From: Awind j.gedea...@upcmail.nl [GELORA45] Sent: Tuesday, November 7, 2017 10:19 PM
http://ekonomi.kompas.com/read/2017/11/07/142435426/jokowi-dan-ekonomi-udang-indonesia Suhana Peneliti Kepala Riset Pusat Kajian Pembangunan Kelautan dan Peradaban Maritim Jokowi dan Ekonomi Udang Indonesia Suhana Kompas.com - 07/11/2017, 14:24 WIB Presiden Joko Widodo (kiri) menyaksikan pelepasan benih udang disela acara penyerahan izin pemanfaatan lahan tambak Perhutanan Sosial di Desa Pantai Bakti, Muara Gembong, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, Rabu (1/11/2017). Pemerintah melalui program Perhutanan Sosial menyerahkan izin pemanfaatan dan pengolahan lahan hutan tambak negara seluas 830,55 hektar kepada warga untuk lahan percontohan, yang nantinya akan dikelola 38 Kepala Keluarga.(ANTARA FOTO/RISKY ANDRIANTO) KEHADIRAN Presiden Jokowi di Tambak udang di Desa Pantai Bakti Muara Gembong Bekasi pada 1 November 2017 merupakan tonggak baru ekonomi udang nasional. Penulis percaya bahwa kehadiran Jokowi tidak hanya menghadiri program perhutanan sosial dan meresmikan tambak milik Perum Perhutani seluas 830 hektar (ha) untuk budidaya udang vaname dan bandeng. Namun jauh lebih dari itu, Jokowi melihat peluang besar untuk "menguasai" ekonomi udang dunia. Terlebih saat ini beberapa negara produsen udang dunia sedang mengalami masalah serius terkait penurunan produksi udang. Langkah Presiden Jokowi ke tengah-tengah tambak udang di Muara Gembong tersebut mengingatkan penulis atas langkah Presiden India Mahatma Gandhi pada tahun 1947. Ketika itu, Gandhi terjun langsung ke tambak garam rakyat di negaranya guna menjadikan India sebagai produsen garam dunia. Komitmen kuat Presiden Gandhi tersebut kini telah terwujud dengan baik. India kini menjadi salah satu produsen garam terbesar dunia. Oleh sebab itu, komitmen kuat Presiden Jokowi yang ditunjukkan dengan langsung terjun ke tambak udang tersebut diharapkan dapat menjadikan Indonesia sebagai negara eksportir udang terbesar dunia. Udang merupakan salah satu produk ekspor perikanan yang berkontribusi cukup besar bagi ekonomi perikanan nasional. Berdasarkan data International Trade Center (2017), pertumbuhan ekspor komoditas perikanan Indonesia pada periode 2012-2016 rata-rata tumbuh 2,37 persen pertahun. Total nilai ekspor komoditas perikanan tahun 2012 mencapai USD 3,59 miliar dan tahun 2016 meningkat menjadi 3,86 miliar dollar AS. Sementara itu, dilihat dari jenis komoditasnya, terlihat bahwa besarnya nilai ekspor komoditas perikanan didominasi oleh komoditas udang vaname beku. Berdasarkan data International Trade Center (2017), terlihat bahwa kontribusi nilai ekspor udang vaname beku (Whiteleg shrimps) terhadap total nilai ekspor perikanan tahun 2016 mencapai lebih dari 27 persen. Berdasarkan hal tersebut, tampak bahwa udang memiliki peranan yang besar terhadap kinerja ekonomi perikanan Indonesia. Namun demikian, sampai saat ini nilai ekspor udang Indonesia masih lebih rendah dibandingkan dengan negara-negara produsen udang dunia lainnya, seperti India, Vietnam, Ekuador, China, dan Thailand. Dari data International Trade Center (2017), pada tahun 2016 India tercatat sebagai negara yang memiliki nilai ekspor udang tertinggi di dunia, yaitu mencapai 3,70 miliar dollar AS. Berikutnya Vietnam, Ekuador, China, Thailand, dan Indonesia yang masing-masing memiliki nilai ekspor dalam dollar AS sebanyak 2,71 miliar; 2,60 miliar; 2,16 miliar; 1,98 miliar; dan 1,67 miliar. Peluang produksi udang vaname Beberapa negara produsen udang dunia sampai saat ini masih dihantui oleh ancaman wabah EMS (early mortality syndrome). Bahkan beberapa negara ASEAN sudah terserang wabah EMS, seperti Vietnam, Thailand, dan Malaysia. Adapun Indonesia sampai saat ini masih dinyatakan bebas dari wabah EMS yang mengancam produksi udang tersebut.