Tentu saja Amerika tahu. Sebab, besar-kecilnya skalapembantaian 
sangat bergantung pada bantuan AS. Semua dokumen rahasia AS 
yangmulai dibuka sejak 2010 sangat jelas & gamblang menyebutkan 
campurtangan ASdalam pembantaian 1965 di Indonesia. Jadi, 
jangan heran kalau suatu saat nanti Supersemaryang asli muncul juga 
dalam program bongkar arsip ini.
Di dalam negeri, tentu saja Presiden Joko Widodo tidakbodoh untuk 
menari-nari di gendang imperialis irama arsip ini. Cukup penuhi saja 
janjinyauntuk menyelesaikan masalah '65 sambil tegas bersikap (bukan 
sekedar 'menyampaikan') bahwa biang kerok pembantaian adalah 
imperialis AS. Dan, oleh karena itu, tambang emas Tembagapura 
yang dikuasai Freeport harus segera dikembalikan secara baik-baik 
kepada Rakyat Indonesia berikut penggantisegala kerusakan yang 
ditimbulkan selama ini.
-

Dokumen rahasia Amerika: AS mengetahui skalapembantaian tragedi 1965 Tito 
SianiparBBC Indonesia 18 Oktober 2017 Sejumlah dokumen kabel diplomatikAmerika 
soal tragedi 1965 kembali dibuka ke publik oleh tiga lembaga Amerika,itu 
menguak sejumlah surat dari dan ke Amerika Serikat terkait pembunuhanmassal 
pasca 1965.
Ketigalembaga itu adalah National Security Archive (NSA), National 
DeclassificationCenter (NDC), dkeduanya lembaga nirlaba, dan lembaga negara 
National Archivesand Records Administration (NARA). 
Dokumenyang dibuka adalah 39 dokumen setebal 30.000 halaman yang merupakan 
catatanKedutaan Besar Amerika untuk Indonesia sejak 1964 hingga 1968. Isinya 
antaralain seputar ketegangan antara militer dengan PKI, termasuk efek 
selanjutnyaberupa pembantaian massal.
Datadan fakta ini menguak sebagian tabir yang selama ini masih tertutup rapat 
dalamsejarah Indonesia. Selama ini, negara, terutama Tentara Nasional 
Indonesia,mengelak untuk membicarakan atau mengkaji ulang sejarah kelam tragedi 
1965. 
Faktayang tersaji dalam dokumen diplomatik Amerika ini membantah narasi 
tunggalbahwa korban pembantaian tragedi 1965 adalah komunis atau mereka yang 
memangterkait pembunuhan para jenderal dan upaya pengambil alihan kekuasaan 
pada 30September 1965. 

Paraanggota dan simpatisan PIKI itu "kebingungan dan mengaku tak tahu soal 
30September," tulis laporan diplomatik Kedutaan Besar Amerika untukIndonesia 
pada 20 November 1965. 
GubernurLembaga Ketahanan Nasional (Lemhanas) Agus Widjojo mengatakan tidak 
bisamembantah maupun mengiyakan terjadinya pembantaian pasca 30 September 1965. 
"Sayatidak dalam posisi membenarkan atau menolak fakta itu. Tragedi 1965 
adalahpertarungan kekuasaan antara PKI dan Angkatan Darat," kata Agus, yang 
jugaputra Mayjen Sutoyo Siswomiharjo, salah satu dari tujuh korban 30 
September1965.
Berikutini adalah beberapa fakta terkait tragedi 1965 yang tersaji dalam 
laporandiplomatik yang memuat juga soal konfrontasi dengan Malaysia, kondisi 
IrianBarat, dan perang Vietnam tersebut. 

Angkatan Darat 'mempertimbangkan' menjatuhkanSoekarno
Dalamkabel diplomatik Kedutaan AS untuk Indonesia kepada Kementerian Luar 
Negeri ASdi Washington tanggal 12 Oktober 1965 disebutkan bahwa, "Tentara 
AngkatanDarat Indonesia mempertimbangkan menjatuhkan Soekarno dan mendekati 
beberapakedutaan negara-negara Barat memberi tahu soal kemungkinan itu."
Dalamtelegram rahasia itu juga disebutkan, "Jika itu terlaksana, maka itu 
akandilakukan dengan gerakan yang cepat tanpa peringatan dan Soekarno 
akandigantikan kombinasi junta militer dan sipil." 
Disebutkan,Angkatan Darat mengharapkan bantuan ekonomi berupa makanan dan 
lainnya darinegara-negara Barat.
Halitu terkait perkembangan pada 10 Oktober 1965 yang menyebutkan 
Soekarnomenerima pimpinan Angkatan Darat di Istana yang memberikan laporan 
soalketerlibatan PKI pada kejadian 30 September. Soekarno menolak membaca dan 
malahmemarahi mereka karena menghina PKI. Para jenderal yang tidak disebutkan 
namanyaitu kemudian meninggalkan Soekarno dengan jengkel.
Rencanamembunuh Omar Dani
Sutarto, asisten Menteri Penerangan Ruslan Abdulgani,menyampaikan ke diplomat 
Amerika perlunya mengeksekusi pimpinan PKI danmembunuh Omar Dani yang kala itu 
menjabat Menteri Panglima Angkatan UdaraIndonesia. Itu tercatat dalam kabel 
dari Kedutaan untuk Kemenlu tanggal 18Oktober 1965.
Sutarto menyampaikan bahwa gejolak anti-PKI sudahmerebak di Medan dan Makassar, 
sementara Jawa Tengah sedang berada dalamsituasi yang kacau. Aksi-aksi anti-PKI 
ini dilaporkan dipimpin oleh"Angkatan Darat/kelompok Muslim". 
"Kitaperlu menggantung Aidit, Njoto, dan Lukman di Lapangan Banteng guna 
menunjukkanke semua orang seperti apa sebenarnya mereka," kata Sutarto 
dikutiplaporan tersebut. 
Bahkanlebih lanjut Sutarto menyebutkan, "Omar Dani harus meletakkan 
jabatannyaatau kita harus membunuh dia." Ada pejabat AU lain yang juga disebut 
harusdicampakkan, yakni Sri Muljono, Suryadarma, dan Abdoerachmat.
AdnanBuyung Nasution turut melemahkan PKI dan Soekarno
AdnanBuyung Nasution ketika itu adalah seorang jaksa berusia 31 tahun. 
Dalamperbincangannya dengan Sekretaris Kedua Kedutaan Amerika Robert Rich, 
Buyungmengatakan perlunya terus menyasar organisasi-organisasi komunis guna 
menghancurkankekuatan PKI. 

Buyungjuga mengatakan bahwa "tentara telah mengeksekusi banyak orang 
komunis,namun fakta itu harus disembunyikan.""Represitentara terhadap PKI harus 
disembunyikan dari Soekarno," kata Buyung sepertiditulis telegram Kedutaan 
Amerika untuk Kemenlu tanggal 23 Oktober 1965.
Buyungyang disebutkan dua kali mendatangi Kedutaan untuk berdiskusi yakni pada 
15 dan19 Oktober 1965, juga menyampaikan informasi lainnya. "Beberapa 
elemententara berencana membebaskan pimpinan Masjumi dan PSI yang dipenjara 
sejakpemberontakan PRRI," tulis laporan tersebut. Namun Buyung mengangapsituasi 
politiknya trlalu pelik di luar, sehingga tampaknya mereka leboih amantetap 
berada di penjara ketimbang di tempat lain.
Dalambiodatanya Buyung disebutkan sebagai asisten pribadi jaksa agung sejak 
1964 danpernah bekerja di intelejen kejaksaan. Pada 1961, Buyung adalah 
perwakilankejaksaan yang bertanggung jawab pada perencanaan keamanan bagi Jaksa 
AgungRobert Kennedy yang akan berkunjung ke Indonesia.
Kerusuhanrasial menyasar etnik Tionghoa
Seiringpropaganda anti-PKI yang diusung Angkatan Darat, sentimen anti-Cina 
jugaberkembang luas di Sulawesi, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Warga 
Indonesiaketurunan Tionghoa menjadi korban kekerasan dan dituding adalah 
pendukung,bahkan, anggota PKI. 

TelegramKedutaan untuk Kemenlu 12 November 1965 menyebutkan, "90 persen 
toko-tokomilik orang Tionghoa di Makassar dijarah dan dihancurkan pada 
kerusuhan 10November yang dilakukan hampir seluruh penduduk." Bahkan lebih jauh 
lagi,alat-alat produksi milik orang Tionghoa diambil paksa tentara.
Dalamkabel diplomatik untuk Kemenlu pada 7 Desember 1965 memuat informasi bahwa 
asetorang Tionghoa disita tentara. Menteri Pertanian Sudjarwo mengumumkan 
bahwapenggilingan beras dan pabrik tekstil orang Tionghoa diambil alih 
militermasing-masing wilayah.
Kader PKI tidak tahu apa yang sedang terjadi
Dalamtelegram Kedutaan ke Kemenlu 20 November 1965, digambarkan bahwa 
kader-kaderPKI kebingungan, tidak mengerti apa yang terjadi, dan tidak tahu 
harus berbuatapa. Informasi didapat diplomat Amerika dari seorang jurnalis 
Australia yangdapat dipercaya.
Sijurnalis yang disebutkan itu adalah jurnalis Barat pertama yang 
mengunjungiJawa Tengah, yakni pada 10 Oktober 1965. "Dia berbicara dengan 
kader-kaderPKI di beberapa tempat di Jawa Tengah," tulis laporan itu.
Informasiserupa dikonfirmasi Konsuler Politik Kedutaan Yugoslavia yang 
mengatakanterlibat kontak secara rutin dengan aktivis PKI. Si aktivis sama 
sekali tidakpanik dan tetap percaya Soekarno akan melindungi mereka. "Mereka 
tidakakan bertindak tanpa perintah Soekarno," ujar sang diplomat.
Jihad membantai ribuan orang di daerah
26November 1965 laporan dari Konsulat Jenderal Amerika di Surabaya 
menyebutkanterus mendapatkan laporan pembantaian di berbagai wilayah di Jawa 
Timur olehAnsor. Di Tulungagung setidaknya 15.000 komunis dibunuh.
"Pembantaiandiwarnai dengan Perang Suci (jihad): membunuh kafir akan memberi 
tiket ke surgadan jika darah korban diusapkan ke wajah, maka akan lebih 
terjamin (masuksurga)," tulis laporan tersebut.
Angkatan Darat persenjatai Hansip untuk bunuh PKI
Selainkelompok-kelompok Islam, Angkatan Darat juga mempersenjatai pertahanan 
sipilatau Hansip sebagai kekuatan memerangi PKI. Dalam laporan Konsulat 
JenderalAmerika di Medan menyebutkan hal itu dilakukan untuk meningkatkan 
peranpengawasan di kota maupun pedesaan.
"Ketikaini dilaksanakan, rantai komando militer bertambah luas hingga setiap 
desa yangada di Sumatera," tulis laporan tersebut. 
Taksampai di situ, pemuda yang berusia 8-13 tahun diwajibkan ikut Pramuka 
yangdikontrol tentara. "Secara singkat, Sumatera dengan cepat berubah 
menjaditanah tentara." ▪

Kirim email ke