res : Dulu lain, sekarang lain. Dulu pahlawan berkorban dan menjadi korban, tanpa menuntut kompensasi, tetapi sekarang pahlawannya cari untung untuk kepentingan pribadi dan keluarga tidak perlu ada banyak yang buntung. Begitulah falasafah pahlawan neo-Mojopahit dan begundal-begundal mereka. hehehehehehe
http://sp.beritasatu.com/home/mendagri-pahlawan-adalah-sosok-yang-bersedia-berkorban/117427 Mendagri: Pahlawan Adalah Sosok yang Bersedia Berkorban Kamis, 10 November 2016 | 12:21 Tjahjo Kumolo. [Dok.SP] Berita Terkait a.. Ahok: Melayani Masyarakat Cara Meneruskan Perjuangan Pahlawan b.. Jokowi: Sekarang Kita Menuju Indonesia Sentris c.. Presiden: Jangan Lelah Cintai Indonesia d.. KPK: Hari Pahlawan Momentum Tingkatkan Sadar Antikorupsi e.. Mendagri Pimpin Upacara Hari Pahlawan Di IPDN [JAKARTA] Kementerian Dalam Negeri (Kemdagri) menggelar upacara peringatan Hari Pahlawan. Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tjahjo Kumolo bertindak sebagai inspektur upacara. Tjahjo mengatakan, pahlawan adalah sosok yang bersedia secara sadar berkorban berbagai hal. “Pengorbanan yang masuk kategori seorang pahlawan, manakala sikap dan perilaku, subyek yang bersangkutan mampu menembus multidimensi. Jika pengorbanan tersebut secara konsisten dilakukan sepanjang hidupnya, maka ia pantas dianugrahi gelar pahlawan paripurna,” kata Tjahjo dalam sambutannya pada upacara di halaman Kantor Kemdagri, Jakarta, Kamis (10/11). “Jenderal TNI, Panglima Besar, Soedirman mengatakan, 'kalau orang-orang baik, hanya berdiam diri. Berarti membiarkan kejahatan semakin merajalela'. Bung Karno pernah berkata, 'hanya ada satu negeri, Indonesiaku tercinta. Negeri itu tumbuh karena perbuatan, dan perbuatan itu adalah perbuatanku bangsa Indonesia.” Tjahjo menyatakan, Soedirman dan Bung Karno pantas diberikan gelar pahlawan nasional yang paripurna. “Sebagai contoh, Bung Karno sebagai Proklamator RI dan Presiden Pertama, dari sisi waktu, telah berjuang sejak muda, bukan hanya kepentingan Indonesia, namun dunia internasional. Ia menancapkan tonggak-tonggak masa depan, baik di negara Asia, Afrika dan Amerika Latin,” tegasnya. “Bahkan untuk Indonesia, Bung Karno dan para pahlawan lainnya, membiarkan dirinya dipenjara, diasingkan, masuk ke dalam hutan untuk berjuang, dimana pada akhirnya mereka mampu memproklamirkan kemerdekaan NKRI.” Menurut Tjahjo, hal paling aktual terkait nilai kepahlawanan yakni kesadaran dari masyarakat Indonesia untuk memberikan dukungan moril dan materil kepada mereka yang masih belum diperhatikan. “Masih teraniaya dan membutuhkan perubahan. Kalau selama ini, kita bersabar, perlu kesabaran revolusioner untuk mewujudkan percepatan dan pemerataan pembangunan dalam upaya meningkatkan kesejahteraan rakyat,” ujarnya. “Tapi ke depan kita harus melakukan langkah yang lebih progresif dan profesional dalam upaya mewujudkan mempercepat pembagunan dan kesejahteraan rakyat.” Dia mengajak seluruh masyarakat untuk rela bahu membahu mengangkat sisi gelap kehidupan dan ketidakadilan. “Sosok pahlawan banyak di antara kita, yang tidak memerlukan tanda jasa. Tapi gerak langkahnya konsisten terus menerus memerdekakan siapapun yang terbelakang dan teraniaya,” katanya. “Sosok yang membangun tanpa pamrih mewujudkan kesejahteraan rakyat dengan memperjuangkan aspirasi rakyat, mengorganisir dan menggerakan masyarakat di lingkungannnya, itu adalah pahlawan yang hidup di tengah-tengah masyarakat.” Dia menambahkan, setiap orang harus mampu menjadi sosok phalawan di lingkungan terkecil. [C-6]