada api.
Secara kontekstual menjelaskan bahwa di bawah laut ada energi. Ternyata
sesuai dengan bukti ilmiah bahwa di dalam laut ada minyak dan gas bumi yang
merupakan sumber energi utama.
Dalam surat Al-Hadid ayat 25 Allah
berfirman,
" Dan Kami ciptakan besi yang padanya terdapat kekuatan
yang hebat dan berbagai manfaat bagi manusia, (supaya mereka mempergunakan
besi itu) dan supaya Allah mengetahui siapa yang menolong (agama) Nya dan
rasul-rasu-lNya padahal Allah tidak dilihatnya. Sesungguhnya Allah Maha Kuat
lagi Maha Perkasa" (al-Hadid: 25).
Realitanya sesuai dengan bukti
ilmiah bahwa besi logam yang mengandung magnet elementer, sebagai sumber
listrik.
Demikian pula halnya dengan masalah kesenian, Islam hanya
memberikan isyarat umum tentang kesenian, ketika Rasulullah saw. bersabda,
إن الله جميل يحب الجمال
“ Allah itu Indah dan mencintai
keindahan” (HR. Muslim).
Maksudnya, jika esensi kesenian adalah
pengungkapan rasa indah, maka Allah swt. tidak melarang kegiatan-kegiatan
bernuansa seni. Namun masalahnya adalah: Seni Islam yang mana dan kesenian
yang bagaimana ?
Seni yang diperkenankan bahkan diridhai Allah swt.
ialah seni yang mengungkapkan sikap pengabdian kepada Allah swt. “Seni
menjadi Islami jika ia mengungkapkan pandangan hidup muslim”. Karena tidak
ada seni tanpa melalui hubungan batin antara seni dan spiritualitas
senimannya atau penikmat seni itu. Maka, dapat dikatakan bahwa “Seni Islam”
timbul dari realitas Spiritual Islam yang menjelma dalam bentuk indrawi dan
menjadi faktor untuk mendekatkan diri kepada Allah swt.
Inti
realitas spiritual Islam adalah kesadaran akan keesaan Allah yang
dicontohkan Nabi Ibrahim as. sebagaimana dalam firman Allah swt.,
"
Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat
yang baik (kalimat Tauhid) seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan
cabangnya (menjulang) ke langit. Pohon itu memberikan buahnya pada tiap
musim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpmaan itu untuk
manusia supaya mereka selalu ingat" (Ibrahim: 24-25).
Ayat di atas
menjelaskan bahwa iman seorang mukmin di samping berfungsi sebagai perisai
dirinya dari malapetaka hidup dan kehidupan, ia juga merupakan simbol pohon
kehidupan yang mendasari semua kegiatan hidup muslim.
Dengan kata
lain, bahwa setiap aktivitas hidup seorang mukmin hendaknya dilandaskan pada
nilai-nilai iman, agar tidak keluar dari rel dan jalur semestinya. Termasuk
seni, tanpa adanya rambu-rambu yang meneranginya, seni dapat menjerumuskan
pelakunya ke jurang kenistaan. Karenanya, tidak ada dalam kamus Islam
istilah "art for art" seni untuk seni. Yang ada adalah "seni untuk
menunjukan pengabdian dan ketaatan kepada sang Khaliq".
Seni yang
merupakan refleksi asli kejiwaan setiap anak manusia, juga memerlukan
kontrol sosial. Sebab, tanpa kontrol sosial terhadap seni, tidak jarang
orang 'mabuk' seni. Seakan-akan seni adalah hidupnya, aktivitas seni bagai
segala-galanya, ia lupa diri bahwa di sisi kanan kirinya, bahkan di atas dan
di bawahnya ada yang mengintainya yakni kehidupan sosial. Ia tidak mungkin
hidup sendiri, kebebasan jiwanya ditemani dengan kebebasan lain dari
lingkungan sosialnya. "Kebebasan beraktivitas seninya berakhir saat dimulai
kebebasan orang lain".
Fungsi sosial seni sering terabaikan. Seni
selayaknya berperan juga sebagai alat kontrol dan penggugah nurani serta
rasa keadilan. Tapi sangat disayangkan, peran-peran itu kurang berjalan
dengan baik. Seniman dan penikmat seni hanya berseni pada aspek keindahan
atau asyik dengan karya seninya, tidak mau repot ikut menjalankan kontrol
sosial dan mendidik masyarakat. Bahkan tidak memberi kontribusi bermanfaat
bagi masyarakat.
Ironisnya, mereka menampilkan seni destruktif dan
arogan di balik tameng “art for art”, kebebasan berkreasi dan berimajinasi.
Dalam bidang seni lukis atau seni rupa, ada buku “Syuga” berisi foto-foto
bugil Dewi Sukarno. Farah Fawcett dengan foto-foto bugilnya di majalah
Play-Boy. Dalam dunia perfilman, ada fenomena penolakan kritik terhadap
adegan ranjang, karena tuntutan artistik dalam sinematografi.
Dalam
dunia musik dimunculkannya lagu-lagu 'cengeng' dan 'murahan', musik yang
memekakkan gendang telinga dan membutakan mata hati. Dalam sastra, karya Ki
Panji Kusmin “Langit Makin Mendung” berisikan pelecehan terhadap nilai-nilai
agama. Di dunia internasional kita mendengar nama Taslima Nasrin dari
Bangladeh mengikuti jejak Salman Rushdi, yang membuat heboh dunia Islam
dengan karyanya “The Satanic Verses”.
Seni bukan segala-galanya
dalam kehidupan muslim. Seni tidak dilarang oleh Islam, tetapi Islam
mengarahkan seni agar lebih bernilai dan bermakna bagi keimanan dan
keislaman setiap muslim. Maka, seni ditempatkan dalam domain tahsiniah
(suplemen), bukan dalam domain hajiyah (skunder) apalagi dharuriyah
(primer).
Dari sini, kita dapat pahami bahwa seni hendaknya
mengikuti aturan-aturan Ilahiyah yang menempatkan seni pada kategori
"mubahat" (sesuatu yang dibolehkan, namun tidak bernilai "laghw" (sia-sia
belaka). Karena ada masalah-masalah yang lebih penting dari soal seni yang
berstatus suplemen; di sana ada masalah primer dan sekunder yang harus
diperhatikan oleh setiap muslim dalam kehidupan.
Sebagai contoh,
model seni adalah nash-nash hadits yang berisi ancaman terhadap alat musik
dan penggunaannya cukup memberikan peringatan keras, yang harus disikapi
dengan berhati-hati dalam menggunakan alat musik. Selain adanya nash-nash
hadits yang menjelaskan rukhsah penggunaan alat musik seperti “duff”
(rebana) pada kesempatan-kesempatan tertentu.
Ikhtilaf di kalangan
ulama tentang musik dan lagu hendaknya dihargai. Sebab, ikhtilaf di antara
mereka sebenarnya dalam hal penggunaan alat musik dan lagu yang tidak
mendatangkan mudharat dan dalam tempat serta suasana yang tidak bernuansa
maksiat. Selain itu, mereka sepakat bahwa musik yang dimainkan atau lagu
yang didendangkan untuk dan dalam kondisi, suasana atau tempat maksiat tidak
dibenarkan syariat Islam.
Ramadhan merupakan bulan yang sangat cocok
untuk banyak merenung sambil mengevaluasi diri, agar aktivitas seni yang
dijual dan ditayangkan serta dipersembahkan kepada masyarakat hendaknya
diarahkan kepada seni yang konstruktif. Seni yang memainkan peran kontrol
sosial bagi kehidupan bangsa dan negara.
Seni yang mengingatkan
nurani agar senantiasa melakukan yang terbaik bagi hidup dan kehidupan. Seni
yang melembutkan sikap dan perilaku para pelaku kehidupan berbangsa. Seni
yang menggugah nurani para pemimpin bangsa agar selalu berorientasi pada
kepentingan negara. Seni yang mengingatkan nurani masyarakatnya agar
senantiasa bersikap dewasa dalam mengkritisi para negarawan kita.
Ramadhan hendaknya dapat dimanfaatkan untuk mentakwakan seni bagi
kehidupan, agar menjadi seni yang bermoral, bermartabat, bahkan menjadi seni
yang diridhai, tidak hanya oleh masyarkat yang cinta damai, tetapi lebih
penting lagi dicintai dan diridhai oleh Allah swt.
Anda boleh
bersyair ria, tetapi bukan syair yang diungkapkan seorang Abu Nawas:
"jangan kau hina diriku, karena penghinaan itu tipuan obati diriku
dengan dirinya (pacarnya) sebagai obat".
Atau kata-kata Penyair Arab
Syauqi :
"Ramadhan telah memalingkan dirinya (pacarnya) wahai
pendambanya yang senantiasa rindu, mencari kerinduannya"
Atau lebih
buruk lagi ungkapan seorang pujangga Eliya Abu Madhi dalam qashidahnya
"ath-thalasim",
" aku datang, tidak tahu dari mana, tetapi aku telah
datang aku melihat jalan di depanku, aku pun berjalan bagaimana aku datang,
bagaimana aku melihat? aku pun tak tahu"
Bahayanya ungkapan ini
karena mengindikasikan sikap ragu dan keraguan terhadap dasar-dasar
keimanan, asal usul penciptaan, akhir kehidupan dan kenabian.
Atau
anda pernah mendengar sebuah lagu yang syairnya "Dunia adalah rokok dan
cangkir" sebagai ekspresi "fly" dengan sebatang rokok dan secangkir khamr.
Memelihara pandangan, pendengaran, lidah dan langkah-langkah gerak
kaki anda merupakan bagian dari shaum anda. Menjaga hati dan menahan emosi
serta mengarahkan keinginan-keinginan jiwa juga bagian yang tak terpisahkan
dari shaum anda. Sebab, shaum tidak hanya dari menahan lapar dan dahaga,
tetapi menahan semua anggota badan dari perbuatan tidak baik juga adalah
shaum yang diinginkan Allah, agar para pelaku dan peserta ujian Ramadhan
berhasil meraih predikat muttaqin (orang-orang bertakwa).
Karenanya,
saat jiwa anda berontak meminta kebutuhan keindahan seni, sebenarnya saat
itu anda diuji untuk mengarahkan keinginan itu ke arah yang disukai Allah
swt. dan Rasulullah saw. Mendengarkan dan membaca Al-Qur'an di bulan
Ramadhan, ternyata juga mampu melembutkan hati dan menjernihkan pikiran
serta membersihkan sikap perilaku pembaca dan pendengarnya.
Sesekali
hibur dengan bacaan shalawat dan lagu-lagu nasyid yang menggugah hati dan
membangun spirit bekerja dan berjuang, seperti nasyid dalam album Snada :
Wahai saudaraku mari bersama Kita bersatu berjuang
Menegakkan panji Ilahi Agar berjaya slamanya Hidup di dunia
hanya sementara Jangan kau sampai terlena Bersiaplah mulai saat ini
Menuju hidup abadi
Reff. Mari bersama kita bahu membahu
Untuk mencapai tujuan mulia Menggapai ridho Ilahi
Ya Allah….
ya Ilahi Robbi Teguhkanlah iman kami Dalam menempuh jalanMu
Boleh juga sesekali menghibur diri dengan menyaksikan tayangan TV
pada program yang sehat dan menyehatkan. Jangan sekali-kali merusak shaum
dengan tontonan yang 'menjijikan'. Demikian juga menghibur diri dengan seni
berpenampilan islami yang tidak merusak shaum dan tidak mengurangi pahala
dan nilai shaum. Insya Allah seni seperti itu mendapat status "TAKWA SENI"
yang dibangun di bulan Ramadhan. Semoga kita berhasil. Amien.
Sumber
: 30 Tadabur Ramadhan - Menjadi Hamba Rabbani -
IKADI
******************************************************** Mailing
List FUPM-EJIP ~ Milistnya Pekerja Muslim dan DKM Di kawasan
EJIP ******************************************************** Ingin
berpartisipasi dalam da'wah Islam ? Kunjungi situs SAMARADA
: http://www.usahamulia.net
Untuk bergabung dalam Milist ini kirim
e-mail ke
: [EMAIL PROTECTED]
********************************************************
******************************************************** Mailing
List FUPM-EJIP ~ Milistnya Pekerja Muslim dan DKM Di kawasan
EJIP ******************************************************** Ingin
berpartisipasi dalam da'wah Islam ? Kunjungi situs SAMARADA
: http://www.usahamulia.net
Untuk bergabung dalam Milist ini kirim
e-mail ke
: [EMAIL PROTECTED]
********************************************************
The information transmitted is intended only for the person or the entity to which it is addressed and may contain confidential and/or privileged material. If you have received it by mistake please notify the sender by return e-mail and delete this message including any of its attachments from your system. Any use, review, reliance or dissemination of this message in whole or in part is strictly prohibited. Please note that e-mails are susceptible to change. The views expressed herein do not necessarily represent those of PT Astra International Tbk and should not be construed as the views, offers or acceptances of PT Astra International Tbk.
|
|