From: B.DORPI P. 
Sent: Thursday, June 8, 2017 10:38 AM

https://seword.com/umum/posisi-din-syamsudin-di-ukp-pip-diganti-kh-said-aqil-shiradj-pertanda-apa/
on June 7, 2017
Posisi Din Syamsudin di UKP-PIP Diganti KH. Said Aqil Shiradj, Pertanda Apa? 
By saefudin achmad

Presiden Jokowi baru saja melantik Pengarah dan Kepala Unit Kerja Presiden 
Pembinaan Ideologi Pancasila ( UKP-PIP). Pelantikan berlangsung di Istana 
Negara, Jakarta, Rabu (7/6/2017).

Untuk posisi Kepala UKP-PIP, Jokowi memercayakan kepada Yudi Latif. Sementara, 
untuk posisi Pengarah, Jokowi memilih 9 orang, dua di antaranya adalah Presiden 
ke-5 RI Megawati Soekarnoputri dan Wakil Presiden ke-6 Try Sutrisno.

Selain itu, mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah, Ahmad Syafii Maarif, Ketua Umum 
PBNU KH. Sa’id Aqil, Ketua Umum MUI KH. Ma’ruf Amin, dan mantan Ketua Mahkamah 
Konstitusi Mahfud MD. Ada pula tokoh Kristen Andreas Annangguru Yewangoe, tokoh 
yang mewakili agama Hindu Wisnu Bawa Tenaya, dan serta perwakilan agama Budha, 
Sudhamek.

Ada hal yang menarik dari nama-nama yang dilantik oleh Jokowi. Nama Din 
Syamsudin tidak lagi termasuk dari anggota UKP-PIP. Posisinya digantikan oleh 
KH. Said Aqil Shiradj. Simak informasi berikut.

Presiden Jokowi mencabut Din Syamsudin dari daftar dewan pengarah Unit Kerja 
Presiden Pembinaan Ideologi Pancasila (UKP-PIP). Din Syamsuddin akhirnya 
diganti oleh KH. Said Aqil Siradj.

Pencabutan ini dilakukan sebelum Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 31/M/2017 
tentang pengangkatan pengarah dan kepala Unit Kerja Presiden Pembinaan Ideologi 
Pancasila diterbitkan.

Pencabutan nama Din Syamsuddin dibenarkan Ketua UKP-PIP, Yudi Latief. Yudi 
mengatakan, Din Syamsuddin sengaja dicopot dari daftar dewan pengarah UKP-PIP 
karena akan mendapat tugas lain dari Kepala Negara yang rencananya juga akan 
dibentuk lembaga lain kayak Dewan Kerukunan Nasional.

Jika Din Syamsuddin masuk dalam struktur UKP-PIP, maka akan terjadi penumpukan 
tokoh Islam dari organisasi Muhammadiyah. Sebab selain Din Syamsuddin, Mantan 
Ketua Umum Pengurus Pusat Muhammadiyah Ahmad Syafi’i Ma’arif juga masuk dalam 
daftar dewan pengarah UKP-PIP.

“Jadi tokoh agama lain mungkin supaya tidak overlapping. Sebagian di unit ini, 
sebagian di rencana-rencana yang lain,” terangnya.

Ketika ditanya apakah Din Syamsuddin akan dimasukkan dalam struktur Dewan 
Kerukunan Nasional, Yudi mengaku belum tahu.

“Belum ada penjelasan, tapi konon ada ini tersendiri lah, tugas tersendiri,” 
tutupnya.

Digantikannya posisi Din Syamsudin oleh KH. Said Aqil Shiradj terlihat bukan 
sebuah kebetulan. Jika alasan posisi Din Syamsudin diganti oleh KH. Said Aqil 
Shiradj manurut Yudi Latief karena akan ditempatkan ke posisi lain, alasan ini 
juga janggal. Mengapa tidak KH. Said Aqil Shiradj saja yang ditempatkan di 
posisi yang lain? Apalagi, posisi yang dimaksud oleh Yudi Latif baru sebatas 
rencana.

Alasan bahwa jika Din Syamsudin tetap berada di UKP-PIP, maka akan terjadi 
overlapping tokoh Muhamddiyah dimana di UKP-PIP sudah ada Ahmad Syafi’i Ma’arif 
juga mudah dibantah. Pasalnya, meskipun KH. Ma’ruf Amin disebut mewakili MUI, 
namun secara organisasi beliau adalah Ro’is Am NU. Maka ketika KH. Said Aqil 
Shiradj masuk UKP-PIP menagapa tidak dikatakan overlapping tokoh NU? Apalagi di 
situ juga ada Mahfud MD yang secara amaliyah masuk kategori orang NU.

Nalar saya mengatakan bahwa digantikannya posisi Din Syamsudin oleh KH. Said 
Aqil Shiradj bukan tanpa alasan. Sikap-sikap yang ditunjukkan oleh Din 
Syamsudin belakangan ini yang kemungkinan membuat Jokowi lebih memilih KH. Said 
Aqil Shiradj.

Sikap yang ditunjukkan oleh Din Syamsudin belakangan memang terlihat memicu pro 
dan kontra. Tak lama setelah  Jokowi meresmikan Masjid KH. Hasyim Asy’ari, Din 
Syamsudin menyurati Jokowi.  Dalam surat terbuka yang ditujukan kepada Presiden 
Jokowi untuk meminta agar menunda peresmian Masjid KH Hasyim Asy’ari yang 
berada di bilangan Daan Mogot, Ketua Dewan Pertimbangan MUI/Mantan Ketua Umum 
PP Muhammadiyah M Din Syamsuddin, sempat menyebut istilah ‘Masjid Dhirar’. Di 
dalam surat terbuka yang tersebar luas semenjak kemarin itu, ‘Din Syamsuddin’ 
mengartikan istilah ‘Masjid Dhirar’ sebagai masjid yang membahayakan.

Tuduhan Din Syamsudin bahwa Masjid KH. Hasyim Asy’ari sebagai masjid dhirar 
tentu sangat menyakitkan kubu pemerintah. Masjid dhirar memiliki pengertian 
sebagai masjid yang dibangun oleh orang munafik. Dengan mengatakan Masjid KH. 
Hasyim Asy’ari sebagai masjid dhirar, maka secara tidak langsung Din Syamsudin 
meyebut bahwa pemerintah adalah orang munafik.

Entah atas dasar apa Din Syamsudin sampai berkesimpulan bahwa ada kemungkinan 
bahwa masjdi KH. Hasyim Asy’ari adalah masjid dhirar. Padahal, ulama-ulama di 
atas beliau tetap kalem, adem  ayem, serta mengapresiasi pemerintah yang telah 
membangunkan masjid. Mereka justru berterima kasih kepada pemerintah.

Alasan-alasan itu yang menurut nalar saya yang membuat Jokowi memilih KH. Said 
Aqil Shiradj untuk menempati posisi Din Syamsudin di UKP-PIP. Nalar saya tentu 
bisa jadi benar bisa jadi salah. Silahkan pembaca seword berpendapat mengapa 
posisi Din Dyamsudin digantikan oleh KH. Said Aqil Shiradj.



Sumber:
http://nasional.kompas.com/read/2017/06/07/09380281/ada.megawati.dan.ma.ruf.amin.ini.9.pengarah.ukp.pancasila

https://www.merdeka.com/peristiwa/jokowi-copot-nama-din-syamsuddin-dari-daftar-dewan-pengarah-ukp-pip.html
 












Reply via email to