Gus Mus Sebut Kasus Ahok 'Digoreng' dengan Catut Agama 
https://cnnindonesia.com/nasional/20161111080902-20-171907/gus-mus-sebut-kasus-ahok-digoreng-dengan-catut-agama/
 Damar Sinuko, CNN Indonesia
 Jumat, 11/11/2016 08:09 WIB
 
 Sebarkan:  
https://cnnindonesia.com/nasional/20161111080902-20-171907/gus-mus-sebut-kasus-ahok-digoreng-dengan-catut-agama/#
  
https://cnnindonesia.com/nasional/20161111080902-20-171907/gus-mus-sebut-kasus-ahok-digoreng-dengan-catut-agama/#
  
https://cnnindonesia.com/nasional/20161111080902-20-171907/gus-mus-sebut-kasus-ahok-digoreng-dengan-catut-agama/#
 
 Rais Syuriah PBNU sekaligus budayawan KH Ahmad Mustofa Bisri meminta umat 
Islam berhati-hati menyikapi kasus dugaan penistaan agama yang menyeret Ahok. 
(ANTARA FOTO/Anis Efizudin).
 
 Jakarta, CNN Indonesia -- Mantan Rois Syuriah Nahdhlatul Ulama (NU) KH Mustofa 
Bisri berpesan agar umat Islam berhati-hati dalam menyikapi kasus dugaan 
penistaan agama yang menyeret Gubernur petahana DKI Jakarta Basuki Tjahaya 
Purnama alias Ahok. 

Menurut Mustofa yang dikenal dengan panggilan Gus Mus, hujatan dan kecaman atas 
nama umat Islam terkait dengan perebutan kekuasaan dalam Pilkada DKI Jakarta. 
Kasus Ahok ‘digoreng’ dengan mencatut agama untuk kepentingan politik.

"Umat harusnya melihat, ini pemimpin, bupati, gubernur, presiden sampai kapan. 
Apakah sampai kiamat, atau selamamya. Ini kan ada periodenya lima tahun,” ujar 
Gus Mus saat ditemui CNNIndonesia.com di kediamannya di Rembang, Jawa Tengah, 
Kamis (10/11).
 Lihat juga:Timses: Penolakan terhadap Ahok-Djarot Sudah Didesain 
http://www.cnnindonesia.com/kursipanasdki1/20161110175231-516-171844/timses-penolakan-terhadap-ahok-djarot-sudah-didesain/
Gus Mus menilai beberapa kelompok Islam sudah mengarah pada kebencian dalam 
menyikapi perkataan Ahok tentang Surat Al Maidah yang berujung pada laporan 
dugaan penistaan agama. 

Menurut Gus Mus, ekspresi kebencian itu terlihat dari banyaknya hujatan dan 
makian. Namun, sikap ini hanya dilakukan oleh segelintir dan sekelompok orang 
yang mengatasnamakan umat Islam.

"Sesuatu yang berlebihan itu tidak baik. Jangan kita memuji orang tapi dengan 
menjatuhkan atau menghujat orang lain. Emosi di hati jangan sampai menciptakan 
kebencian yang berlebihan, itu pasti akan memunculkan masalah, seperti yang 
terjadi sekarang ini di mana umat sudah terpancing membenci Ahok yang 
berlebihan," ungkap Gus Mus. 

Gus Mus menyatakan untuk menjadi manusia obyektif dan jujur memang tidaklah 
mudah. Emosi dan hawa nafsu yang tidak terkendali akan dapat membuat manusia 
goyah dalam menentukan sikap, hingga akhirnya bisa menghalalkan segala cara.
 Lihat juga:Tujuh Jam Diperiksa, Buni Yani Dicecar 28 Pertanyaan 
http://www.cnnindonesia.com/nasional/20161110203010-12-171867/tujuh-jam-diperiksa-buni-yani-dicecar-28-pertanyaan/
"Menjadi jejeg (tegak) itu memang tidaklah mudah. Kalau hati ini tidak kuat, 
akan bisa goyah ke kiri maupun ke kanan. Maka, janganlah mudah terhasut atau 
terpancing,” kata Gus Mus.

Seperti halnya Gus Mus, mantan Ketua Umum (Ketum) Pengurus Pusat Muhammadiyah 
Ahmad Syafii Maarif berupaya menenangkan massa Islam yang anti-Ahok. 

Syafii malah menilai Ahok tidak melakukan penistaan agama saat menyebut surat 
Al Maidah ayat 51. Ahok, ujar Syafii, hanya mengkritik pihak-pihak yang 
menggunakan ayat itu untuk membohongi masyarakat agar tidak memilih Ahok.

"Walaupun saya dihujat karena melawan arus, saya santai saja. Anggap enteng dan 
mengalir saja," ujar Syafii seperti dilaporkan Detik.com, Rabu (9/11). 

Syafii juga mengkritik Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang mengeluarkan fatwa 
terkait kontroversi pernyataan Ahok. Semestinya sebagai lembaga yang kredibel, 
MUI harus mempertimbangkan fatwa-fatwa demi menjaga keutuhan bangsa. 
 Lihat juga:Jokowi Jamin Aparat Tak Tutupi Perkembangan Kasus Ahok 
http://www.cnnindonesia.com/nasional/20161109175208-12-171552/jokowi-jamin-aparat-tak-tutupi-perkembangan-kasus-ahok/
Meski demikian, dia meminta perbedaan pendapat dirinya dengan MUI jangan 
terlalu dipermasalahkan. 

"Ya nggak apa-apa (perbedaan pendapat) kan ada kutub utara dan kutub selatan, 
biasa itu. Kita saling melengkapi," ucap Syafii. (yul)
 

 

 

Reply via email to