Pada Senin, 26 Juni 2017 22:10, "Sunny ambon ilmeseng...@gmail.com 
[GELORA45]" <GELORA45@yahoogroups.com> menulis:
 

     
ttp://www.suara-islam.com/read/kolom/opini/22808/Reshuffle-Lagi-Kasihanilah-Rakyat-Pak-Presiden


Reshuffle (Lagi), Kasihanilah Rakyat PakPresiden!
24 Juni 15:19 | Dilihat : 2021 Darmin Nasution dan Sri Mulyani duduk di antara 
Presiden Jokowi.[foto: tempo.co]Menjelang Ramadhan berakhir, rakyat tidak hanya 
disodorimelonjaknya berbagai harga kebutuhan. Dari balik tembok 
Istana,sayup-sayup juga berembus kabar Presiden Jokowi bakal kembalimengocok 
ulang anggota kabinetnya. Beberapa nama berseliweran, baikakan diganti, 
digeser, maupun didapuk masuk kabinet. Konon, reshuflle bakal digelindingkan 
habis Lebaran, atau selambatnya akhir Juni2017.Sebagian besar rakyat sebetulnya 
sudah tidak terlalu peduli dengangonjang-ganjing pergantian menteri. Faktanya, 
setelah berkali-kalibongkar pasang menteri, toh ekonomi kita tetap saja seperti 
jalan ditempat. Dan, yang paling mereka rasakan, beratnya beban kehidupantidak 
kunjung berkurang. Yang ada justru sebaliknya, rakyat dikepungharga-harga yang 
makin mencekik. Pasrah apalagi skeptis tentu bukan sikap bijak. Biar 
bagaimanajuga, perkara ekonomi terlalu penting kalau harus 
diserahkanbulat-bulat kepada seglintir orang saja, termasuk kepada 
Presidensekali pun. Soal ekonomi adalah persoalan penting, bahkan 
sangatpenting. Sudah selayaknya lebih banyak orang yang terlibat, minimaldalam 
memberikan perhatian dan masukan kepada Presiden.Pada titik ini, kita ingin 
mengingatkan kembali Presiden, kalaureshuffle jadi dilakukan, agar kali ini 
benar-benar tidak salah pilihorang. Tim ekonomi di bawah komando Darmin 
Nasutuion hasil perombakanJuli tahun silam, ternyata nyaris tidak berprestasi 
apa-apa. Paketderegulasi kebijakan ekonomi memang berjilid-jilid digulirkan. 
Namunhingga paket ke-14, nyatanya tidak kunjung ‘nendang.’ Hasilnya,ya itu 
tadi, ekonomi jalan di tempat, beban rakyat makin berat, dantingkat kepuasan 
rakyat terhadap Jokowi makin gawat.Sri Gantikan Darmin?Gosip yang beredar 
menyebutkan Menkeu Sri Mulyani bakalmenggantikan Darmin selaku Menko 
Perekonomian. Jika gosip ini benar,tentu sangat disayangkan. Terlampau banyak 
fakta membuktikan, bahwa perempuan yang satu inihanya hebat di media. Keandalan 
Ani, begitu dia biasa disapa, adalahhasil pencitraan media buah sebagai 
kolaborasi dengan kepentinganasing. Selebihnya, dia hanyalah sosok gelembung 
balon yang ditiupdengan terlalu bersemangat. Meletusnya sang balon hanyalah 
soal waktubelaka. Saat ekonomi relatif stabil seperti sekarang, Ani nyaris 
tidakberhasil menunjukkan prestasi. Faktanya, perolehan pajak terus dibawah 
target, kendati berkali-kali dikoreksi (baca diturunkan) lewatAPBN-P. Pada 
2016, misalnya, total pajak yang berhasil dihimpun(tanpa memasukkan hasil tax 
amnesty) hanya Rp998 triliun. Angka inisama artinya cuma 73,6% dari target 
APBN-P 2016  yang Rp1.335triliun. Padahal pada tahun sebelumnya, total 
pendapatan pajakmencapai Rp1.060 triliun, atau sekitar 81,9% dari target 
APBNPerubahan 2015.Sebagai bendahara negara, kemampuan perencanaan Sri juga 
terbilangparah. Buktinya, untuk kesekian kalinya dia merevisi APBN, 
khususnyaterkait penerimaan. Anjloknya pendapatan negara membuat defisit 
APBNlagi-lagi diperlebar. Terbaru, Senin (19/6), Menkeu menyatakandefisit APBN 
2017 bakal melebar dari 2,4% menjadi sekitar 2,6% bahkanbisa lebih. Dalam 
rupiah, penggelembungan deifisit ini mencapai Rp370triliun.Menurut ibu tiga 
anak ini, pelebaran defisit karena pajakdiprediksi bakal meleset sekitar Rp50 
triliun. Pada saat yang sama,pengeluaran justru membengkak Rp10 triliun. 
Akibatnya, terjaditambahan pembiayaan untuk menutup defisit fiskal hingga 
mencapai Rp37triliun-Rp40 triliun. Memperlebar defisit anggaran bukan pertama 
Ani lakukan. Tahunsilam, dia juga menambah defisit APBN 2016. Lagi-lagi 
penyebabnyasama, penerimaan pajak mengalami shortfall mencapai R219 
triliun.Padahal, penerimaan itu sudah memperhitungkan target tambahan 
daripengampunan pajak sebesar Rp165 triliun. Namun saat itu dia 
memilihmemangkas anggaran belanja. Akibatnya, jumlah anggaran yang kenapangkas 
mencapai Rp133,8 triliun.Kendati sudah mengencangkan ikat pinggang, defisit 
anggaranakhirnya tetap saja membengkak menjadi 2,5% terhadap PDB. 
Nilairupiahnya mencapai 313,7 triliun atau lebih tinggi ketimbang targetdefisit 
APBNP 2016 sebesar 2,35% yang Rp296,7 triliun. Artinya, adakebutuhan tambahan 
pembiayaan defisit sebesar Rp17 triliun.Solusinya, seperti biasa, pemerintah 
menambah utang denganmenerbitkan Surat Berharga Negara (SBN) untuk menambal 
tambahandefisit tadi.Ngomong-ngomong soal utang, kian lama angkanya makin 
mengerikan,lho. Data Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan 
Resikomenyebutkan, pada 2015 utang pemerintah tercatat Rp3.165 triliun.Sampai 
Maret 2017, jumlahnya telah membengkak menjadi Rp3.649,8triliun. Artinya, sudah 
bertambah Rp484,8 triliun. Siapa yangmembayar utang-utang ini kalau bukan 
rakyat? ‘Melawan’ Presiden?Sebagai pembantu Presiden, Ani juga layak 
dipertanyakan kompetensidan loyalitasnya. Indikatornya, beberapa kali dia 
‘melawan’keinginan Presiden.  Di awal 2017, saat Jokowi menghendakiekonomi 
Indonesia tumbuh 5,3%, Ani justru secara terbuka menyatakancuma sanggup 5,1%. 
Optimisme Presiden itu tidak didukung MenteriKeuangan Sri Mulyani.Para pembela 
Ani mungkin bakal ngotot dengan argumen, bahwa dalamsoal ekonomi Jokowi tidak 
apa-apanya dibandingkan majikannya. Merekajuga bakal menyorongkan berita, sang 
majikan telah mengantongiberbagai penghargaan dari masyarakat internasional  
sebagaiekonom yang mumpuni.Tapi kali ini pra Anier (pendukung Ani) keliru. 
Jokowi memang lugudan sederhana. Tapi untuk urusan pertumbuhan ekonomi, dia 
tidakmencomot angkanya dari langit. Dia punya referensi dari sejumlahlembaga 
top. Asian Development Bank (ADB) dan Bank Dunia, misalnya,kompak memprediksi 
ekonomi Indonesia tahun 2017 tumbuh 5,3%. BI danLembaga think tank lokal, INDEF 
bahkan mematok 5,5%.‘Pembangkangan’ Sri ternyata tidak berhenti sampai di 
situ.Untuk 2018, Presiden menghendaki pertumbuhan ekonomi di atas 6%.Namun 
lagi-lagi Ani kembali memotong harapan itu menjadi sekitar5,2%-5,6 %.Padahal, 
konstitusi jelas-jelas menyebut menteri adalah pembantuPresiden. Dalam kabinet 
Jokowi, bahkan secara tegas dikatakan,menteri dilarang punya visi dan misi 
sendiri. Menteri hanya bolehmenjabarkan visi dan misi Presiden dalam 
program-program mereka.Nah,kalau Menkeu Ani berkali-kali berbeda sikap dan 
keinginan denganPresiden tentu tidak elok. Lebih tidak elok lagi, karena Jokowi 
telahmenyebutnya di depan publik secara eksplisit.Jangan Keliru LagiKembali ke 
soal rencana reshuffle kabinet, kali ini kitabenar-benar berharap Jokowi tidak 
kembali mengulangi kekeliruannya.Semestinya Presiden sadar betul, bahwa selama 
hampir delapan bulanterakhir modal politiknya nyaris habis tergerus soal Ahok. 
Publikkadung berpesepsi Jokowi membela dan melindungi gubernur terpidanapenista 
agama itu.Kini saatnya Presiden memenuhi janji-janji Nawacita dan Trisaktiyang 
jadi tema kampanye saat Pilpres 2014. Berbagai kebijakan berbauneolib tim 
ekonomi Darmin, Ani dan kawan-kawannya jelas-jelasbertabrakan dengan prinsip 
Trisakti dan Nawacita. Pemangkasananggaran, pengurangan dan pencabutan berbagai 
subsidi, dan pengenaanpajak yang kalap terhadap UMKM di bawah komando Sri 
Mulyani jelasbukan perkara remeh. Semua itu bisa mengancam perolehan suara 
darilumbung-lumbung suara pendukung Jokowi. Baiklah. Mungkin saja Jokowi tidak 
peduli dengan Pilpres 2019.Karena dia, bisa jadi, tidak lagi berminat 
melanjutkan periode kedua.Tapi, sebagai negarawan, kita berharap Jokowi tidak 
meninggalkanIstana dengan warisan ekonomi amburadul karena tim ekonominya jauh 
dibawah banderol. Ini bukan sekadar soal kapasitas, melainkan jugakarena visi 
dan paradigma neolib yang mereka usung terbuktibenar-benar makin menyusahkan 
rakyat.Karenanya, terlepas bakal maju lagi atau tidaknya pada 2019,sebaiknya 
Jokowi segera membenahi tim ekonominya. Kasihan rakyatkalau soal hidup-mati 
ekonomi mereka masih saja dipasrahkan kepadaDarmin-Ani. Bukan begitu, pak 
Presiden? (*)Jakata, 24 Juni 2017Edy Mulyadi
Direktur Program Centre for Economic and DemocracyStudies (CEDeS)
  #yiv2586981666 #yiv2586981666 -- #yiv2586981666ygrp-mkp {border:1px solid 
#d8d8d8;font-family:Arial;margin:10px 0;padding:0 10px;}#yiv2586981666 
#yiv2586981666ygrp-mkp hr {border:1px solid #d8d8d8;}#yiv2586981666 
#yiv2586981666ygrp-mkp #yiv2586981666hd 
{color:#628c2a;font-size:85%;font-weight:700;line-height:122%;margin:10px 
0;}#yiv2586981666 #yiv2586981666ygrp-mkp #yiv2586981666ads 
{margin-bottom:10px;}#yiv2586981666 #yiv2586981666ygrp-mkp .yiv2586981666ad 
{padding:0 0;}#yiv2586981666 #yiv2586981666ygrp-mkp .yiv2586981666ad p 
{margin:0;}#yiv2586981666 #yiv2586981666ygrp-mkp .yiv2586981666ad a 
{color:#0000ff;text-decoration:none;}#yiv2586981666 #yiv2586981666ygrp-sponsor 
#yiv2586981666ygrp-lc {font-family:Arial;}#yiv2586981666 
#yiv2586981666ygrp-sponsor #yiv2586981666ygrp-lc #yiv2586981666hd {margin:10px 
0px;font-weight:700;font-size:78%;line-height:122%;}#yiv2586981666 
#yiv2586981666ygrp-sponsor #yiv2586981666ygrp-lc .yiv2586981666ad 
{margin-bottom:10px;padding:0 0;}#yiv2586981666 #yiv2586981666actions 
{font-family:Verdana;font-size:11px;padding:10px 0;}#yiv2586981666 
#yiv2586981666activity 
{background-color:#e0ecee;float:left;font-family:Verdana;font-size:10px;padding:10px;}#yiv2586981666
 #yiv2586981666activity span {font-weight:700;}#yiv2586981666 
#yiv2586981666activity span:first-child 
{text-transform:uppercase;}#yiv2586981666 #yiv2586981666activity span a 
{color:#5085b6;text-decoration:none;}#yiv2586981666 #yiv2586981666activity span 
span {color:#ff7900;}#yiv2586981666 #yiv2586981666activity span 
.yiv2586981666underline {text-decoration:underline;}#yiv2586981666 
.yiv2586981666attach 
{clear:both;display:table;font-family:Arial;font-size:12px;padding:10px 
0;width:400px;}#yiv2586981666 .yiv2586981666attach div a 
{text-decoration:none;}#yiv2586981666 .yiv2586981666attach img 
{border:none;padding-right:5px;}#yiv2586981666 .yiv2586981666attach label 
{display:block;margin-bottom:5px;}#yiv2586981666 .yiv2586981666attach label a 
{text-decoration:none;}#yiv2586981666 blockquote {margin:0 0 0 
4px;}#yiv2586981666 .yiv2586981666bold 
{font-family:Arial;font-size:13px;font-weight:700;}#yiv2586981666 
.yiv2586981666bold a {text-decoration:none;}#yiv2586981666 dd.yiv2586981666last 
p a {font-family:Verdana;font-weight:700;}#yiv2586981666 dd.yiv2586981666last p 
span {margin-right:10px;font-family:Verdana;font-weight:700;}#yiv2586981666 
dd.yiv2586981666last p span.yiv2586981666yshortcuts 
{margin-right:0;}#yiv2586981666 div.yiv2586981666attach-table div div a 
{text-decoration:none;}#yiv2586981666 div.yiv2586981666attach-table 
{width:400px;}#yiv2586981666 div.yiv2586981666file-title a, #yiv2586981666 
div.yiv2586981666file-title a:active, #yiv2586981666 
div.yiv2586981666file-title a:hover, #yiv2586981666 div.yiv2586981666file-title 
a:visited {text-decoration:none;}#yiv2586981666 div.yiv2586981666photo-title a, 
#yiv2586981666 div.yiv2586981666photo-title a:active, #yiv2586981666 
div.yiv2586981666photo-title a:hover, #yiv2586981666 
div.yiv2586981666photo-title a:visited {text-decoration:none;}#yiv2586981666 
div#yiv2586981666ygrp-mlmsg #yiv2586981666ygrp-msg p a 
span.yiv2586981666yshortcuts 
{font-family:Verdana;font-size:10px;font-weight:normal;}#yiv2586981666 
.yiv2586981666green {color:#628c2a;}#yiv2586981666 .yiv2586981666MsoNormal 
{margin:0 0 0 0;}#yiv2586981666 o {font-size:0;}#yiv2586981666 
#yiv2586981666photos div {float:left;width:72px;}#yiv2586981666 
#yiv2586981666photos div div {border:1px solid 
#666666;min-height:62px;overflow:hidden;width:62px;}#yiv2586981666 
#yiv2586981666photos div label 
{color:#666666;font-size:10px;overflow:hidden;text-align:center;white-space:nowrap;width:64px;}#yiv2586981666
 #yiv2586981666reco-category {font-size:77%;}#yiv2586981666 
#yiv2586981666reco-desc {font-size:77%;}#yiv2586981666 .yiv2586981666replbq 
{margin:4px;}#yiv2586981666 #yiv2586981666ygrp-actbar div a:first-child 
{margin-right:2px;padding-right:5px;}#yiv2586981666 #yiv2586981666ygrp-mlmsg 
{font-size:13px;font-family:Arial, helvetica, clean, sans-serif;}#yiv2586981666 
#yiv2586981666ygrp-mlmsg table {font-size:inherit;font:100%;}#yiv2586981666 
#yiv2586981666ygrp-mlmsg select, #yiv2586981666 input, #yiv2586981666 textarea 
{font:99% Arial, Helvetica, clean, sans-serif;}#yiv2586981666 
#yiv2586981666ygrp-mlmsg pre, #yiv2586981666 code {font:115% 
monospace;}#yiv2586981666 #yiv2586981666ygrp-mlmsg * 
{line-height:1.22em;}#yiv2586981666 #yiv2586981666ygrp-mlmsg #yiv2586981666logo 
{padding-bottom:10px;}#yiv2586981666 #yiv2586981666ygrp-msg p a 
{font-family:Verdana;}#yiv2586981666 #yiv2586981666ygrp-msg 
p#yiv2586981666attach-count span {color:#1E66AE;font-weight:700;}#yiv2586981666 
#yiv2586981666ygrp-reco #yiv2586981666reco-head 
{color:#ff7900;font-weight:700;}#yiv2586981666 #yiv2586981666ygrp-reco 
{margin-bottom:20px;padding:0px;}#yiv2586981666 #yiv2586981666ygrp-sponsor 
#yiv2586981666ov li a {font-size:130%;text-decoration:none;}#yiv2586981666 
#yiv2586981666ygrp-sponsor #yiv2586981666ov li 
{font-size:77%;list-style-type:square;padding:6px 0;}#yiv2586981666 
#yiv2586981666ygrp-sponsor #yiv2586981666ov ul {margin:0;padding:0 0 0 
8px;}#yiv2586981666 #yiv2586981666ygrp-text 
{font-family:Georgia;}#yiv2586981666 #yiv2586981666ygrp-text p {margin:0 0 1em 
0;}#yiv2586981666 #yiv2586981666ygrp-text tt {font-size:120%;}#yiv2586981666 
#yiv2586981666ygrp-vital ul li:last-child {border-right:none 
!important;}#yiv2586981666 

   
  • [GELORA45] Reshuffle (Lag... Sunny ambon ilmeseng...@gmail.com [GELORA45]
    • Trs: [GELORA45] Resh... Chalik Hamid chalik.ha...@yahoo.co.id [GELORA45]

Kirim email ke