http://www.dw.com/id/saudi-menjadi-modern-indonesia-menjadi-primitif/a-37238581

Saudi Menjadi Modern, Indonesia Menjadi “Primitif”?
Masyarakat Islam Saudi kini telah bergeliat menuju “umat modern”, sementara 
(sebagian) kaum Muslim Indonesia justru sedang bereuforia menjadi “masyarakat 
klasik”. Berikut paparan Sumanto al Qurtuby.

 

Sejak beberapa tahun terakhir mengajar di sebuah universitas riset di Arab 
Saudi, saya melihat ada perubahan sosio-kultural-keagamaan yang sangat 
fundamental di negara-kerajaan ini. Mungkin perubahan ini luput dari pengamatan 
para peneliti, sarjana, akademisi, jurnalis, maupun pembuat kebijakan publik.

"Wajah kultural” Saudi dulu dan kini sudah sangat berbeda, setidaknya di 
kawasan urban bukan di countryside atau di "daerah pedesaan”. Dulu, ketika 
membicarakan hal-ikhwal yang berkaitan dengan Saudi, kita langsung membayangkan 
Afganistan di zaman Taliban. Tapi sejak dekade terakhir, banyak perubahan 
positif dan signifikan di negara yang kini dipimpin oleh Raja Salman.

Perubahan sosio-kultural itu terjadi hampir di semua sektor dan isu: 
pendidikan, ketenagakerjaan, perekonomian, perbankan, peranan perempuan, 
tata-busana, bahasa, makanan-minuman, interaksi sosial, persepsi keagamaan, 
dlsb. Beberapa kali saya mengadakan survei ditambah dengan wawancara dan 
obrolan dengan ratusan warga Saudi, kesimpulannya juga sama: "wajah kultural” 
Saudi sedang mengalami perubahan besar.

Fenomena menarik 

Ada beberapa fenomena menarik yang bisa dijadikan sebagai alat ukur perubahan 
sosial ini. Misalnya, dulu tradisi berpakaian disini memang sangat 
"tradisional”. Yang laki-laki mengenakan jubah putih panjang (thaub) lengkap 
dengan kain penutup kepala dan kadang-kadang dilengkapi dengan pedang seperti 
penggunaan keris untuk pelengkap busana bagi orang Jawa jaman dulu. Desain 
jubah dan penutup kepala ini bermacam-macam. Masing-masing daerah dan suku di 
Saudi memilki adat dan tata-cara berbusana yang berlainan.

 
Penulis: Sumanto al Qurtuby
Tapi sekarang pemandangan ini sudah susah didapat, kecuali mungkin di 
kampung-kampung atau di daerah pinggiran yang belum terjamah oleh globalisasi 
dan modernisasi. Masyarakat laki-laki Saudi, khususnya generasi tua, sekarang 
lebih suka mengenakan "jubah nasional” ketimbang "jubah suku” mereka. Sementara 
kalangan mudanya lebih memilih pakaian kasual seperti jeans, kaos, kemeja, 
"katok-kolor” alias celana training, dlsb.

Yang perempuan juga sama. Dulu, kaum perempuan Saudi, jika di area publik, 
hanya berbusana abaya hitam gelombor lengkap dengan kain penutup wajah, baik 
itu bernama niqab, burqa atau khimar. Kini, perempuan Saudi mengenakan 
bermacam-macam desain dan jenis busana. Abaya tidak lagi melulu berwarna hitam 
polos tapi warna-warni (colorful), dan bahkan dilengkapi dengan pernak-pernik 
bordir yang sangat menawan. "Abaya bordir” yang warna-warni ini menjadi trend 
perempuan Saudi modern. Bahkan kini banyak desain abaya yang dibuat "slim fit” 
seukuran tubuh, tidak lagi gelombor ala "jilbab Syahrini”. Menurut murid-murid 
Saudiku, desain abaya slim fit ini supaya tampak lebih modern, gaul, dan seksi 
tentunya.

  a.. 5 HAL YANG TIDAK BOLEH DILAKUKAN PEREMPUAN ARAB SAUDI
  Menyetir MobilTidak ada UU resmi yang larang perempuan menyetir mobil. Tetapi 
kepercayaan keagamaan yang mendalam melarangnya. Menurut ulama Arab Saudi, 
perempuan yang menyetir "tidak mengindahkan nilai-nilai sosial". 2011 
sekelompok perempuan mengorganisir kampanye "Women2Drive" dengan menempatkan 
foto-foto mereka ketika menyetir mobil untuk membangkitkan kesadaran perempuan. 
Kampanye tidak sukses.

12345Bukan hanya itu, banyak perempuan Saudi yang kini hanya mengenakan abaya 
dan hijab (kain penutup kepala) saja tanpa dilengkapi dengan kain penutup 
wajah, khususnya mereka yang tinggal di Jeddah atau kota-kota metropolitan mini 
di Provinsi Ash-Sharqiyah. Jika mereka sedang liburan ke manca negara, baik di 
Arab Teluk (khususnya Uni Emirat Arab) apalagi ke negara-negara Barat, banyak 
dari mereka yang bahkan tidak mengenakan abaya, apalagi kain penutup kepala dan 
penutup wajah, melainkan pakai celana panjang "pantalon" atau "busana perempuan 
modern” lain. Fenomena ini sudah menjadi "rahasia umum”. Tentu saja masih 
banyak juga yang tetap memelihara tradisi berbusana "ala Saudi” meskipun berada 
di luar Saudi.

Kebangkitan perempuan

Contoh perubahan sosial lain adalah tentang "gerakan feminisme” yang cukup 
menggeliat sejak dekade terakhir. Memang dibanding dengan negara-negara Arab 
Teluk lain seperti Uni Emirat Arab atau Qatar, Arab Saudi agak terlambat 
menanggapi isu-isu peranan perempuan ini. Tetapi bukan berarti tidak ada 
perubahan sama sekali menyangkut hak-hak kaum perempuan Saudi. Misalnya, sudah 
sejak Raja Faisal, kaum perempuan mendapatkan kesempatan menuntut ilmu sampai 
perguruan tinggi, bukan hanya di bangku-bangku madrasah. Saudi bahkan memiliki 
"kampus perempuan” terbesar di dunia bernama Princess Nora University.

  a.. PEREMPUAN MUSLIM TERKAYA SEDUNIA
  Putri Ameerah al Taweel dari Arab SaudiPutri Ameerah al Taweel lahir 6 
November 1983. Dia istri Pangeran al Waleed bin Talal, yang termasuk keluarga 
kerajaan Arab Saudi. Pangeran al Waleed (58 tahun) adalah seorang pengusaha, 
dan menurut majalah Forbes menduduki ranking ke-26 dalam daftar pria terkaya 
dunia.

123456789Sejak Raja Abdullah bertahta, kaum perempuan memiliki kesempatan dan 
posisi lebih besar. Bukan hanya menikmati dunia pendidikan saja tetapi juga 
kesempatan bekerja di semua sektor publik (kecuali kemiliteran). Bahkan 
sejumlah perempuan menjadi penggerak dunia bisnis, industri, penerbitan, 
teknologi, dlsb. Sejumlah elit perempuan juga menjadi anggota "Shura Council” 
yang bertugas memberi nasehat dan masukan-masukan kepada raja terkait berbagai 
isu menyangkut pemberdayaan perempuan.

Kolegaku Mark Thompson, spesialis kajian Arab Saudi dari Inggris, menyatakan 
bahwa kelompok elit perempuan inilah yang berada di balik perubahan sosial 
menyangkut hak-hak kaum perempuan Saudi. Mark Thompson telah menulis sebuah 
buku berjudul Saudi Arabia and the Path to Political Change yang merekam dengan 
baik proses-proses perubahan sosial-politik-kultural di Saudi.   

Peran elit agama dipreteli, polisi syariat dipangkas fungsinya

Wajah keagamaan juga mengalami perubahan besar. Kelompok Islam 
konservatif-radikal-ekstrimis semakin terisolasi dan kehilangan pengaruh 
publik. Sejak mendiang Abdullah bin Abdulaziz Al Saud memegang tapuk kekuasaan 
dan kendali pemerintahan, baik saat menjadi Putra Mahkota di era Raja Fahd 
maupun ketika menjadi raja, berbagai reformasi pemikiran dan praktik keagamaan 
serta kebijakan publik dilakukan untuk mendorong terwujudnya wajah keislaman 
yang modern, toleran, moderat, dan damai. Beliaulah yang memprakarsai dialog 
kultural-nasional dengan para tokoh dan komunitas Syiah. Beliau jugalah yang 
membuka peluang lebar-lebar bagi warga Syiah Saudi untuk bekerja di semua 
sektor publik.

Beliau juga yang "memereteli” pengaruh dan peran sejumlah elit agama 
konservatif serta memangkas fungsi "Polisi Syariat” yang dulu sangat dominan 
mengontrol "kesalehan publik”. Berbagai kebijakan Raja Abdullah tersebut 
dilanjutkan dan bahkan ditingkatkan ritmenya oleh Raja Salman saat ini. Sejak 
beberapa tahun terakhir, Saudi juga memerangi kaum teroris-ekstrimis yang 
sering berbuat onar dan menganggu stabilitas politik-ekonomi negara.

Putra Mahkota Muhammad Bin Nayef menjadi aktor utama yang memimpin langsung 
perang melawan "terorisme gobal” dan "kekerasan domestik”. Sehingga dengan 
begitu tidak memberi ruang secuilpun pada kelompok radikal-ekstrimis untuk 
berkembang biak dan melampiaskan kekerasan di jalan-jalan dan arena publik 
lain. Saudi adalah negara yang sangat mementingkan "keamanan dan kenyamanan 
nasional” sehingga segala tindakan massa dan "kekerasan sipil” yang dipandang 
mengganggu atau berpontensi mengancam stabilitas kerajaan dan masyarakat akan 
ditindak tegas. 

Kontras dibanding Indonesia

Sejumlah fenomena perubahan sosio-kultural di Saudi dewasa ini cukup kontras 
dengan dinamika perkembangan di Indonesia belakangan ini, khususnya sejak 
lengsernya Presiden Suharto dari kursi kepresidenan. Sejumlah kelompok Islam di 
Indonesia bukannya menjadi lebih modern, progresif, toleran, dan damai tetapi 
justru semakin "kolot”, konservatif, intoleran, dan keras.

Wajah keislaman di Indonesia dewasa ini, khususnya di Jakarta dan beberapa 
kawasan urban, dipenuhi dengan munculnya berbagai ormas Islam ekstrim yang 
serba anti dengan minoritas agama: Syiah, Ahmadiyah, non-Muslim, dan berbagai 
sekte agama lain, termasuk agama-agama dan kepercayaan lokal.

  a.. KEHANCURAN MEKKAH DAN MADINAH
  Ambisi HajiSejak jatuhnya harga minyak, pemerintah Arab Saudi ingin lebih 
cepat mengembangkan wisata Haji sebagai salah satu pondasi perekonomian. Salah 
satu proyek terbesar adalah perluasan Masjid al Haram di Mekkah dan pembangunan 
berbagai hotel berbintang di sekitarnya. Namun proyek tersebut bergulir dengan 
mengorbankan berbagai situs bersejarah dari era kelahiran Islam.

12345678Sejumlah aksi kekerasan, verbal maupun fisik, yang dilakukan oleh 
sejumlah kelompok Islam atas kaum minoritas beserta properti keagamaan mereka 
juga menjamur di berbagai daerah. "Polisi Syariat” yang sudah dipreteli 
wewenangnya di Saudi malah berkembang biak di Indonesia, bukan hanya di Aceh 
saja tetapi juga di berbagai daerah di Jawa Barat, Banten, dan lainnya.

Sejumlah massa dan kelompok sipil yang mengatasnamakan agama dan umat Islam 
juga bertebaran di sejumlah daerah. Mereka begitu gagah dan "pede”-nya mengaku 
sebagai "asisten Tuhan” untuk memusnahkan apa yang mereka anggap dan yakini 
sebagai "kemaksiatan” dan "kemungkaran”. Fenomena "kekerasan kolektif” yang 
diprakarsai oleh sejumlah ormas Islam ini "genuine” Indonesia yang tidak pernah 
saya temukan di Saudi yang memang melarang keras warganya untuk melakukan 
tindakan kekerasan komunal.

Berbagai elemen ormas Islam dan tokoh-tokoh Muslim juga bereuforia dengan 
"simbol-simbol keislaman” klasik, termasuk simbol-simbol kebudayaan Arab zaman 
dulu yang kini sudah ditinggalkan oleh masyarakat Arab kontemporer seperti 
tradisi tata-busana yang saya sebutkan di atas. Pula, sejumlah umat Islam, 
khususnya kaum Muslim kota, bereuforia dengan Bahasa Arab yang menurut mereka 
sebagai "bahasa agamis” dan "bahasa surga” seraya "mengkafirkan” Bahasa 
Inggris. Padahal di Saudi sendiri (dan juga kawasan Arab Teluk lain), 
penggunaan Bahasa Inggris kini telah berkembang pesat, bukan hanya di dunia 
pendidikan saja tetapi juga di sektor bisnis-perekonomian dan komunikasi 
sehari-hari.

Apakah berbagai fenomena sosial-kultural yang cukup kontras terjadi di kedua 
negara berpenduduk mayoritas Muslim ini menunjukkan bahwa masyarakat Islam 
Saudi kini telah bergeliat menuju "umat modern”, sementara (sebagian) kaum 
Muslim Indonesia justru sedang bereuforia menjadi "masyarakat klasik” dan 
bahkan "komunitas primitif” --khususnya mereka yang hobi melakukan tindakan 
barbar dan kekerasan? Wallahu ‘alam bi-shawab.

  a.. BUAH HARAM WAHABISME
  Wahabisme Telurkan Radikalisme?Sejak 2013 silam parlemen Eropa mewanti-wanti 
terhadap paham Wahabisme. Bahkan Dewan Fatwa Malaysia menilai faham tersebut 
kerap melahirkan pandangan radikal dan bisa berujung pada tindak terorisme. 
Pasalnya Wahabisme menganut prinsip pemurnian Islam. Bentuknya yang cenderung 
eksklusif dan intoleran terhadap ajaran lain membuat penganut Wahabisme rentan 
terhadap radikalisasi.

1234567891011Penulis:

Sumanto Al Qurtuby

Dosen Antropologi Budaya dan Kepala Scientific Research in Social Sciences, 
King Fahd University of Petroleum and Minerals, Arab Saudi. Ia memperoleh gelar 
doktor dari Boston University. Ia telah menulis lebih dari 17 buku, antara lain 
Religious Violence and Conciliation in Indonesia (London & new York: Routledge, 
2016). 



*Setiap tulisan yang dimuat dalam #DWNesia menjadi tanggung jawab penulis.


LAPORAN PILIHAN

Arab Fashion Week 2016 Dibuka di Dubai
Dubai berambisi menjadi salah satu pusat fesyen dunia, disamping New York, 
London, Paris atau Milan. Untuk ketiga kalinya digelar Arab Fashion Week yang 
menampilkan fesyen siap pakai dari lebih 20 negara. (06.10.2016)  

Larangan Nikah bagi Lelaki Arab
Kaum lelaki di Arab Saudi dilarang menikahi perempuan dari tiga negara Asia dan 
satu negara Afrika. Negara teluk tersebut terus memperketat aturan nikah bagi 
warganya yang ingin menyunting warga asing. (07.08.2014)  

Kepentingan Arab Saudi Dalam Perang Suriah
Apa sebenarnya kepentingan Arab Saudi dalam konflik di Suriah? Keluarga 
kerajaan di Riyadh bersaing keras dengan para Mullah di Iran untuk memperkuat 
pengaruh di Suriah. (24.01.2014)  

Dubai Jadi Pemain Global Tren Fesyen dan Mode Muslim
Uni Emirat Arab kini jadi pemain global di dunia fesyen dan mode Islami. 
Ekonomi Islami dari industri mode dan fesyen volumenya mencapai 243 milyar USD 
pada 2015. (06.10.2016)  

Inilah Wujud Hyperloop di Uni Emirat Arab
Uni Emirat Arab berambisi menjadi negara pertama yang memiliki sistem 
transportasi masa depan, Hyperloop. Proyek raksasa yang menghubungkan antara 
Dubai dan Abu Dhabi itu dijadwalkan tuntas tahun 2021. (22.11.2016)  

Kehancuran Mekkah dan Madinah
Sejak menguasai dua kota suci, Mekkah dan Madinah, kerajaan al Saud secara 
sistematis menghancurkan berbagai situs bersejarah Islam. Langkah itu tidak 
cuma digerakkan oleh kepentingan bisnis haji, tapi juga keyakinan (22.07.2016)  

5 Hal Yang Tidak Boleh Dilakukan Perempuan Arab Saudi
Catatan HAM Arab Saudi tidak bagus. Terutama yang berkaitan dengan perlindungan 
bagi perempuan dan hak-haknya. Walaupun ada kemajuan, ruang gerak perempuan 
tetap sangat dibatasi. (07.08.2015)  

Buah Haram Wahabisme
Sejak lama dunia mengkhawatirkan paham Wahabisme sebagai wadah terorisme 
global. Ajaran puritan itu diyakini tidak cuma menjadi rumah ideologi, tapi 
penganutnya juga ikut membiayai tindak terorisme di Timur Tengah. (25.08.2016)  

Perempuan Muslim Terkaya Sedunia
Sebagian mereka kaya antara lain karena upaya sendiri. Tapi ada juga yang 
mewarisi kekayaan orang tua, dan beberapa dari mereka kaya karena menikah 
dengan pria kaya. Inilah sembilan perempuan muslim terkaya di dunia. 
(13.08.2015)  

  a.. Tanggal 23.01.2017 
  b.. Kata Kunci sumanto, al qurtuby, dunia, Islam, Muslim, saudi, Arab, 
Indonesia, DWnesia, #DWnesia, kekerasan, jilbab,polisi, agama, budaya 
  c.. Bagi artikel Facebook Twitter google+ lainnya 
  d.. Feedback: Kirim Feedback 
  e.. Cetak Cetak halaman ini 
  f.. Permalink http://dw.com/p/2WFSH

Kirim email ke