PARA EKSIL: PRESIDEN JOKOWI JANGAN LUPA KEADILAN BAGI PARA EKSIL- KORBAN 
PELANGGARAN HAM BERAT 1965
Para eksil telah menunggu keadilan selama 52 tahun di luar negeri dengan segala 
kesukaran dan kesusahannya. Tapi yang ditunggu-tunggu tak pernah kunjung 
datang. Penguasa tidak peduli atas kasus tersebut. Bahkan ketika Presiden 
Jokowi pada bulan April 2016 mengunjungi Negeri Belanda, tidak seorang pun dari 
para eksil yang berhasil mendapat undangan dari KBRI untuk hadir dalam 
pertemuan publik dengan Jokowi. Sangat disesalkan! 
Sesuai janjinya, Jokowi harus segera menuntaskan kasus tersebut secara serius, 
jujur adil dan manusiawi. Para eksil adalah pengemban tugas Negara, bukan 
pemberontak. Mereka adalah patriot yang dipersiapkan menjadi spesilis untuk 
pembangunan Negara Indonesia. Itulah yang diharapkan Bung Karno.Semoga Bpk. 
Presiden Jokowi sukses dalam tugasnya demi NKRI, Pancasila dan UUD 1945!
MD KartaprawiraDen Haag, 11 Nop.2016 
   
   -    
   


 
Jokowi: Jangan Lupa Pulang ke Indonesia
Selasa, 11 November 2014 | 08:54 WIB                                         
                 
 AP PHOTO / ANDY WONG Para delegasi menggunakan smartphone, berebut selfie 
dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi), usai menyampaikan pidato di acara APEC 
CEO Summit di China National Convention Center di Beijing, 10 November 2014.
Terkait
   
   - Belum Pilih Jaksa Agung, Jokowi Dinilai Alami Tarik Ulur yang Kuat 
   - Puan Jamin Tidak Ada Penerima Ganda "Kartu Sakti" Jokowi  
   - Di Beijing, Jokowi Ajak Rusia Tingkatkan Investasi di Indonesia 
   - Dipuji, Jokowi Berani Pidato Tanpa Teks di Depan 1.500 CEO Dunia 
   - Joko Widodo dan Si Sirik 
 BEIJING, KOMPAS.COM — "Jangan lupa pulang ke Indonesia...," pesan Presiden 
Joko Widodo atau Jokowi saat berbincang sesaat dengan seorang warga negara 
Indonesia (WNI), Ully Hutagalung, di Beijing, Senin (10/11/2014) malam. Ully, 
bersama sejumlah mahasiswa dan pelajar Indonesia di Beijing, telah tiga jam 
menanti kedatangan Presiden Jokowi dan Ibu Negara Iriana Widodo di lobi hotel. 
Mereka berjajar rapi di lobi saat menanti Kepala Negara dan Ibu Negara dari 
rangkaian kegiatan di sela-sela pertemuan Forum Kerja Sama Ekonomi Asia Pasifik 
(APEC).

"Sudah berapa lama, tinggal di sini," tanya Presiden Jokowi dengan ramah, 
sambil menyalami Ully. "Sebelas tahun," jawab Ully yang mengajar bahasa 
Inggris. Sontak Kepala Negara menimpali, "Lama sekali, jangan lupa pulang ke 
Indonesia."

Ully tinggal bersama dua adiknya, salah satunya tengah menjalankan studi di 
Beihang University. Seusai berbincang sesaat, Presiden pun menuruti permintaan 
para mahasiswa untuk berfoto selfie.

Warga negara Indonesia lainnya, Vivien, yang telah tinggal selama sembilan 
tahun di Beijing, juga mendapat pesan yang sama. "Presiden sangat ramah, 
humble...dan menginspirasi," kata gadis asal Purwokerto itu.

Dalam pertemuan yang singkat tetapi hangat itu, Presiden Jokowi dan Ibu Negara, 
selain menanyakan kabar, juga tidak menolak permintaan untuk foto selfie. 
Seusai bersalaman dan mengobrol singkat, para pemuda dan pemudi asal Indonesia 
itu pun saling memperlihatkan hasil jepretan selfie-nya masing-masing.

Sosok Presiden Jokowi dan Ibu Negara Iriana Joko Widodo memang sangat ditunggu 
warga Indonesia yang tinggal di Beijing, kota yang menjadi tempat lawatan 
pertamanya ke luar negeri untuk menghadiri KTT APEC. Dari Tiongkok, Jokowi akan 
ke Myanmar untuk menghadiri  KTT ASEAN, dan kemudian ke Brisbane, Australia, 
untuk menghadiri G-20.

Selain mahasiswa, pemuda dan pemudi Indonesia, Presiden juga disambut para 
guaqiao, yakni warga keturunan Tionghoa yang terpaksa meninggalkan Indonesia 
karena krisis politik tahun  1960-an, dan tidak bisa kembali ke Indonesia. Para 
warga keturunan Tionghoa itu rata-rata telah berusia 70-80 tahun. Mereka tetap 
semangat menyambut kedatangan Presiden Jokowi dan Ibu Negara di hotel walau 
telah menunggu tiga jam.

Dengan menggunakan kebaya dan kemeja batik, mereka menyambut dengan menyanyikan 
lagu "Jayalah Indonesiaku" dan "Indonesia Pusaka".

"Ini adalah bagian dari diaspora Indonesia di Tiongkok, meski telah lama 
meninggalkan Indonesia, jauh dari Indonesia, tetapi hati kami tetap dekat 
dengan Indonesia," kata salah seorang dari mereka.   
| Editor | : Egidius Patnistik |
| Sumber | : Antara,  |

Kirim email ke