Tak lama lagi waktunya pembubaran FPI yang sudah merusak Pacasila dan negara 
Republik Indonesia.

     Pada Kamis, 19 Januari 2017 16:53, "Jonathan Goeij jonathango...@yahoo.com 
[GELORA45]" <GELORA45@yahoogroups.com> menulis:
 

     

Menyentuh Megawati, Rizieq Shihab Selesai


  
|  
|  
|  
|   |    |

  |

  |
|  
|   |  
Menyentuh Megawati, Rizieq Shihab Selesai
 By Hanny Setiawan Kegaduhan politik berbau SARA yang sudah dimulai sejak 
Jokowi-Ahok naik menjadi DKI1-2 di tahun 2012, mencapai m...  |   |

  |

  |

 

BY HANNY SETIAWAN ON  JANUARY 18, 2017



Kegaduhan politik berbau SARA yang sudah dimulai sejak Jokowi-Ahok naik menjadi 
DKI1-2 di tahun 2012, mencapai matang di Pilpres 2014 ketika Jokowi menjadi 
RI1, dan Ahok menjadi DKI1.  Dalam prosesnya, FPI (Front Pembela Islam) yang 
wajah depannya identik dengan Riezig Shihab berkembang menjadi ormas intoleran, 
radikal, sekaligus laris dipakai kepentingan-kepentingan politik yang 
berbenturan.Setelah itu, seperti singa yang mengaum-aum mencari lubang, maka 
akhirnya melalui Ahok arus politik SARA mencapai klimaks melalui demo 411, dan 
212.  Demo yang coba disakralkan dengan membuat koperasi, produk, bahkan demo 
susulan yang berbau sama.  Menggelikan, tapi itulah realitasnya.Ahok dijadikan 
pintu untuk menggoyang Jokowi. Tapi skenario itu keburu dipatahkan, orang-orang 
yang hendak makar segera dipadamkan. Tapi rupanya, kuda tunggangan para 
politikus, Riezig Shihab, tidak menyadari atau mungkin sudah kepalang basah, 
maka tetap nekat untuk melancarkan serangan-serangan membabi buta.Disisi lain, 
Nahdatul Ulama (NU) ormas Islam terbesar di Indonesia pun terlihat sampai 
terkaget-kaget ketika Kiai sekelas Gus Mus sampai dihina di medsos, sehingga 
segera bergerak untuk melindungi kehormatan para Kiainya. Ketua umum NU, KH 
Said Aqil tidak merekomendasi untuk mengikuti demo 212. Sehingga tensi antara 
ormas intoleran dan NU pun terlihat meningkat.
Dan ini “gilanya”, tak berhenti disitu, serangan ke Ahok, Jokowi, dan NU 
ternyata berlanjut ke PDI-P, partai pemenang dan yang berkuasa saat ini.
Dan serangan ini tidak main-main, melalui demo di depan Mabes Polri, Riezig 
Shihab mendesak kepolisian untuk memproses Megawati secara hukum  atas dasar 
penistaan agama ketika memberikan pidato politik HUT PDI-P yang ke-44.Kali ini 
Riezig offside, dan dia merasakan itu, sehingga meminta dengan nada memelas 
supaya “didamaikan” secara kekeluargaan terhadap semua pihak (kecuali Ahok) 
yang beurusan hukum dengan dia termasuk dengan Megawati, meskipun dengan 
embel-embel ancaman “daripada ada bentrok horizontal” (sumber).Tapi 
rupa-rupanya Rizieg sudah sampai ke point of no return. PDI-P marah besar. 
Melalui siaran pers (17/1/17), sekjen PDI-P Hasto menyatakan 4 poin yang sangat 
lugas dan frontal. Sama dengan para ansor yang marah karena Kiai-Kiainya 
dihina, sekarang kader-kader Banteng mengamuk karena ibu Banteng diusik. 
Berikut adalah kutipan-kutipan setiap poin (tidak utuh) dari sumber web resmi 
PDI-P (sumber)
Sekiranya Bapak Rizieq Shihab (mohon maaf kami tidak menyebut Beliau Habib 
berdasarkan apa yang saya baca dari pendapat KH Said Aqil Siradj), memang akan 
berhadapan dengan Ibu Ketua Umum Partai, maka sebagai Sekjen Partai saya 
tegaskan bahwa kami siap berhadapan dengan Pak Rizieq. (Poin 1)Sekiranya Pak 
Rizieq ada yang tidak puas, sampaikan melalui jalur hukum, dan kami akan 
siapkan pembela hukum terbaik. Bagi kami komitmen terhadap pondasi kehidupan 
berbangsa dan bernegara tidak bisa ditawar-tawar. (Poin 2)Apa yang dilakukan 
oleh FPI dengan membubarkan aksi kemanusiaan berupa pengobatan gratis merupakan 
tindakan yang telah melampaui batas. Tidak bisa diterima dan mendesak aparat 
penegak hukum untuk bertindak cepat. Ada batas kesabaran dari kami, dan pesan 
yang ingin saya sampaikan ke Bapak Rizieq adalah kami tidak takut. Kami siap 
berhadapan jika mereka terus bertindak main hakim sendiri. (Poin 3)Krn itulah 
tuduhan Pak Rizieq ke Ibu Megawati sangat tidak beralasan. Sikap Ibu Megawati 
yang keras di dalam membela perdamaian di Timur Tengah itulah yang juga ikut 
mewarnai konstelasi pilpres 2004. Disitulah kenegarawanan Ibu Megawati termasuk 
ketika membela Ustadz Abu Bakar Baasyir agar tidak di ekstradiksi karen atugas 
peminpin untuk melindungi segenap bangsa dan sel tumpah darah Indonesia. (Poin 
4)
Dari poin-poin itu terlihat bahwa PDI-P langsung menembak dan menantang Rizieg 
Shihab. Entah mau sembunyi kemana lagi, meminta bantuan DPR pun Fadli Zon, dan 
Fahri Hamzah tidak akan mampu lagi membendung kemarahan jutaan kader PDI-P. 
Prabowo dan SBY sebagai “sesepuh” dibelakang layar tidak akan berani menyentuh 
Megawati.  Apakah Anies bisa menjembatani? Itupun sulit dibayangkan.Pidato 
Megawati sendiri terlihat sangat nasionalis dan sangat berapi-api. Orasi 
politik yang sangat menggetarkan semangat untuk kembali ke ideologi Pancasila, 
dan teguh dengan pemerintahan yang sah. Dengan gayanya yang lugas dan khas, 
Megawati “guyon” kepada Jokowi dan Jusuf Kalla :
Jadi kalau ada yang mau macam-macam itu Bapak Presiden, Bapak wapres…panggil 
saja KITA…lha kalau ada yang mau macam-macam anak buah saya sudah ada lho 
Bapak… (Megawati)
Pernyataan-pernyataan yang langsung menantang siapapun yang mencoba makar 
terhadap pemerintah yang sah (landasan struktural) dan mengganti Pancasila 
(landasan Ideologi). Megawati menekankan PDI-P adalah partai berbasis ideologi 
yang akan terus teguh membela terhadap semua serangan ideologi tertutup 
(radikal, intoleran.Sebuah pernyataaan-pernyaatan yang seharusnya diberikan 
standing ovation, tapi oleh Rizieg Shihab (dan kawan-kawan) dianggap penistaan 
agama. TIdak heran kemarahan sang ibu Banteng tidak terhindar lagi.Riezig 
harusnya bertanya dulu kepada SBY bagaimana rasanya bermusuhan dengan Megawati. 
Sampai kepada titik nol, kalau tidak ada mujizat terjadi Rizieg akan dikejar 
banteng. Itu yang akan terjadi.3 hal yang Rizieg akan sesali seumur hidupnya 
karena telah menyentuh Megawati:Pertama, Megawati adalah PDI-P, PDI-P adalah 
Megawati. Dan saat ini PDI-P boleh dikatakan satu-satunya partai ideologis yang 
masih bertahan sejak orde baru dan memiliki sejarah sampai ke berdirinya negara 
melalui Bung Karno sang Ayah, lahirnya Pancasila yang sudah dikeppreskan Jokowi 
(Keppres 24/2016).  Artinya, Rizieg telah menyentuh kekuatan idelogis terbesar 
Indonesia.Kedua, Jokowi adalah kader PDI-P, dan selalu dengan PDI-P sejak dari 
Solo, Jakarta, sampai Indonesia. Hubungan Jokowi dan Megawati adalah hubungan 
yang sangat erat secara politis maupun pribadi. Artinya, secara kekuasaan 
Megawati saat ini bisa dikatakan ada dipuncaknya. Dan Rizieg lupa diri sehingga 
telah menyentuh kekuasaan negara terbesar yang ada sekarang.Ketiga, pengikut 
fanatik Megawati dan/atau PDI-P adalah wong-wong ciliki (grass root). Mereka 
ini “preman-preman” yang siap tempur dalam arti yang sebenarnya. Bukan 
retorika, tapi memang itu realitas yang sudah menjadi rahasia umum.  Bahkan 
dalam orasi politik yang sama, Megawati mengatakan:
Anak-anak saya ini nakal-nakal Bapak Presiden, tapi kalau untuk bangsa dan 
negara, jiwa mereka berikan (Megawati)
Menyentuh Megawati berarti menyentuh pasukan banteng akar rumput yang jumlahnya 
saya pastikan lebih dari sekedar memenuhi Monas, bundaran HI, dan juga 
lapangan-lapangan yang ada.  Hebat bukan Rizieg yang berani menantang 
banteng-banteng ini?Sekarang ini Kapolda Metro Jaya sudah secara frontal 
mengatakan : Kapolda Metro Jaya: Mulutmu Harimaumu, Itu Pesan Saya kepada 
Rizieq, Wiranto mengatakan “Wiranto: Indonesia Negara Hukum, Bukan Negara 
Ormas“, dan kapolda Jabar, Anton Charliyang, yang sedang berhadapan dengan 
Rizieg di kasus penistaan Pancasila mengatakan “
“Datang beribu-ribu orang tanpa izin, apa etis? Apa itu adab? Kalau benar, 
kenapa takut? Sendiri saja hadapi,” tuturnya
Ahok dikriminalisasi, Jokowi hendak digulingkan, NU dihina, dan sekarang 
Megawati ditudah menistakan agama? Semunyanya menjadi blessing in disguise 
karena akhirnya Indonesia melihat akhir cerita sinetron Rizieg yang ceritanya 
sudah bertele-tele terlalu lama. Pendekar Solo


  #yiv1297411796 #yiv1297411796 -- #yiv1297411796ygrp-mkp {border:1px solid 
#d8d8d8;font-family:Arial;margin:10px 0;padding:0 10px;}#yiv1297411796 
#yiv1297411796ygrp-mkp hr {border:1px solid #d8d8d8;}#yiv1297411796 
#yiv1297411796ygrp-mkp #yiv1297411796hd 
{color:#628c2a;font-size:85%;font-weight:700;line-height:122%;margin:10px 
0;}#yiv1297411796 #yiv1297411796ygrp-mkp #yiv1297411796ads 
{margin-bottom:10px;}#yiv1297411796 #yiv1297411796ygrp-mkp .yiv1297411796ad 
{padding:0 0;}#yiv1297411796 #yiv1297411796ygrp-mkp .yiv1297411796ad p 
{margin:0;}#yiv1297411796 #yiv1297411796ygrp-mkp .yiv1297411796ad a 
{color:#0000ff;text-decoration:none;}#yiv1297411796 #yiv1297411796ygrp-sponsor 
#yiv1297411796ygrp-lc {font-family:Arial;}#yiv1297411796 
#yiv1297411796ygrp-sponsor #yiv1297411796ygrp-lc #yiv1297411796hd {margin:10px 
0px;font-weight:700;font-size:78%;line-height:122%;}#yiv1297411796 
#yiv1297411796ygrp-sponsor #yiv1297411796ygrp-lc .yiv1297411796ad 
{margin-bottom:10px;padding:0 0;}#yiv1297411796 #yiv1297411796actions 
{font-family:Verdana;font-size:11px;padding:10px 0;}#yiv1297411796 
#yiv1297411796activity 
{background-color:#e0ecee;float:left;font-family:Verdana;font-size:10px;padding:10px;}#yiv1297411796
 #yiv1297411796activity span {font-weight:700;}#yiv1297411796 
#yiv1297411796activity span:first-child 
{text-transform:uppercase;}#yiv1297411796 #yiv1297411796activity span a 
{color:#5085b6;text-decoration:none;}#yiv1297411796 #yiv1297411796activity span 
span {color:#ff7900;}#yiv1297411796 #yiv1297411796activity span 
.yiv1297411796underline {text-decoration:underline;}#yiv1297411796 
.yiv1297411796attach 
{clear:both;display:table;font-family:Arial;font-size:12px;padding:10px 
0;width:400px;}#yiv1297411796 .yiv1297411796attach div a 
{text-decoration:none;}#yiv1297411796 .yiv1297411796attach img 
{border:none;padding-right:5px;}#yiv1297411796 .yiv1297411796attach label 
{display:block;margin-bottom:5px;}#yiv1297411796 .yiv1297411796attach label a 
{text-decoration:none;}#yiv1297411796 blockquote {margin:0 0 0 
4px;}#yiv1297411796 .yiv1297411796bold 
{font-family:Arial;font-size:13px;font-weight:700;}#yiv1297411796 
.yiv1297411796bold a {text-decoration:none;}#yiv1297411796 dd.yiv1297411796last 
p a {font-family:Verdana;font-weight:700;}#yiv1297411796 dd.yiv1297411796last p 
span {margin-right:10px;font-family:Verdana;font-weight:700;}#yiv1297411796 
dd.yiv1297411796last p span.yiv1297411796yshortcuts 
{margin-right:0;}#yiv1297411796 div.yiv1297411796attach-table div div a 
{text-decoration:none;}#yiv1297411796 div.yiv1297411796attach-table 
{width:400px;}#yiv1297411796 div.yiv1297411796file-title a, #yiv1297411796 
div.yiv1297411796file-title a:active, #yiv1297411796 
div.yiv1297411796file-title a:hover, #yiv1297411796 div.yiv1297411796file-title 
a:visited {text-decoration:none;}#yiv1297411796 div.yiv1297411796photo-title a, 
#yiv1297411796 div.yiv1297411796photo-title a:active, #yiv1297411796 
div.yiv1297411796photo-title a:hover, #yiv1297411796 
div.yiv1297411796photo-title a:visited {text-decoration:none;}#yiv1297411796 
div#yiv1297411796ygrp-mlmsg #yiv1297411796ygrp-msg p a 
span.yiv1297411796yshortcuts 
{font-family:Verdana;font-size:10px;font-weight:normal;}#yiv1297411796 
.yiv1297411796green {color:#628c2a;}#yiv1297411796 .yiv1297411796MsoNormal 
{margin:0 0 0 0;}#yiv1297411796 o {font-size:0;}#yiv1297411796 
#yiv1297411796photos div {float:left;width:72px;}#yiv1297411796 
#yiv1297411796photos div div {border:1px solid 
#666666;height:62px;overflow:hidden;width:62px;}#yiv1297411796 
#yiv1297411796photos div label 
{color:#666666;font-size:10px;overflow:hidden;text-align:center;white-space:nowrap;width:64px;}#yiv1297411796
 #yiv1297411796reco-category {font-size:77%;}#yiv1297411796 
#yiv1297411796reco-desc {font-size:77%;}#yiv1297411796 .yiv1297411796replbq 
{margin:4px;}#yiv1297411796 #yiv1297411796ygrp-actbar div a:first-child 
{margin-right:2px;padding-right:5px;}#yiv1297411796 #yiv1297411796ygrp-mlmsg 
{font-size:13px;font-family:Arial, helvetica, clean, sans-serif;}#yiv1297411796 
#yiv1297411796ygrp-mlmsg table {font-size:inherit;font:100%;}#yiv1297411796 
#yiv1297411796ygrp-mlmsg select, #yiv1297411796 input, #yiv1297411796 textarea 
{font:99% Arial, Helvetica, clean, sans-serif;}#yiv1297411796 
#yiv1297411796ygrp-mlmsg pre, #yiv1297411796 code {font:115% 
monospace;}#yiv1297411796 #yiv1297411796ygrp-mlmsg * 
{line-height:1.22em;}#yiv1297411796 #yiv1297411796ygrp-mlmsg #yiv1297411796logo 
{padding-bottom:10px;}#yiv1297411796 #yiv1297411796ygrp-msg p a 
{font-family:Verdana;}#yiv1297411796 #yiv1297411796ygrp-msg 
p#yiv1297411796attach-count span {color:#1E66AE;font-weight:700;}#yiv1297411796 
#yiv1297411796ygrp-reco #yiv1297411796reco-head 
{color:#ff7900;font-weight:700;}#yiv1297411796 #yiv1297411796ygrp-reco 
{margin-bottom:20px;padding:0px;}#yiv1297411796 #yiv1297411796ygrp-sponsor 
#yiv1297411796ov li a {font-size:130%;text-decoration:none;}#yiv1297411796 
#yiv1297411796ygrp-sponsor #yiv1297411796ov li 
{font-size:77%;list-style-type:square;padding:6px 0;}#yiv1297411796 
#yiv1297411796ygrp-sponsor #yiv1297411796ov ul {margin:0;padding:0 0 0 
8px;}#yiv1297411796 #yiv1297411796ygrp-text 
{font-family:Georgia;}#yiv1297411796 #yiv1297411796ygrp-text p {margin:0 0 1em 
0;}#yiv1297411796 #yiv1297411796ygrp-text tt {font-size:120%;}#yiv1297411796 
#yiv1297411796ygrp-vital ul li:last-child {border-right:none 
!important;}#yiv1297411796 

   

Kirim email ke