Soal spiritual, yang perlu dibangun di sekolah adalah pemahaman para pewaris 
negeri tentang kemajemukan dan kebersamaan, Pembangunan secara material seperti 
ini cuma melatih pandangan anak untuk memprioritaskan bungkus; adu megah, adu 
indah dst.

--- jonathangoeij@... wrote:
Kelenteng-nya kok nggak ada?
Seandainya dana buat bangunan pura, vihara, mesjid, gereja itu dipakai buat 
lab, kelas, perpustakaan, ataupun buat sekolah baru ditempat lain khan lebih 
bermanfaat bagi siswa sesuai fungsi sekolah.
---
Sementara itu, Buya Syafii Maarif yang didaulat untuk meresmikan bangunan pura 
yang diapit vihara dan mesjid serta berdampingan dengan gereja menyampaikan 
pentingnya keberagaman dan toleransi. 
...
Mendikbud menghadiri pembangunan sekolah dan tempat ibadah di Medan 
(Kemendikbud)

http://www.netralnews.com/news/pendidikan/read/46891/di.sekolah.ini.tempat.ibadah.masing.masing.agama.dibangun.berdampingan
Senin, 09 Jan 2017 | 15:33 WIB | http://www.netralnews.com/news/pendidikan
JAKARTA, NETRALNEWS.COM - Yayasan Perguruan Iskandar Muda Medan yang didirikan 
oleh Sofyan Tan berupaya menyemaikan nilai-nilai toleransi dan penghargaan 
terhadap kebinekaan dengan berpijak pada pendidikan inklusif.
Keragaman latar belakang siswanya sangat kental, sekolah ini mencerminkan 
miniatur Indonesia. Pihak sekolah memfasilitasi keragaman agama siswanya, 
bangunan ibadah masing-masing agama dibangun berdampingan di komplek sekolah.
"Merintis dan membesarkan lembaga pendidikan itu tidak mudah, apalagi sekolah 
yang dibangunnya atas dasar budaya gotong royong dan merangkul kemajemukan,” 
ujar Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy, seperti 
dikutip dari laman Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Senin (9/1/2017). 
Mendikbud mengapresiasi para pendiri dan pengelola sekolah yang menerima 
penghargaan Maarif Award Tahun 2014 itu.
Menurut Mendikbud Muhadjir, toleransi dan kerukunan merupakan dua hal tak 
terpisahkan dari budaya gotong royong. Ia pun bercerita di hadapan ratusan 
siswa yang memenuhi halaman sekolah.
"Ratusan tahun lalu saat batu Hajar Aswad di Ka'bah terseret hanyut oleh banjir 
besar, kepala suku sempat berselisih mengenai siapa yang paling berhak 
mengembalikan ke tempat asalnya. Akhirnya, mereka bermusyawarah dan bersepakat 
bahwa seorang pemuda bernama Muhammad yang akan ditunjuk. Namun Muhammad, yang 
kelak diangkat sebagai Nabi, meminta para perwakilan para suku untuk memegang 
ujung surbannya yang dipakai memindahkan Hajar Aswad tersebut. Kisah ini jelas 
pesannya, gotong royong tumbuh karena ada kerukunan dan toleransi,” cerita 
Mendikbud di depan para siswa yang hadir. 
Sementara itu, Buya Syafii Maarif yang didaulat untuk meresmikan bangunan pura 
yang diapit vihara dan mesjid serta berdampingan dengan gereja menyampaikan 
pentingnya keberagaman dan toleransi.
"Sekolah yang toleran itu tunas peradaban. Intoleransi simbol kebiadaban. 
Toleransi inti keberadaban. Ini perlu ditegaskan di saat kita sekarang 
dirundung intoleransi dan kebencian, tidak hanya di Indonesia tapi juga 
fenomena global. Dunia pendidikan harus melek soal ancaman ini,” ujar Buya 
Syafii Maarif.
Editor : Lince Eppang


 
  • ... Jonathan Goeij jonathango...@yahoo.com [GELORA45]
    • ... ajeg ajegil...@yahoo.com [GELORA45]
    • ... 'Karma, I Nengah [PT. Altus Logistic Service Indonesia]' ineng...@chevron.com [GELORA45]

Kirim email ke