Cerita Denny Siregar Bertemu Ahok Si ‘Manusia Langka‘


  
|  
|   
|   
|   |    |

   |

  |
|  
|   |  
Netralnews.com - Cerita Denny Siregar Bertemu Ahok Si ‘Manusia Langka‘
 By Netralnews.Com Denny Siregar membayangkan kesendirian Ahok ketika berada di 
dalam tahanan.  |   |

  |

  |

 

Senin, 19 Juni 2017 | 22:40 WIB



Denny Siregar

JAKARTA, NETRALNEWS.COM - Penulis Denny Siregar menceritakan pengalamannya saat 
bertemu Basuki Tjahaja Purnama ( Ahok) di Mako Brimob, Kelapa Dua, Depok, Jawa 
Barat, tempat di mana Ahok ditahan setelah divonis bersalah dan dijatuhi 
hukuman dua tahun penjara dalam kasus penistaan agama."Saya membayangkan 
malam-malam kesendirian Ahok. Ketika waktu melambat, ketika dunia menyepi dan 
ketika teman menghilang. Tidak mudah berada pada posisi itu terutama ketika 
kita tahu bahwa ini adalah kesendirian yang panjang," ujar Denny."Saya sempat 
memandangnya lama sekali. Sulit menjelaskan sesuatu kepada mereka yang belum 
pernah berada pada situasi itu," begitulah kata Denny dalam tulisannya yang 
berjudul 'Tuhan Sayang Sama Ahok.'Berikut cerita lengkap Denny Siregar bertemu 
Ahok, yang ditulis di akun Facebook-nya, Minggu (18/6/2017).
TUHAN SAYANG SAMA AHOKBeberapa hari yang lalu, saya mendapat wa dari seorang 
teman.."Mau jenguk Ahok gak di Mako Brimob ?" Terang saja saya bilang, "Mau !" 
Kapan lagi dapat kesempatan untuk ketemu Ahok.Saya pengen lihat kondisi 
terakhirnya sejak ia menghilang dari gegap gempitanya dunia perpolitikan di 
Jakarta dan kalah oleh keputusan pengadilan yang - buat saya - masih tidak 
masuk di akal.Hari itupun tiba. Saya membawa buku "Bukan Manusia Angka" yang 
memang ingin kupersembahkan untuk Ahok. Ahok buat saya adalah salah satu dari 
manusia langka yang tidak terpengaruh "angka-angka" yang biasanya membutakan 
banyak manusia.Dan tidak mudah memang masuk kesana. Nama harus ada di list 
pengunjung dulu supaya bisa masuk ke kompleksnya saja. Itu juga harus dengan 
persetujuan keluarganya.Akhirnya tibalah waktu saya dan beberapa orang 
bersamaan ketemu dengan Ahok.Agak kaget juga melihat fisiknya berubah. Ia sudah 
mulai terlihat lebih kurus dari biasanya. Tetapi yang membuatku tersenyum 
adalah wajahnya tidak kehilangan keceriaannya.Kami seperti reunian mengingat 
masa-masa perjuangan di rumah Lembang. Dan Ahok tetaplah Ahok. Ia mendominasi 
percakapan dan humor yang tidak putus-putus keluar dari gayanya ceplas 
ceplosnya."15 pendeta yang pernah datang ke sini, semua bawain kisah Nabi 
Yusuf. Sampe bosen gua dengar kisahnya.. " Kamipun tergelak semua.Ahok memang 
seorang stand-up komedian yang piawai. Saya sejak dulu heran, bagaimana orang 
bisa begitu membencinya ya ?Sesudah lama bergelak ria, penjaga tahanan pun 
menegur, "Waktu berkunjung sudah habis.." dan kami tersadar bahwa kami bukan 
lagi berada di ruang bebas dimana waktu adalah segalanya. Kami harus kembali ke 
dunia masing-masing dan Ahok harus kembali sendirian.Saya membayangkan 
malam-malam kesendirian Ahok. Ketika waktu melambat, ketika dunia menyepi dan 
ketika teman menghilang. Tidak mudah berada pada posisi itu terutama ketika 
kita tahu bahwa ini adalah kesendirian yang panjang.Teringat pertanyaan seorang 
teman ketika berada pada masa yang tersulit dalam hidupku, "Bagaimana bisa kamu 
memandang kesulitan sebagai kenikmatan ?"Saya sempat memandangnya lama sekali. 
Sulit menjelaskan sesuatu kepada mereka yang belum pernah berada pada situasi 
itu. Tetapi setidaknya saya ingin menjelaskan dengan bahasa yang 
disederhanakan.."Semua ada di sudut pandang, di mindset kita. Jika kita 
memandangnya sebagai beban, tentu yang ada hanyalah rasa putus asa. Tetapi 
ketika kita akhirnya mampu melihatnya sebagai sebuah peluang - peluang untuk 
mengupas diri sendiri dengan waktu yang diberikan Tuhan - tentu kita akan 
melihatnya sebagai kenikmatan.Kesulitan sebenarnya adalah penggodokan jiwa 
manusia supaya ia bisa bertransformasi menjadi jiwa yang baru. Melepas 
keduniawian dan segala harapan, karena harapan adalah sumber segala 
kekecewaan.Ketika manusia sudah terbebas dari harapan-harapan duniawi, 
sesungguhnya ia telah merdeka.."Temanku masih saja tidak paham. Kuseruput 
kopiku, "Engkau akan paham pada waktunya ketika Tuhan menempatkanmu pada 
situasi itu.." ujarku.Dalam perjalanan pulang, tanpa sadar bibirku tersenyum. 
Tuhan sayang sama Ahok, meski - menurut banyak manusia - kasih sayangNya 
terlihat aneh. Manusia memandang kesulitan itu sebagai ujian, sedangkan Tuhan 
menurunkannya sebagai kenikmatan..Pantas saja Tuhan berfirman, "Nikmat mana 
yang engkau dustakan ?""Terkadang Allah mengambil segalanya dari seorang 
manusia, hanya supaya ia bisa mengenal Tuhannya.." Imam Ali as..Reporter : 
Adiel ManafeEditor : Y.C Kurniantoro

Kirim email ke