Kembalilah kepada ahli ilmu Penulis: asy-Syaikh Abdul Muhsin al-Abbad
Diantara kesalahpahaman dalam agama adalah apa yang dilakukan oleh khawarij yang memberontak kepada kholifah Ali Bin Abi Thalib hingga beliau terbunuh... Kembalilah kepada ahli ilmu !!! Segala puji bagi Allah, shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada nabi kita Muhammad, para sahabat dan pengikut beliau sampai hari kiamat nanti. Amma ba’du : Sesungguhnya syaitan memiliki dua jalan untuk menggelincirkan kaum muslimin dan menyesatkan mereka, jalan itu adalah : Jika mereka itu pengumbar syahwat dan melalaikan ketaatan kepada Allah, maka dihiasi untuk mereka kemaksiatan dan syahwat sehingga terjerumus didalamnya. Nabi bersabda : Surga dihiasi dengan hal-hal yang tidak disukai dan neraka itu dihiasi dengan syahwat (Hadits riwayat Bukhari No 6487 dan Muslim No 2822) Jika seorang itu ahli ibadah maka syaitan akan menjerumuskan mereka ke dalam lubang ekstrim (berlebih-lebihan) dalam agama, untuk merusaknya dari dalam. Allah berfirman : Wahai Ahli Kitab, janganlah kamu melampaui batas dalam agamamu, dan janganlah kamu mengatakan terhadap Allah kecuali yang benar. (an-Nisa : 171) Nabi bersabda : Janganlah kalian melampaui batas dalam beragama karena sesungguhnya kehancuran orang terdahulu disebabkan oleh sikap berlebih-lebihan dalam beragama. (Hadits riwayat Nasai dan selainnya, lihat silsilah hadits shahihah karangan Syaikh al-Albani No 1283) Diantara makar syaitan terhadap orang yang ekstrim ini adalah dihiasinya hawa nafsu dan kesalahpahaman dalam agama. Mereka dijauhkan dari ahli ilmu agar mereka buta terhadap kebenaran, sehingga mereka tetap dalam kesesatan. Allah berfirman : Dia-lah yang menurunkan Al Kitab (Al Qur'an) kepada kamu. Di antara (isi) nya ada ayat-ayat yang muhkamaat itulah pokok-pokok isi Al Qur'an dan yang lain (ayat-ayat) mutasyaabihaat. Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong kepada kesesatan, maka mereka mengikuti sebagian ayat-ayat yang mutasyabihat untuk menimbulkan fitnah dan untuk mencari-cari ta'wilnya, padahal tidak ada yang mengetahui ta'wilnya melainkan Allah. Dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata: "Kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyabihat, semuanya itu dari sisi Tuhan kami." Dan tidak dapat mengambil pelajaran (daripadanya) melainkan orang-orang yang berakal. (Ali Imran : 7) Didalam shahih Bukhari 4547 dan Muslim 2665, dari Aisyah (semoga Allah meridhainya) bahwasanya Nabi membaca ayat tadi seraya bersabda : Jika kalian melihat orang-orang yang mengikuti ayat-ayat yang mutasyabihaat/samar-samar maka mereka itulah yang dimaksud Allah. Oleh karena itu berhati-hatilah terhadap mereka. Nabi bersabda : Barangsiapa yang Allah menginginkan kebaikan baginya, niscaya Allah akan menjadikannya faham tentang agama. (Hadits riwayat Bukhari 71 dan Muslim 1037) Hadits ini menunjukkan bahwa tanda kebaikan seorang itu ada dalam pemahamannya terhadap agama dan sebaliknya, jika Allah tidak menginginkan kebaikan kepadanya maka dia tidak faham terhadap agama, bahkan dia salah dalam memahami agama. Diantara kesalahpahaman dalam agama adalah apa yang dilakukan oleh khawarij yang memberontak kepada kholifah Ali Bin Abi Thalib hingga beliau terbunuh. Mereka memahami nash-nash syariat dengan pemahaman yang salah dan menyelisihi pemahaman sahabat Nabi . Oleh karena itu ketika Abdullah bin Abbas berdialog dengan mereka serta menjelaskan kepada mereka pemahaman yang benar, sebagian besar dari mereka kembali ke jalan yang benar. Adapun kisah dialog beliau ini ada dalam Mustadrak Hakim jilid 2 halaman 150-152, dengan isnad yang shahih : Beliau berkata kepada khowarij : Aku adalah utusan sahabat Nabi dari kalangan Muhajirin dan Anshor kepada kalian untuk menyampaikan pendapat mereka, karena kepada merekalah al-Qur’an diturunkan. Mereka lebih mengetahui akan wahyu ilahi daripada kalian semua. Dan tidak ada seorangpun dari sahabat Nabi yang bersama kalian. Lalu diantara orang khawarij itu berkata : Jangan kalian mendebat orang Quraisy ini, karena Allah berfirman : Merekalah orang-orang yang pandai berdebat. (Az-Zukhruf : 58) Abdullah bin Abbas berkata : Aku tidak pernah melihat orang yang paling rajin dalam beribadah selain mereka (khowarij), wajah-wajah mereka kusut karena banyak shalat malam, seolah-olah tangan dan kaki mereka menyanjung mereka. Sebagian mereka (kaum khawarij) berkata : Sungguh kita akan mengajaknya (Ibnu Abbas) untuk berdialog. Ibnu Abbas berkata : Ceritakanlah kepadaku apa yang kalian benci dari anak paman Rasululah (Ali bin Abi Thalib) serta kaum Muhajirin dan Anshar! Mereka berkata : Ada tiga hal. Aku (Ibnu Abbas) berkata : Apa itu ? Mereka menjawab : Pertama, Ali bin Abi Thalib memutuskan hukum diantara manusia dalam agama Allah, padahal Allah berfirman : Sesungguhnya hukum itu hanya milik Allah. (Yusuf : 67) Mereka melanjutkan perkataannya : "Manusia tidak berhak untuk menghukumi." Maka aku berkata : Ini yang pertama. Mereka berkata : Kedua, Ali bin Abi Thalib memerangi Aisyah (istri Nabi), tapi dia tidak mau menawan dan tidak mengambil ghonimah/rampasan perang. Padahal jika yang diperangi itu orang kafir maka boleh menawan dan mengambil ghanimah. Dan jika yang diperangi itu orang mukmin maka ini tidak diperbolehkan. Saya berkata : Ini yang kedua, lalu mana yang ketiga? Mereka mengatakan : Ali bin Abi Thalib menghapus gelarnya sebagai amirul mukminin/ pemimpin kaum mukminin, maka dia itu amirul kafirin/pemimpin kaum kafir. Saya berkata : Apakah masih ada yang lain? Mereka mengatakan : Cukup itu saja. Maka aku pun berkata kepada mereka : Bagaimana pendapat kalian jika aku membacakan al-Qur’an kepada kalian dan sunnah Rasulullah yang membantah perkataan kalian, apakah kalian ridho? Mereka berkata : Ya, kami ridho. Aku berkata : Adapun ucapan kalian bahwa Ali bin Abi Thalib memutuskan hukum diantara manusia dalam agama Allah, maka aku akan membacakan kepada kalian (ayat yang membantah pendapat kalian) tentang perintah untuk berhukum kepada manusia sebesar 1/4 dirham dalam masalah kelinci dan selainnya dari hewan buruan, Allah berfirman : Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu membunuh binatang buruan, ketika kamu sedang ihram. Barangsiapa di antara kamu membunuhnya dengan sengaja, maka dendanya ialah mengganti dengan binatang ternak seimbang dengan buruan yang dibunuhnya, menurut putusan dua orang yang adil di antara kamu. (al-Maidah : 95) Kemudian Ibnu Abbas melanjutkan perkataannya : Aku bersumpah dengan nama Allah, apakah hukum yang diputuskan manusia dalam masalah kelinci dan selainnya dari binatang buruan lebih utama daripada hukum yang diputuskan mereka dalam masalah pertumpahan darah dan perdamaian antara kaum muslimin?! Dan hendaknya kalian mengetahui, jika Allah berkehendak, tentulah Dia akan memutuskan hukum sendiri dan tidak menguasakannya kepada manusia. Begitu juga dalam masalah suami istri, Allah berfirman : Dan jika kamu khawatirkan ada persengketaan antara keduanya, maka kirimlah seorang hakam dari keluarga laki-laki dan seorang hakam dari keluarga perempuan. Jika kedua orang hakam itu bermaksud mengadakan perbaikan, niscaya Allah memberi taufik kepada suami-isteri itu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. (an-Nisa : 35) Allah menjadikan berhukum kepada manusia sebagai sunnah yang terjaga, apakah kalian menerimanya? Mereka mengatakan : Ya Aku berkata lagi : Adapun perkataan kalian bahwa Ali bin Thalib memerangi tapi tidak menawan dan tidak mengambil ghanimah, (maka jawabannya) apakah kalian ingin menawan ibu kalian sendiri Aisyah radhiyallahuanha? Kemudian kalian menghalalkan (darah dan kehormatannya) seperti orang lain? Jika kalian menginginkan itu maka kalian telah kafir, karena dia adalah ibu kalian. Dan jika kalian mengatakan dia bukan ibu kita, kalian juga kafir, karena Allah berfirman : Nabi itu (hendaknya) lebih utama bagi orang-orang mukmin dari diri mereka sendiri dan isteri-isterinya adalah ibu-ibu mereka. (al-Ahzab : 6) Setelah penjelasan ini kalian mengetahui, bahwa kalian berada diantara dua kesesatan, mana saja yang kalian pilih, kalian tetap berada dalam kesesatan. Maka sebagian mereka melihat kepada sebagian lainnya (karena kebingungan). Aku berkata : Apakah kalian menerima hal ini? Mereka mengatakan : Ya Aku berkata : Adapun perkataan kalian bahwa Ali bin Abi Thalib menghapus gelarnya sebagai Amirul Mukminin, maka aku akan menyebutkan orang yang kalian ridhoi, yaitu Nabi yang mana pada perjanjian Hudaibiyyah beliau menulis surat kepada Suhail bin Amru dan Abu Sufyan bin Harb, Rasulullah berkata kepada Amirul mukminin : Tulislah wahai Ali, ini perdamaian dari Muhammad Rasulullah, maka orang-orang musyrikin itu membantah : Tidak, demi Allah ini adalah istilah yang dibikin Muhammad bin Abdillah, seandainya kami mengetahui kamu Rasulullah tidaklah kami memerangimu. Rasululullah berkata : Ya Allah. Sungguh Engkau mengetahui bahwa aku adalah utusan-Mu. Wahai Ali tulislah : ini adalah perdamaian dari Muhammad bin Abdillah ! Demi Allah sesungguhnya Rasulullah lebih mulia daripada Ali bin Abi Thalib, tidaklah beliau keluar dari kenabian ketika menghapus gelar Rasulullah ?" Abdullah bin Abbas bekata : Maka bertobatlah sebanyak dua ribu orang dari kalangan mereka dan sisanya di bunuh di atas kesesatan. Dalam kisah ini ada dua ribu orang dari golongan khawarij yang kembali kepada kebenaran karena penjelasan dan keterangan dari Abdullah bin Abbas. Disini ada pelajaran yang sangat berharga sekali yaitu kembali kepada ahli ilmu membuahkan keselamatan dari segala kejelekan dan fitnah. Allah berfirman : Bertanyalah kepada ahli ilmu jika kalian tidak mengetahui. (an-Nahl : 43) Maraji': Dinukil dari tulisan asy-Syaikh Abdul Muhsin al-Abbad dalam kitab "Bi ayyi aqlin wa dinin yakunu tafjiru jihadan"
******************************************************** Mailing List FUPM-EJIP ~ Milistnya Pekerja Muslim dan DKM Di kawasan EJIP ******************************************************** Ingin berpartisipasi dalam da'wah Islam ? Kunjungi situs SAMARADA : http://www.usahamulia.net Untuk bergabung dalam Milist ini kirim e-mail ke : [EMAIL PROTECTED] ********************************************************