Minggu, 02 April 2017 | 19:41 
http://www.beritasatu.com/aktualitas/422835-mayoritas-pemilih-jakarta-dipastikan-tolak-kampanye-sara.html#
   
http://www.beritasatu.com/aktualitas/422835-mayoritas-pemilih-jakarta-dipastikan-tolak-kampanye-sara.html#
   
http://www.beritasatu.com/aktualitas/422835-mayoritas-pemilih-jakarta-dipastikan-tolak-kampanye-sara.html#
   http://www.addthis.com/tellfriend.php
 

 
 
 

 Mayoritas Pemilih Jakarta Dipastikan Tolak Kampanye SARA 
http://www.beritasatu.com/aktualitas/422835-mayoritas-pemilih-jakarta-dipastikan-tolak-kampanye-sara.html


 Sejumlah peserta aksi simpatik dari Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia 
(PMII) menghimbau pengguna jalan dalam aksi damai mengajak masyarakat untuk 
berkampanye damai dan menghindari kampanye bermuatan SARA dalam pilkada DKI 
putaran ke dua, di kawasan Monas, Jakarta, 29 Maret 2017. (BeritaSatu 
Photo/Joanito De Saojoao)

 Jakarta - Mayoritas warga Jakarta dipastikan menolak berbagai bentuk kampanye 
hitam yang mengandung unsur suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA). Oleh 
karena itu, dua kandidat pasangan calon gubernur dan calon wakil gubernur DKI 
Jakarta harus menghindari kampanye berbau SARA itu.
 “Jika tidak mau bernasib sama seperti pasangan Agus-Sylvi (Agus Harimurti 
Yudhoyono dan Sylviana Murni, Red), yang terjungkal di putaran pertama, 
pasangan Anies Baswedan dan Sandiaga Uno jangan memainkan sentimen agama di 
sisa masa kampanye yang tinggal dua pekan ini,” kata Direktur Eksekutif Sinergi 
Data Indonesia (SDI) Barkah Pattimahu di Jakarta, Minggu (2/4).
 Hari ini, SDI meluncurkan survei terkait kampanye SARA di putaran kedua 
Pemilihan Gubernur (Pilgub) DKI Jakarta. Dalam survei itu terungkap bahwa 
tingkat toleransi warga Jakarta saat ini masih sangat tinggi, yakni 70,14%. 
Survei SDI dilakukan pada 10-17 Maret 2017 dengan melibatkan 600 responden. 
Metode survei yang digunakan adalah multistage random sampling dengan margin of 
error sebesar plus-minus 4,08%.
 "Pasangan Agus-Sylvi telah melakukan blunder dengan mengemas isu agama di 
putaran pertama. Bila Anies-Sandi melanjutkan langkah tersebut, peluangnya 
untuk memenangkan putaran kedua Pilgub DKI Jakarta sulit terwujud," katanya.
 Berdasarkan temuan SDI, tingkat toleransi warga Jakarta masih sangat tinggi 
meski menurun. Pada Oktober 2016, pemilih toleran di Jakarta sebanyak 71,53%. 
Kemudian, pada Januari 2017 naik menjadi 73,67% dan turun menjadi 70,14% pada 
Maret lalu.
 Yang menarik, dari warga yang toleran itu, ada juga yang mendukung 
Anies-Sandi. Demikian pula sebaliknya, ada juga warga yang intoleran mau 
memilih Ahok-Djarot. "Dari 70,14% pemilih yang toleran, sebanyak 51,89% 
mendukung pasangan Ahok-Djarot, selebihnya 39,49% memilih Anies-Sandi. 
Sementara, dari 29,86% pemilih yang intoleran, mayoritas 71,92% berpihak kepada 
Anies-Sandi dan 19,47% memilih Ahok-Djarot," ujarnya.
 Hasil survei SDI juga menyebutkan, sebanyak 80,80% warga Jakarta tidak setuju 
penggunaan kampanye hitam berbau SARA untuk menjatuhkan paslon lain. "Sebanyak 
74,20% pemilih Jakarta juga tidak percaya dengan isi kampanye hitam berbau 
SARA," kata Barkah.
 Dikatakan, tingkat toleransi warga Jakarta dilihat dari cara hidup bertetangga 
dengan berbeda agama, mengucapkan selamat atas perayaan hari besar agama lain, 
perayaan dan ritual keagamaan di lingkungan tempat ibadah, menyikapi perbedaan 
agama dalam keluarga, serta pandangan terhadap pendapat tentang agama.
 Menurut Barkah, dari sisi elektabilitas, saat ini Anies-Sandi memang masih 
mengungguli Ahok-Djarot. Elektabilitas pasangan nomor urut tiga itu sebesar 
47,60%, sedangkan elektabilihas Ahok-Djarot 41,00%. Dengan demikian, belum ada 
kandidat yang menang mutlak (di atas 50%).
 "Itu artinya, pemenang putaran kedua nanti ditentukan oleh undecided voters, 
yang jumlahnya masih sekitar 11%. Untuk merebut suara pemilih yang belum 
menentukan pilihan ini ditentukan isu yang diangkat masing-masing kandidat, 
terutama isu SARA," ujarnya.


 
 
 

 Asni Ovier/AO
 BeritaSatu.com



 

Kirim email ke