-----Original Message----- From: [EMAIL PROTECTED] [mailto:[EMAIL PROTECTED] Behalf Sent: Friday, November 10, 2006 9:49 PM To: [EMAIL PROTECTED] Subject: [Saksi] F Mengapa Harus Salafi?
http://www.eramuslim.com Mengapa Harus Salafi? Kamis, 9 Nov 06 09:54 WIB Kirim Pertanyaan | Kirim teman Assalamu'alaikum wr. wb. Mudah-mudahan Allah selalu melimpahkan rahmat bagi Ustadz dan keluarga. Maaf pak ustadz, pertanyaan saya panjang. Dari sebuah situs Islam www.assunnah.or.id saya membaca artikel dari Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani yang berjudul "Mengapa harus Salafi?" di antaranya menyebutkan "Siapa saja yang memisahkan antara Al-Kitab dan As-Sunnah dengan As-Salafus Shalih bukanlah seorang yang benar selama-lamanya." Dan juga artikel dari beliau lainnya yang menyebutkan, "Sesungguhnya kelompok atau perkumpulan Islam mana saja yang tidak tegak di atas kitab Allah dan sunnah Rasul-Nya shallallahu alaihi wassalam serta di atas manhaj salafus shalih tentu ia dalam kesesatan yang nyata!" Dalil ini seringkali digunakan teman-teman saya yang mengaku salafi untuk menganggap orang lain yang bukan salafi sesat dan bidah. Pertanyaan saya: 1. Sebenarnya apakah salafi itu? dan apakah hanya ada satu salafi dalam Islam? 2. Pak ustadz pernah menuliskan derajat keshahihan suatu hadis seringkali berbeda dalam pandangan para ulama, apakah ulama-ulama salafi selalu satu suara dalam menentukan keshahihan suatu hadis dan satu suara dalam mentafsirkan hadis atau al-Quran? 3. Jika para ulama salafi bisa berbeda pendapat, jadi yang mana salafi yang benar? 4. Dalam tulisan-tulisan Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani, terkesan sangat tegas dalam menganggap sesuatu itu bidah atau sesat, di mana ulama lain menganggap tidak bidah atau sesat, bagaimana sikap kita seharusnya? 5. Dalam artikel lain disebutkan Hizbut Tahrir dan Jamaah Tabligh adalah sesat? Benarkah? Di mana letak kesesatan mereka? Secara lahir, mereka tampak sangat zuhud dan ahli ibadah, serta rata-rata sepengetahuan saya berakhlak sangat baik (sangat berhati-hati dalam ibadah, bergaul, banyak-banyak berzikir dan sebagainya). Terima kasih banyak pak ustadz, mudah-mudahan melimpahkan hidayah-Nya bagi kita semua. Amin Wassalamu'alaikum wr. wb. Mohammad Agus Sulistyono agusme at eramuslim.com Jawaban Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Salaf itu bukan nama sebuah jamaah, organisasi atau pun kelompok. Tetapi salaf itu adalah nama periode dalam sejarah Islam. Yang artinya adalah zaman terdahulu. Lawan kata salaf adalah khalaf yang artinya masa yang ada kemudian. Salafi adalah sifat seseorang atau sekelompok orang beserta pemikirannya atau sikap yang nisbahkan atau dikaitkan dengan apa yang ada di masa terdahulu. Maksudnya masa nabi Muhammad SAW serta para shahabatnya, hingga para pengikutnya. Sebagai lawan dari orang, pemikiran atau sikap yang dinisbahkan kepada masa sesudahnya. Dan pada hakikatnya, semua umat Islam ini harus menjadi salafi dalam arti yang sesungguhnya. Yaitu selalu mengacu dan berparameter kepada masa nabi SAW dan para shahabat. Tetapi maknanya bukan berarti hari ini kemana-mana kita harus naik unta, atau minum susu kambing mentah, atau mengganti nasi dengan tepung syair sebagaimana makanan nabi saat itu. Sikap yang begini bukan salafi yang dimaksud. Bentuk kesalafian kita adalah kalau kita shalat, maka tata cara shalat kita ini mengacu kepada shalatnya nabi Muhammad SAW. Begitu juga pada saat kita berpuasa, zakat, haji dan mengerjakan amal ibadah lainnya. Termasuk juga dalam hal beraqidah dan bertauhid. Semua itu harus dikembalikan kepada apa yang telah ditetapkan oleh beliau dan para shahabat di masa lalu. Maka ungkapan Syeikh Nasiruddin Al-Albani 100% benar. Tidak ada yang salah dengan ungkapan beliau. Coba perhatikan baik-baik perkataan beliau, "Sesungguhnya kelompok atau perkumpulan Islam mana saja yang tidak tegak di atas kitab Allah dan sunnah Rasul-Nya shallallahu alaihi wassalam serta di atas manhaj salafus shalih tentu ia dalam kesesatan yang nyata." Kita setuju sekali dengan pernyataan beliau. Sebab kelompok atau perkumpulan yang mengaku Islam tapi tidak tegak di atas kitab Allah dan sunnah Rasulnya serta manhaj salafus-shalih, pastilah bukan kelompok Islam. Misalnya, ada kelompok yang mengaku Islam, tetapi dasarnya bible, atau kitab primbon, atau undang-undang buatan manusia atau apa pun selain Quran dan Sunnah, tentu kita sepakat bahwa kelompok itu sesat. Mengaku Salafi Lain Syeikh Nasiruddin Al-Albani lain pula orang yang mengaku jadi pengikutnya. Boleh jadi orang yang mengaku sebagai salafi tidak dikenal oleh beliau, sehingga ketika membawa-bawa nama Syeikh dengan cara yang tidak bertanggung-jawab, beliau sama sekali tidak tahu. Sementara dari segi ilmu, akhlaq dan adab, perbedaan antara keduanya bisa jadi sangat jauh. Yang satu seorang ulama ahli hadits sedangkan yang lain bukan. Kecuali hanya mengaku-ngaku menjadi pengikutnya. Ketika kelompok ini memvonis bahwa semua orang yang tidak salafi itu sesat, kita masih bisa menerima. Sebab setiap muslim memang harus menjadi salafi dlaam arti yang sesungguhnya.Tetapi ketika mereka mengklaim bahwa yang salafi itu hanya kelompok mereka sendiri saja, sedangkan umat Islam yang tidak menyatakan kesetiaan kepada kelompok mereka langsung dicap sebagai bukan salafi kemudian pasti sesat, sebenarnya mereka sudah terjebak dengan wacana yang mereka buat sendiri. Cara pandang seperti ini sangat berbahaya, karenanya harus diluruskan. Siapa yang bisa menjamin bahwa klaim bahwa diri mereka adalah salafi? Dan dari mana mereka bisa memastian bahwa selain diri mereka, semua orang pasti bukan salafi dan kemudian pasti sesat? Lebih parah lagi kalau sampai kepada pemikiran begini, semua umat Islam yang cara ibadahnya tidak sama dengan mereka, dipandang sebagai bukan kelompok mereka. Lalu karena bukan kelompok mereka, divonislah sebagai bukan salafi. Dan karena bukan salafi, maka dimasukkan ke dalam kelompok orang sesat. Jelaslah logika ini logika ngawur dan asal-asalan saja. Sama sekali tidak berangkat dari sebuah kajian ilmiyah, bahkan bertentangan dengan manhaj salaf itu sendiri. Khilaf Dalam Menilai Derajat Keshahihan Hadis Sesungguhnya khilaf pada ulama hadits tentang penilaian mereka atas keshahihan suatu hadits adalah hak yang sudah terjadi sejak dahulu. Suatu hadits yang dishahihkan oleh Imam Bukhari belum tentu masuk ke dalam kitab Shahih Muslim. Demikian juga sebaliknya. Bahkan haditsyang telah masuk ke dalam kitab Shahih Bukhari, oleh sebagian kalangan masih ada yang diragukan validitasnya. Misalnya pendapat-pendapat Ibnu Khuzaemah atau bahkan Syeikh Nasiruddin Al-Albani sendiri. Pendeknya, berbeda pendapat bukan hal yang asing di kalangan ulama salaf. Bahkan khilaf di antara ulama yang sering dijadikan tokoh rujukan oleh mereka yang mengaku salaf, tidak pernah sepi dari perbedaan pandangan. Begitu banyak pendapat Syeikh Nasirudin Al-Albani rahimahullah yang bertentangan dengan pendapat Syeikh Bin Baz. Dan pendpat keduanya juga seringkali berbeda dengan pendapat Syeikh Al-'Utsaimin. Padahal para ulama itu seringkali dijadikan rujukan utama. Fatwa dan hasil ijtihad mereka selalu menghiasi lembar-lembar dakwah kalangan ini. Walhasil, kalau ada saudara-saudara kita yang saling menuding sebagai sesat atau ahli bid'ah, bahkan sampai tidak mau bertegur sapa satu dengan lainnya, hanya lantaran perbedaan pendapat dalam ijtihad, sungguh sangat disayangkan. Sebab yang mereka sikapi dengan arogan itu sesungguhnya hanya sebuah pendapat di antara sekian banyak pendapat. Lebih tepat bila sikap kasar dan keras itu ditujukan kepada orang-orang kafir harbi yang jelas-jelas telah membunuh jutaan nyawa umat Islam, semacam Slobodan Milosevic, George Bush atau Tony Blair. Tapi kalau hanya karena berbeda cara menilai keshahihan suatu hadits, lantas kita memaki-maki saudara muslim kita sendiri, bahkan menyudutkan, menggunjingkan, aau malah memvonisnya sebagai ahli neraka, sungguh sangat memalukan. Tetapi itulah kenyataannya, saling maki dan saling cela itu bahkan ditulis di berbagai macam situs yang dibaca oleh ribuan orang, bahkan diterbitkan dalam berbagai majalah dan buku, termasuk di dalam VCD dan kaset, padahal penyebabnya hanya sebatas perbedaan pendapat, sungguh merupakan azab buat umat Islam. Fatwa Al-Albani Yang 'Tegas' Beliau adalah sosok ulama yang telah banyak berjasa kepada umat Islam. Karya beliau dalam bidang hadits itu tentu sangat membantu dan bermanfaat besar. Tidak ada seorang pun yang menolaknya. Dan sebagai ulama besar, tentu wajar bila kita dibolehkan untuk mengambil pendapat beliau, meski derajat beliau belum sampai ke tingkat mujtahid mutlak, sebagaimana keempat Imam mazhab. Dan tidak salah bila kita belajar dari beliau, memanfaatkan ilmunya, serta mengambil banyak pendapatnya. Akan tetapi, bukan berarti sikap yang benar adalah menjadikan beliau sebagai satu-satunya sumber kebenaran, atau menjadikannya satu-satunya tolok ukur kebenaran. Sebagai mujtahid di bidangnya, beliau berhak untuk berfatwa. Namun tidak seorang pun yang selalu benar dalam semua ijtihadnya. Mungkin saja dalam hal-hal tertentu, pendapat beliau tidak disepakati oleh ulama lainnya, yang juga tidak kalah keilmuannya. Dan kita juga tahu bahwa tidak ada seorang pun yang boleh secara mutlak wajib diikuti semua perkataannya kecuali hanya Rasulullah SAW. Setiap manusia, boleh diikuti perkataan tapi boleh juga tidak diikuti, kecuali Al-Ma'shum Sayyiduna Muhammad SAW. Maka kita tidak perlu stress dulubila telah menjalankan suatu bentuk ibadah tertentu, tetapi ternyata oleh beliau dikatakan sebagai bid'ah, sesat atau batil. Kita harus tahu bahwa apa yang beliau katakan itu hanyalah hasil ijtihad beliau pribadi, belum semua ulama sepakat dengan beliau. Namun bukan berarti kita harus mengurangi rasa hormat kita kepada beliau. Cuma perlu dibedakan antara hormat denganterpaku kepada hasil ijtihadnya. Orang yang dalam segala halnya selalu mengacu kepada pendapat Al-Albani belum tentu berarti dia hormat kepada beliau. Dan sebaliknya, orang yang dalam beberapa tidak menggunakan fatwa beliau jangan langsung divonis tidak hormat. Hizbut Tahrir dan Jamaah Tabligh Sesat? Siapa pun yang menuliskan artikel seperti ini, tentu harus punya hujjah yang kuat dan nyata. Bukan asal tulis dan asal tuding saja. Bahkan seharusnya berangkat dari hasil penelitian langsung, bukan sekedar membaca literatur. Sebab boleh jadi apa yang dituduhkan itu hanya mewakili sikap suatu jamaah di mas lalu, padahal sekarang jamaah itu sudah berubah. Masak kita tidak rela bila ada jamaah yang telah memperbaiki diri? Masak kita justru mengharuskan suatu jamaah selalu sesat selamanya? Dan yang paling penting, setiap vonis yang kita keluarkan wajib kita pertanggung-jawabannya bukan hanya di dunia ini saja, namun yang lebih berat lagi nanti di akhirat. Mungkin ada baiknya sebelum melontarkan tuduhan sesat kepada sesama muslim, kita terlebih dahulu menziarahinya serta bermunaqasyah (diskusi) secara kepala dingin. Agar komplain kita ada sikap saudara kita itu tersampaikan terlebih dahulu kepada yang langsung berurusan. Mungkin saja suatu kelompok atau jamaah punya satu dua kesalahan. Dan hal itu tentu sangat manusiawi. Bahkanmemang kita wajib meluruskan kesalahan yang ada pada saudara kita itu. Tapi kurang bijak rasanya bila setiap kesalahan saudara kita selalu kita sikapi dengan tuduhan sesat, caci maki atau pengumbaran aib mereka, di berbagai media. Seolah kita bergembira kalau ada saudara kita yang salah jalan. Karena bisa kita jadikan bahan pergunjingan dan cemoohan. Nauzubillahi min zalik Tentu sikap seperti ini justru sangat bertentang dengan manhaj nabi SAW, para shahabat dan juga manhaj salafunashshalih. Wallahu a'lam bishshawab, wassalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Ahmad Sarwat, Lc ---------------------- Bagaimana Kiat Mempelajari Kitab Kamis, 9 Nov 06 10:40 WIB Kirim Pertanyaan | Kirim teman Assalamu'alaykum Warahmatullahi Wabarakatuh Ustadz Sarwat yang dirahmati Allah, Saya ingin memperoleh kiat mempelajari suatu kitab, baik kitab hadits maupun fiqh dan aqidah agar dapat memahaminya dengan baik. Apakah pada saat kita mempelajari satu kitab maka harus kita selesaikan bacaannya dan memahaminya dahulu sebelum pindah membaca kitab lain? atau boleh dengan membaca beberapa kitab pada waktu bersamaan? Seberapa efektifkah jika kita membaca beberapa kitab dalam waktu bersamaan? Misal hari ini saya membaca lebih dari 2 kitab yang berlainan. Apakah sebaiknya kitab-kitab yang kita pelajari itu sekaligus kita hafalkan seluruh isinya ataukah cukup dikhatamkan saja? Mohon jawaban dari ustadz. Jazakumullah khair. Safina pindot at eramuslim.com Jawaban Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh, Tentunya tiap orang punya teknik yang berbeda dalam melakukannya. Dan setiap orang bebas memilih semua teknik itu, tergantung yang paling nyaman dan mudah. Dan tentunya tergantung kebutuhan juga. Ada beberapa bentuk dalam mempelajari kitab, semua tergantung kebutuhannya. Misalnya, satu kitab dibaca secara rutin setiap hari. Katakanlah Anda memegang kitab Shahih Bukhari. Setiap menjelang tidur anda membacanya satu bab dan akan tamat membaca hingga beberapa bulan kemudian. Nanti setelah selesai anda bisa menggantinya dengan kitab lainnya. Cara begini boleh-boleh saja dilakukan. Kelebihannya, anda bisa membaca semua kitab dari awal hingga akhir. Apabila suatu hari nanti anda kebetulan membutuhkan dalil tertentu yang ada di dalam kitab Shahih Bukhari, minimal anda pernah membacanya dan mudah untuk mendapatkannya. Cara seperti ini bisa saja dikombinasikan dengan cara berkelompok. Misalnya, bila anda sebagai ayah di rumah, setiap habis shalat berjamaah selalu membacakan isi kitab itu secara rutin kepada anggota keluarga anda. Dan bisa juga dikembangkan lagi. Misalnya di dalam forum kultum pada shalat berjamaah di kantor anda. Mungkin satu hari hanya satu hadits, plus dengan sedikit syarah (penjelasannya) yang bisa diambil dari kitab Fathul-Bari atau Umdatul Qari. Cara ini selain bermanfaat untuk diri anda, juga akan bermanfaat untuk orang lain. Tetapi juga tidak terlalu berat, karena biasanya hadits itu pendek-pendek saja. Lebih jauh lagi, anda masih bisa juga mengkombinasikan pembacaan satu kitab dengan kitab lain. Misalnya, anda baca Shahih Bukhari setiap hari Senin. Tetapi setiap hari Selasa anda baca kitab Fiqih. Kemudian tiap hari Rabu anda membaca kitab Tafsir. Hari Kamis anda membaca Sirah Nabawi atau tarikh dan demikian seterusnya. Dengan demikian anda bisa membaca beberapa buku sekaligus. Cara seperti ini mungkin akan menghindarkan anda dari rasa jenuh, karena hanya membaca satu kitab saja setiap hari. Dan tidak ada salahnya bila anda tidak hanya membaca untuk diri sendiri, tetapi anda juga berbagi dengan orang lain. Bisa dengan format anda berceramah atau kultum, bahkan bisa juga dengan anda menuliskannnya sehingga boleh dibilang menjadi sebuah karya baru. Kebiasaan baik ini sudah sejak lama dilakukan oleh ulama di masa lalu. Begitu banyak kitab yang sebenarnya tidak terlalu tebal, kemudian diberi syarah (penejelasan) hingga akhirnya menjadi berjilid-jilid jumlahnya. Mungkin kapasitas kita tidak seperti ulama yang mampu membuat syarah, tetapi dengan menuliskan apa yang kita baca itu saja sudah bisa membuat kegiatan membaca itu menjadi lebih punya arti. Tetapi ada juga teknik membaca yang lain lagi. Misalnya menjadikan kitab-kitab itu lebih sebagai literatur rujukan saja. Bukan sebagai kitab yang dibaca rutin tiap hari. Biasanya, mereka yang punya pekerjaan menulis karya ilmiyah dengan tema tertentu, seringkali memanfaatkan teknik ini. Sebagai contoh, kita mau menulis artikel tentang jihad. Maka kita bisa mengumpulkan dulu daftar kitab-kitab yang berisi tentang pembahasan itu. Mulai dari ayat-ayat yang terkait, juga hadits-haditsnya, termasuk juga dari berbagai kitab fiqih pada bab-bab jihad serta semua kitab yang mungkin ada kaitannya. Tentunya semua buku rujukan itu tidak akan kita baca dari awal sampai akhir, cukup pada bagian yang paling terkait saja dengan apa yang kita inginkan. Tetapi seandainya kedua teknik itu kita gabungkan, tentu akan lebih baik lagi hasilnya. Kitab Digital dan Online Di masa sekarang ini kita diuntungkan dengan kemajuan teknologi. Ketika seorang ulama ingin membaca-baca kitab atau mau membuat suatu tulisan ilmiyah, beliau sudah sangat dimudahkan dengan maraknya buku digital bahkan sudah online di internet. Beliau tidak perlu lagi tenggelam di tumpukan kitab yang tebal-tebal di perpustakaan, cukup mengklik mouse melakukan searching pada CD kitab digital atau situs-situs yang menyediakan rujukan kitab dalam database. Modalnya hanya selembar tipis notebook dan koneksi internet, maka beliau akan melanglang buana menembus sekat negeri. Masuk ke berbagai perpustakaan digital yang mungkin seumur hidupnya belum pernah dikunjunginya. Sayangnya semua itu masih dalam bahasa arab, sedangkan penerjemahan kitab-kitab itu ke dalam bahasa Indonesia nyaris nol. Kalau pun ada pihak penerbit yang menterjemahkan, pertimbangan bisnis sangat besar. Hanya kitab-kitab yang diyakini akan laku di pasaran saja yang diterjemahkan. Dan belum pernah kita dengar ada seorang muslim dengan kelebihan rizqi yang Allah SWT berikan, dengan rela membiayai penerjemahan kitab-kitab rujukan itu ke dalam bahasa Indonesia, lalu diposting di internet agar bisa di-download gratis oleh siapa saja yang membutuhkannya. Padahal ini adalah ladang beramal jariah yang murah dan mudah, tetapi punya fungsi dan manfaat yang sangat besar. Usulan kami sederhana saja, misalnya anda mengeluarkan sedikit rezki untuk sekedar menghargai jerih payah para tenaga yang mampu menerjemahkan kitab Shahih Bukhari. Lalu terjemahannya diposting di internet agar bisa disearch atau didownload secara gratis oleh siapa saja. Maka pahalanya insya Allah akan terus menerus mengalir, bahkan semakin banyak yang mendownloadnya, akan semakin berlimpah hasanah yang kita terima di yaumil akhir nanti. Tinggal satu masalah saja, siapkah kita untuk jadi pelopor? fastabiqul-khairat Wassalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh, Ahmad Sarwat, Lc. _______________________________________________ Saksi mailing list [EMAIL PROTECTED] http://groups.syahid.com/mailman/listinfo/saksi_groups.syahid.com ******************************************************** Mailing List FUPM-EJIP ~ Milistnya Pekerja Muslim dan DKM Di kawasan EJIP ******************************************************** Ingin berpartisipasi dalam da'wah Islam ? Kunjungi situs SAMARADA : http://www.usahamulia.net Untuk bergabung dalam Milist ini kirim e-mail ke : [EMAIL PROTECTED] ********************************************************