Kabar yang sampai kepada kami ketika saya berdiam di satu negeri kecil Eropa 
Timur, mengatakan bahwa ketika itu Ahmad Sofyan bersama pasukannya kehabisan 
makanan ketika berada dalam gua. Maka Ahmad Sofyan mengirimkan anak buahnya 
untuk membeli makanan ke kota. Anggota ABRI mengenal orang-orang yang 
berbelanja itu, lalu mereka mengikuti anak buah Ahmad Sofyan itu dari belakang 
hingga masuk ke dalam hutan. Dengan pengepungan yang ketat, akhirnya Ahmad 
Sofyan bersama anak buahnya diserbu pasukan ABRI.

     Pada Minggu, 29 Januari 2017 8:42, "'Tsasando' tsasa...@gmail.com 
[wahana-news]" <wahana-n...@yahoogroups.com> menulis:
 

     https://tirto.id/sayid-komunis-yang-diburu-tentara-baret-merah-chz3    
SofyanBaraqbah Sayid Komunis yangDiburu Tentara Baret Merah Reporter: Petrik 
Matanasi 24 Januari, 2017    Sayid Ahmad Sofyan Baraqbah asal Banjarmasin 
adalah anggotaparlemen di era Sukarno dan menjadi gerilyawan buruan ABRI di 
masa OrdeBaru. Dia salah satu keturunan Nabi atau yang biasa disebut sebagai 
sayid. tirto.id - Siang 12Januari 1974 itu, Sofyan dan A Siong sedang menikmati 
makan siang. Sofyan,laki-laki berkumis dan berjanggut itu, duduk dengan senapan 
AK di paha. Diatidak sadar ada 12 orang pasukan komando sedang mengintainya 
dari belakang.Begitupun kawannya A Siong alias Ramang, yang menyandang senapan 
getmi.

Dari jarak 10 meter dari pasukan penyergap itu, terlihat Ramang dan 
Sofyansedang duduk makan siang berhadapan di antara 3 pohon besar. Letnan 
SatuSutiono dari Kopassandha (kini kopassus) Baret Merah, masih ingat 
perintahMayor Sutarno: "Usahakan tembak kakinya." Ketika itu, sialnya 
kakiSofyan tak terlihat. Tubuhnya saja yang nampak.

"Kalau terpaksa menembak, tembaklah Sofyan dulu. Jangan si Ramang!"bisik 
Sutiono kepada bawahannya. Sebab, target utama mereka adalah Sofyan.Tepat pukul 
13.05 dari celah-celah daun belukar, dalam jarak 10 meter, sebutirpeluru AR 
yang ditembakkan Sutiono meluncur. Peluru itu meluncur melaluibelakang kepala 
Sofyan hingga menembus dahinya. Tembakan-tembakan lain segeramenyusul. 
Sementara itu, dengan hanya berkolor, Ramang mengambil langkahseribu. Namun, 
getmi miliknya tertinggal.

Itulah makan siang terakhir Sayid Ahmad Sofyan Baraqbah. Ia adalah 
buruanAngkatan Bersenjata Republik Indonesia selama bertahun-tahun di 
rimbaKalimantan Barat. Cerita penyergapan Sofyan di sekitar Hutan Terentang 
danSungai Kalabau itu diwartakan Tempo (09/02/1974).

Setelah penembakan, pasukan itu fokus mengurus Sofyan yang sudah menjadimayat. 
Tidak mudah menggotong Sofyan dari hutan. Mereka harus bersampan,membawa mayat 
Sofyan yang sudah terbungkus plastik. Setelah laporan soal Sofyanditerima pihak 
militer di Pontianak, helikopter pun menuju Terenteng, zonapendaratan 
helikopter untuk menjemput mayat Sofyan.

Menjelang senja keesokan hari, barulah mayat Sofyan bisa didaratkan didepan 
Skodam XII/Tanjungpura, Pontianak. Dari sana, mayatnya diusung ke kamarmayat 
Kesdam XII/Tanjungpura yang jaraknya hanya 75 meter. Orang-orangyang pernah 
mengenal turunan sayid ini diminta mengidentifikasi. KenalanSofyan seperti M. 
Ali AS, Soewardi Poespoyo, M. Jusuf Suib, H.Abdussyukur, dan Abubakar Mansyur, 
membenarkan bahwa mayat itu adalah SayidAhmad Sofyan Baraqbah. 

Selama hidupnya, Sofyan tak asing dengan Partai Komunis Indonesia (PKI), 
jugaPasukan Gerilya Rakyat Sarawak (PGRS) kemudian. Namanya juga tercantum 
dalamDokumen-dokumen Kongres Nasional Ke-VI Partai Komunis Indonesia, 7-14 
September1959. Menurut catatan Tempo, Sofyanmeninggal di usia 48 tahun. 

Dia lahir di Banjarmasin. Ajaran komunis dikenalnya di Medan, di mana dia 
jugabertemu istrinya, Nani Sumarni, di kota itu. Di Medan, Sofyan sudah 
menjadiKetua Serikat Buruh Kiri Sarbupri/SOBSI Medan pada 1950. Dia kembali 
keBanjarmasin pada 1954, menjadi tokoh PKI dan anggota parlemen di sana. 

Di tahun 1959, Sofyan pindah lagi ke Pontianak. Di sana dia menjadi 
anggotaComite Daerah Besar Kalimantan Barat . Dia juga anggota Front Nasional. 
Sebagaiinsan partai komunis terpandang, Sofyan ikut menjadi dosen di sekolah 
partaiyang terletak di Gang Nurdin, Pontianak.

Baraqbah, nama belakang laki-laki yang lahir kira-kira tahun 1926 ini, 
adalahsalah satu marga keturunan Nabi Muhammad. maka, ia bergelar sayid. Selain 
SayidAhmad Sofyan Baraqbah, ada sayid lain yang juga komunis. Dari Kalimantan 
Timurada Sayid Fahrul Baraqbah yang menjadi pimpinan CDB Kalimantan Timur 
dananggota Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS). Setelah 1965, 
Fahrulditangkap, tapi Sofyan tidak. Sofyan bergerilya. 

Setelah G30S gagal dan lanskap politik Indonesia terhadap konfrontasi 
malaysiaberubah, banyak sukarelawan Dwikora yang tergabung dalam PGRS enggan 
berhentiberkonfrontasi. Mereka pun disikat ABRI. Dengan mantan PGRS itu, 
Sofyanbersekutu. Menurut catatan A.M. Hendropriyono yang ikut serta 
penumpasanPGRS, "PKI gaya baru" pimpinan Sofyan dengan sisa PGRS 
melahirkankekuatan yang disebut Barisan Rakyat (Bara) yang beroperasi sejak 
1966 hingga1974. Dalam pasukan PGRS itu terdapat trio Lim Fo Kui, Bong Kie 
Chock, dan BongHon yang bergerilya di hutan belukar perbatasan RI-Malaysia di 
Kalimantan,

”Ini kita (TNI) melatih Tentara Nasional Kalimantan Utara dan PGRS diSurabaya, 
Bogor, dan Bandung. Akhirnya, setelah pergantian pemerintah, PresidenSoeharto 
memutuskan berdamai dengan Malaysia dan gerilyawan tersebut dimintameletakkan 
senjata. Karena PGRS tidak menyerah, terpaksa kita sebagai guruharus menghadapi 
murid dengan bertempur di hutan rimba Kalimantan,” kataA.M. Hendropriyono yang 
menulis Operasi Sandi Yudha: MenumpasGerakan Klandestin (2013).    Sofyan 
menjadi orang yang dianggapberbahaya di masa-masa itu. “Tahun 1967, Barisan 
Rakyat atau Bara yangmerupakan fusi antara PGRS dan CDB PKI Kalimantan Barat di 
bawah pimpinan AhmadSofyan, menyerang gudang senjata AURI di Pangkalan Udara 
Sanggau Ledo atauSintang II,” tulis Hendro Subroto dalam biografi Sintong 
Pandjaitan yangberjudul Sintong Panjaitan, perjalananSeorang Prajurit Para 
Komando (2009).

Sofyan menjadi otak dari gerakan itu,sedangkan "serangan dipimpin oleh Ju Lie, 
seorang China Komunis diSingkawang.” 

Setelah melakukan serangan, posisi pemberontaksemakin menguntungkan. “Mereka 
berhasil menjarah 133 pucuk senjata yangsebagian besar terdiri dari senapan 
Cung buatan RRC, senapan serbu Heckler& KochG3, dua senapan mesin berat 
degtyarev DshK-38 kaliber 12m7mm,dan peti-peti amunisi dari berbagai jenis. 
Jumlah senjata yang dirampas itudapat mempersenjatai pasukan berkekuatan satu 
kompi. Gedung senjata AURI yangdikuasai oleh gerombolan komunis, kemudian 
dibakar habis.”

Sebagai pemimpin gerilya, Sofyan “membagiKalimantan Barat menjadi dua komite, 
yaitu komite daerah Kapuas untuk sektortimur dan komite daerah pantai untuk 
sektor Barat yang menjadi daerah operasikopassandha.... Sofyan melakukan 
operasi Klandestein di daerah belakang dandaerah penyangga sesuai strategi PKI, 
yaitu melakukan penggarapan massa,menyusun organisasi partai di bawah tanah dan 
melakukan perjuangan bersenjata.”

Selama bertahun-tahun, Sofyan menjadiburuan ABRI, termasuk Kopassanda. Tim yang 
dipimpin Letkol Sutarno itudiberi tugas khusus untuk mendapatkan Sofyan, hidup 
atau mati. 

“Sebenarnya Sofyan sudah hampir kitatangkap. Tapi pengejaran Sofyan dalam ruang 
gerak yang semakin sempit terpaksaberhenti, karena satgas ditarik dari 
Kalimantan Barat kembali ke basis,”aku Sintong dalam buku biografinya.    
#yiv7158438543 #yiv7158438543 -- #yiv7158438543ygrp-mkp {border:1px solid 
#d8d8d8;font-family:Arial;margin:10px 0;padding:0 10px;}#yiv7158438543 
#yiv7158438543ygrp-mkp hr {border:1px solid #d8d8d8;}#yiv7158438543 
#yiv7158438543ygrp-mkp #yiv7158438543hd 
{color:#628c2a;font-size:85%;font-weight:700;line-height:122%;margin:10px 
0;}#yiv7158438543 #yiv7158438543ygrp-mkp #yiv7158438543ads 
{margin-bottom:10px;}#yiv7158438543 #yiv7158438543ygrp-mkp .yiv7158438543ad 
{padding:0 0;}#yiv7158438543 #yiv7158438543ygrp-mkp .yiv7158438543ad p 
{margin:0;}#yiv7158438543 #yiv7158438543ygrp-mkp .yiv7158438543ad a 
{color:#0000ff;text-decoration:none;}#yiv7158438543 #yiv7158438543ygrp-sponsor 
#yiv7158438543ygrp-lc {font-family:Arial;}#yiv7158438543 
#yiv7158438543ygrp-sponsor #yiv7158438543ygrp-lc #yiv7158438543hd {margin:10px 
0px;font-weight:700;font-size:78%;line-height:122%;}#yiv7158438543 
#yiv7158438543ygrp-sponsor #yiv7158438543ygrp-lc .yiv7158438543ad 
{margin-bottom:10px;padding:0 0;}#yiv7158438543 #yiv7158438543actions 
{font-family:Verdana;font-size:11px;padding:10px 0;}#yiv7158438543 
#yiv7158438543activity 
{background-color:#e0ecee;float:left;font-family:Verdana;font-size:10px;padding:10px;}#yiv7158438543
 #yiv7158438543activity span {font-weight:700;}#yiv7158438543 
#yiv7158438543activity span:first-child 
{text-transform:uppercase;}#yiv7158438543 #yiv7158438543activity span a 
{color:#5085b6;text-decoration:none;}#yiv7158438543 #yiv7158438543activity span 
span {color:#ff7900;}#yiv7158438543 #yiv7158438543activity span 
.yiv7158438543underline {text-decoration:underline;}#yiv7158438543 
.yiv7158438543attach 
{clear:both;display:table;font-family:Arial;font-size:12px;padding:10px 
0;width:400px;}#yiv7158438543 .yiv7158438543attach div a 
{text-decoration:none;}#yiv7158438543 .yiv7158438543attach img 
{border:none;padding-right:5px;}#yiv7158438543 .yiv7158438543attach label 
{display:block;margin-bottom:5px;}#yiv7158438543 .yiv7158438543attach label a 
{text-decoration:none;}#yiv7158438543 blockquote {margin:0 0 0 
4px;}#yiv7158438543 .yiv7158438543bold 
{font-family:Arial;font-size:13px;font-weight:700;}#yiv7158438543 
.yiv7158438543bold a {text-decoration:none;}#yiv7158438543 dd.yiv7158438543last 
p a {font-family:Verdana;font-weight:700;}#yiv7158438543 dd.yiv7158438543last p 
span {margin-right:10px;font-family:Verdana;font-weight:700;}#yiv7158438543 
dd.yiv7158438543last p span.yiv7158438543yshortcuts 
{margin-right:0;}#yiv7158438543 div.yiv7158438543attach-table div div a 
{text-decoration:none;}#yiv7158438543 div.yiv7158438543attach-table 
{width:400px;}#yiv7158438543 div.yiv7158438543file-title a, #yiv7158438543 
div.yiv7158438543file-title a:active, #yiv7158438543 
div.yiv7158438543file-title a:hover, #yiv7158438543 div.yiv7158438543file-title 
a:visited {text-decoration:none;}#yiv7158438543 div.yiv7158438543photo-title a, 
#yiv7158438543 div.yiv7158438543photo-title a:active, #yiv7158438543 
div.yiv7158438543photo-title a:hover, #yiv7158438543 
div.yiv7158438543photo-title a:visited {text-decoration:none;}#yiv7158438543 
div#yiv7158438543ygrp-mlmsg #yiv7158438543ygrp-msg p a 
span.yiv7158438543yshortcuts 
{font-family:Verdana;font-size:10px;font-weight:normal;}#yiv7158438543 
.yiv7158438543green {color:#628c2a;}#yiv7158438543 .yiv7158438543MsoNormal 
{margin:0 0 0 0;}#yiv7158438543 o {font-size:0;}#yiv7158438543 
#yiv7158438543photos div {float:left;width:72px;}#yiv7158438543 
#yiv7158438543photos div div {border:1px solid 
#666666;height:62px;overflow:hidden;width:62px;}#yiv7158438543 
#yiv7158438543photos div label 
{color:#666666;font-size:10px;overflow:hidden;text-align:center;white-space:nowrap;width:64px;}#yiv7158438543
 #yiv7158438543reco-category {font-size:77%;}#yiv7158438543 
#yiv7158438543reco-desc {font-size:77%;}#yiv7158438543 .yiv7158438543replbq 
{margin:4px;}#yiv7158438543 #yiv7158438543ygrp-actbar div a:first-child 
{margin-right:2px;padding-right:5px;}#yiv7158438543 #yiv7158438543ygrp-mlmsg 
{font-size:13px;font-family:Arial, helvetica, clean, sans-serif;}#yiv7158438543 
#yiv7158438543ygrp-mlmsg table {font-size:inherit;font:100%;}#yiv7158438543 
#yiv7158438543ygrp-mlmsg select, #yiv7158438543 input, #yiv7158438543 textarea 
{font:99% Arial, Helvetica, clean, sans-serif;}#yiv7158438543 
#yiv7158438543ygrp-mlmsg pre, #yiv7158438543 code {font:115% 
monospace;}#yiv7158438543 #yiv7158438543ygrp-mlmsg * 
{line-height:1.22em;}#yiv7158438543 #yiv7158438543ygrp-mlmsg #yiv7158438543logo 
{padding-bottom:10px;}#yiv7158438543 #yiv7158438543ygrp-msg p a 
{font-family:Verdana;}#yiv7158438543 #yiv7158438543ygrp-msg 
p#yiv7158438543attach-count span {color:#1E66AE;font-weight:700;}#yiv7158438543 
#yiv7158438543ygrp-reco #yiv7158438543reco-head 
{color:#ff7900;font-weight:700;}#yiv7158438543 #yiv7158438543ygrp-reco 
{margin-bottom:20px;padding:0px;}#yiv7158438543 #yiv7158438543ygrp-sponsor 
#yiv7158438543ov li a {font-size:130%;text-decoration:none;}#yiv7158438543 
#yiv7158438543ygrp-sponsor #yiv7158438543ov li 
{font-size:77%;list-style-type:square;padding:6px 0;}#yiv7158438543 
#yiv7158438543ygrp-sponsor #yiv7158438543ov ul {margin:0;padding:0 0 0 
8px;}#yiv7158438543 #yiv7158438543ygrp-text 
{font-family:Georgia;}#yiv7158438543 #yiv7158438543ygrp-text p {margin:0 0 1em 
0;}#yiv7158438543 #yiv7158438543ygrp-text tt {font-size:120%;}#yiv7158438543 
#yiv7158438543ygrp-vital ul li:last-child {border-right:none 
!important;}#yiv7158438543 

   

Kirim email ke