Beberapa hari yang lalu, ada acara sejenis peringatan pancasila di art center 
Denpasar oleh P…, dimana ajudan  bung karno (nil uh….) bercerita panjang lebar
Tentang bung karno di tahanan rumahnya.
Bung karno pernah di tanya, kanapa sik  bapak mau menyerahkan kekuasaan lewat 
sup….. Kamu wanita g…. tak tahu politik.
Sebenarnya ibu luh ini mau cerita lebih banyak tentang bung sukarno, tapi bu 
luh tak tahan dan menagis, terpaksa ceritanya disingkat

From: GELORA45@yahoogroups.com [mailto:GELORA45@yahoogroups.com]
Sent: Friday, June 09, 2017 12:55 PM
To: temu_eropa
Cc: JKI; GELORA45; Watch Indonesia!; LISI; indonesia_damai
Subject: [**EXTERNAL**] [GELORA45] FW: Saatnya Rehabilitasi Bung Karno!







http://www.bergelora.com/opini-wawancara/artikel/2069-saatnya-rehabilitasi-bung-karno.html



Saatnya Rehabilitasi Bung Karno!

Oleh : Nursjahbani Katjasungkana, SH *)





Ditengah Penjajahan Kolonialisme Belanda pada 6 Juni 1900, seorang perempuan, 
Ida Ayu Nyoman Rai, yang sehari-hari dipanggil Nyoman, melahirkan seorang putra 
bernama Soekarno. Pada 1 Juni 1945, dihadapan Badan Penyelidik Usaha Persiapan 
kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) Soekarno, pertama kali berpidato tentang 
Pancasila yang selanjutnya menjadi dasar Ideologi Negara Republik Indonesia. 
Sehingga Setiap 1 Juni dikenal sebagai Hari Kelahiran Pancasila. Ia menjadi 
menjadi Proklamator dan Presiden Pertama Republik Indonesia yang berdiri pada 
17 Agustus 1945. Pada 22 Juni 1966 Soekarno dipaksa meletakkan jabatan lewat 
penolakan oleh MPRS atas Pidato Pertanggung Jawaban Presiden Soekarno,--setelah 
sebuah kudeta militer yang didukung Amerika Serikat pada 30 September 1965.  
Presiden Soekarno meninggal dunia di RSPAD (Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat) 
Gatot Subroto, Jakarta pada 21 Juni 1970. Sebagai penghormatan terhadap Bulan 
Bung Karno, selama sebulan Bergelora.com akan menurunkan berbagai tulisan 
tentang Bung Karno.



Oleh : Nursjahbani Katjasungkana, SH

Tanggal 6 Juni tahun ini, kita merayakan   kelahiran Bung Karno yang ke 114 dan 
21 Juni nanti tepat 46 tahun wafatnya. Bung Karno adalah salah satu pendiri 
Republik Indonesia, penggagas dasar negara Pancasila dan pernah dijuluki 
sebagai Pemimpin Besar Revolusi serta salah satu penggagas  Konperensi Asia 
Afrika di Bandung tahun 1955, sebuah konfrensi yang diselenggarakan untuk 
melawan kekuatan baru kapitalisme global yang dikuasai blok Barat.



Setelah absen selama 32 tahun dibawah pemerintahan Jendral Soeharto, sejak 
reformasi, kelahiran Pancasila kembali dirayakan secara resmi dalam upacara 
kenegaraan. Pada peringatan lahirnya Pancasila 1 Juni yang lalu, puja-puji 
kepada sang Penggagas dikemukan pula oleh Presiden Jokowi yang mengakui bahwa 
Bung Karno merupakan  inspiratornya yang utama.



Pada tingkat dunia, namanya sangat harum baik karena pidato-pidatonya yang 
membangkitkan semangat perjuangan melawan kolonialisme dan kapitalisme mapun 
sebagai salah satu penggagas gerakan non-blok. Negerinya yang ketika itu baru 
berumur 10 tahun berhasil menggerakkan negara-negara Asia Afrika dan menegaskan 
posisi politiknya ditengah Perang Dingin yang sedang berlangsung antara blok 
Barat dibawah Amerika Serikat dengan sekutunya dan blok Timur dibawah Rusia dan 
kawan-kawannya. Kedua blok itu saling berebut pengaruh dan di beberapa negara 
menimbulkan perang. Sebuah konferensi akbar diselenggarakan di Bandung pada 
bulan April 1955 dan dikenal dengan Konferensi Asia-Afria (KAA) Bandung.



Setelah sukses menjadi tuan rumah peringatan 50 tahun KAA pada tahun 2005 yang 
lalu, Indonesia berhasil menghidupkan kembali  semangat KAA Bandung. Sebuah 
deklarasi bernama Kemitraan Strategis  Asia Afrika Baru (the New Asia-Africa 
Strategic Partnership/NAASP) diluncurkan. Bulan April tahun ini bersama dengan 
Afrika Selatan,    menjadi tuan rumah merayakan 60 tahun Konferensi Asia 
Afrika,  sekaligus memperingati 10 tahun  NAASP. Kebangkitan spirit KAA Bandung 
itu kembali diperkuat ketika saat ini gelombang baru ketegangan internasional 
mengancam  perdamaian dunia. Situasi politik global saat ini tidak kalah 
tegangnya dengan situasi politik global ketika KAA 1955 dilangsungkan .



Deklarasi NAASP menekankan multilateralisme, pertumbuhan ekonomi yang 
berkelanjutan dan promosi perdamaian dan keamanan global. Salah satu poin utama 
yang ditekankan dalam  Deklarasi NAASP tersebut didasarkan pada Deklarasi KAA 
Bandung 1955. Deklarasi ini menekankan penghormatan terhadap hak asasi manusia 
dan untuk tujuan menegakkannya sesuai dengan  prinsip-prinsip yang tercantum 
dalam piagam PBB.



Sementara KAA 1955 yang digagas oleh Bung Karno, Nehru, Tito dan Nkrumah 
dipandang sebagai langkah besar perjuangan bangsa-bangsa Asia Afrika dan 
khususnya negara Indonesia yang masih sangat muda. Sampai saat ini spirit KAA 
Bandung  tetap menginspirasi bangsa-bangsa dari dunia ketiga ini untuk melawan 
segala bentuk penindasan karena kolonialisme, kapitalisme dan globalisasi. 
Tentu, semua itu tak lepas dari peranan Soekarno sebagai penggas KAA Bandung 
Karenanya,  adalah penting bagi pemimin-pemimpin negara Asia Afrika utamanya 
bagi bangsa Indonesia sendiri untuk merefleksikan dan merenungkan  nasib Bung 
Karno, yang gagasan dan visinya tentang Pancasila yang menjadi dasar negara 
kita serta semangat anti kolonialisme dan kapitalisme menjadi spirit 
bangsa-bangsa Asia-Afrika.





Mencopot Bung Karno



Tragis, bahwa Bung Karno telah menjadi korban perang dingin yang terjadi pada 
waktu itu. Karena melakukan perlawanan yang sangat keras, akibatnya Bung Karno  
menjadi lawan utama bagi kekuatan kapitalisme dan akhirnya  tersingkir secara 
brutal sebagai presiden RI oleh agen mereka  yang dipimpin oleh Jendral 
Soeharto meski secara piawai diberhentikan lewat proses politik melalui Sidang 
istimewa MPRS tahun 1967. Sebelumnya yakni pada 11 Maret 1966 Bung Karno  
dipaksa untuk menandatangani sebuah dokumen yang disebut Supersemar, yang 
menugaskan  Soeharto untuk "mengambil langkah-langkah yang dianggap perlu untuk 
menjamin keamanan, ketenangan dan stabilitas pemerintah dan revolusi dan untuk 
menjamin keamanan dan otoritas pribadi  Sukarno sebagai Presiden".



Alih-alih mengamankan Bung Karno, Soeharto menyusun segala kekuatan untuk 
mengkonsolidasikan kekuasaannya dan jabatan Bung Karno sebagai Presiden  secara 
dramatis  dicopot dalam sidang istimewa  MPRS pada tanggal 12 Maret 1967.  Bung 
Karno kemudian dikenakan status sebagai tahanan rumah di istana Bogor. 
Kesehatannya terus  memburuk karena ia menolak  perawatan medis  dan akhirnya 
wafat  karena gagal ginjal di Rumah Sakit Angkatan Darat Jakarta pada tanggal 
21 Juni 1970 pada usia 69 tahun.



Bersenjatakan Supersemar, Soeharto menetapkan kebijakan untuk melakukan 
pembubaran dan pembantaian terhadap Partai Komunis Indonesia (PKI) dan para 
pendukungnya. Mereka yang dianggap berfaham komunis  baik dikalangan masyarakat 
luas, pejabat sipil dan militer dan kelompok-kelompok yang dianggap akan 
mengganggu kekuasaannya dibersihkan.



Istilah Gerakan 30 September (G-30S) berubah menjadi G-30S/PKI karena PKI 
dianggap dibalik G-30S tersebut. Pemerintahan Orde Baru yang dipimpin Soeharto  
itu sejak awal telah  menegaskan keberpihakannya pada blok Barat. Indonesia 
dengan kekayaan alamnya yang melimpah segera saja menjadi rayahan para agen 
kapitalis seraya memperkuat Soeharto dengan berbagai alat kekuasaan dan 
mendiamkan semua pelanggaran hak asasi manusuia yang terjadi. Korupsi 
merajalela sementara utang negara kepada badan-badan keuangan dunia melangit  
sehingga kehidupan rakyat sangat tertindas dan hanya segelintir orang atau 
kelompok yang dekat dengan kekuasaan  yang menikmati “kue pembangunan”.



Banyak aspek dari kudeta di atas yang harus kita pelajari kembali. Namun yang 
jelas, setelah terjadinya G-30S pada dinihari 1 Oktober 1965 itu, Soeharto 
berhasil menumpas G-30S.  Sesudahnya, propaganda penghinaan seksual terhadap 
Gerwani yang dituduh memutilasi para jendral yang terbunuh dalam aksi G-30S 
tersebut. Faham komunisme yang dianggap atheis, telah menggerakkan sekelompok 
masyarakat khususnya kelompok organisasi keagamaan untuk melakukan pembunuhan 
massal, exterminasi, penyiksaan dan penghilangan paksa serta 
perbuatan-perbuatan kejam lainnya, kekerasan seksual, pemenjaraan, perbudakan  
dan penahanan sewenang-wenang. Diduga, 500 ribu sampai sejuta orang mati 
dibunuh dan jutaan lainnya menjadi korban kejahatan-kejahatan tersebut.



Kejahatan-kejahatan tersebut dilakukan   secara sistimatis dan meluas hampir 
diseluruh wilayah NKRI. Sesungguhnya, karena alasan paling menonjol dari semua 
kejahatan itu dilakukan atas dasar identitas politik yakni komunis atau partai 
politik yang merupakan sekelompok orang yang bertujuan politik sama. Banyak 
ahli hukum Internasional memasukkan peristiwa pembantaian 1965 tersebut sebagai 
genosida. Tujuan pemusnahan atas dasar pandangan politik ini bahkan berlangsung 
sampai sekarang dengan adanya stigma dan kekerasan terhadap para korban dan 
penyintas.



Sampai saat ini sistim impunitas tetap berlangsung, para pelaku utama 
sebagiannya telah tiada dan pemerintah tak mengeluarkan sepatah kata maaf 
apalagi memberikan keadilan dan rehabilitasi serta reparasi bagi korban



Seperti halnya  para korban dan penyintas ini, Bung Karno juga  tak pernah 
mendapatkan rehabilitasi. Padahal tanpa bukti yang kuat, Bung Karno  dituduh  
telah memberikan 'toleransi' kepada  "gerakan G-30S ". Sementara itu karena PKI 
yang dianggap dalang G-30S dan menyebabkan terbunuhnya 6 orang jendral dan satu 
perwira Angkatan Darat, partai ini bersama seluruh simpatisan dan pengikutnya 
benar-benar “dihapuskan”  dari bumi Nusantara. Pemimpin dan para pengikut PKI 
benar  dimusnahkan atau dipenjarakan atau dimasukkan kamp tahanan tanpa pernah 
diadili,  meski mungkin hanya satu atau pemimpin tertingginya yang terlibat 
dalam G-30S itu.



Kabarnya Bung Karno melakukan protes keras atas pemusnahan ini, tapi tak 
digubris oleh Soeharto. Penolakan negara sampai sekarang masih terjadi dan 
karenanya akuntabilitas dan sistim impunitas masih saja berlangsung. Menanggapi 
peluncuran laporan Komnas HAM (2012) tentang kejahatan kemanusiaan 1965/1966 
ini, Djoko Suyanto, Menteri Polhukham pada waktu itu bahkan menyatakan bahwa 
pembantaian itu perlu dilakukan untuk menyelamatkan bangsa.





Rehabilitasi Korban



Sekarang setelah diluncurkan kembali  Deklarasi NAASP yang  menegaskan kembali  
pentingnya prinsip-prinsip hak asasi manusia yang sudah ditegaskan dalam KAA 
Bandung, sudah saatnya arsitek berdirinya negara Indonesia berdasarkan 
Pancasila serta  arsitek Deklarasi Bandung itu  direhabilitasi. Status tahanan 
rumah yang disandangnya sampai Bung Karno wafat, adalah pelanggaran HAM yang 
harus dipertanggungjawabkan oleh Negara. Pandangan politik  bahwa Bung Karno 
terlibat dalam G-30S juga harus diselidiki dengan benar karena bangsa Indonesia 
berharap mengetahui sejarah pengambilalihan kekuasaan yang terjadi pada waktu 
itu.



Pemerintahan Jokowi, yang baru-baru ini berniat untuk menyelesaikan masalah HAM 
masa lalu dapat membentuk  sebuah komite untuk menyelidiki kondisi 
pengambilihan kekuasaan itu oleh Soeharto berikut pembantaian dan bentuk-bentuk 
kejahatan terhadap kemanusiaan yang terjadi sesudahnya. Rehabilitasi terhadap 
Bung Karno dan juga para korban  kejahatan politik 1965, sebenarnya dapat 
diakukan oleh Jokowi dengan mengeluarkan Peraturan Presiden berdasarkan pasal 
14 UUD 1945 yang berbunyi : “Presiden memberikan grasi dan rehabilitasi dengan 
pertimbangan Mahkamah Agung”. Pada tahun 2003, sebetulnya Mahkamah Agung (MA) 
sudah mengirimkan pertimbangannya  kepada Presiden agar “mengambl 
langkah-langkah konkrit ke arah penyelesaian yang sangat diharapkan oleh 
korban-korban Orde Baru”. Dalam surat pertimbangannya itu MA juga menyatakan 
bahwa pertimbangan ini dilandasi oleh keinginan MA untuk memberikan 
penyelesaian dan kepastian hukum yang dapat memulihkan status dan harkat mereka 
sebagai warga negara yang sama serta didorong oleh semangat rekonsiliasi bangsa.



*) Penulis adalah, Koordinator International People's Tribunal (IPT) 1965.



                                           ***


Gesendet mit Telekom Mail<https://t-online.de/email-kostenlos> - kostenlos und 
sicher für alle!

Kirim email ke