Ya jelas ente ini bukan parah lagi, juga sudah gila. Wong bung karno yg dijadikan dukun oleh tukang perah susu, ente pake utk menghebat2kan susu diindonesia dengan harapan rakyat Indonesia mengikuti ente lalu minum susu yg mahal dan gak usah makan sayuran, daging dan buah2an.
Weleh weleh memang parah sekali gilanya ente ini!!! Nesare From: GELORA45@yahoogroups.com [mailto:GELORA45@yahoogroups.com] Sent: Monday, November 13, 2017 3:07 PM To: Yahoogroups <gelora45@yahoogroups.com> Subject: RE: [GELORA45] Ketika Bung Karno Menjadi “Dukun” Parah banget! ---In GELORA45@yahoogroups.com, <nesare1@...> wrote : Ane bener2 ketawa terpingkal2 hahahaha. Pertama ane dibilang udang dimana udang koq diajak ngomong. Ini kan orang goblok yang bisa ngomong begini kan?! Kedua bilang ane adalah otak udang seakan2 ente sudah mengukur otak ane sama otak udang?! Ketiga udang koq disuruh baca artikel bung Karno?! Hahahaha Nesare From: GELORA45@yahoogroups.com [mailto:GELORA45@yahoogroups.com] Sent: Monday, November 13, 2017 2:06 PM To: Yahoogroups <gelora45@yahoogroups.com> Subject: RE: [GELORA45] Ketika Bung Karno Menjadi “Dukun” Hi Otak Udang, baca artikel yang teliti ya! Kalau nggak bisa baca, sekolah lagi sana! ---In <mailto:GELORA45@yahoogroups.com> GELORA45@yahoogroups.com, < <mailto:nesare1@...> nesare1@...> wrote : Lihat sigoblok ini. Sebelumnya dia pake’ Wen, sekarang pake’ bung karno. Hebatnya lagi dia pake’ program pemerintah buat rakyat miskin hahahahaha. Masih ngeyel mau bilang susu bisa meningkatkan gizi dan pemerintah harus mendukung. Gila kan orang ini? Di usa yg katanya negara kaya koq masih banyak orang yg kekurangan gizi sedangkan setiap bangun pagi sarapannya pake’ susu dan cereal. Hahahahaha. Ampun goblok dipelihara! Gaya2nya mau ngurusin Indonesia. Terus pemerintah Indonesia digoblok2in. Sedangkan didepan mata negara sendiri orang minum susu setiap hari masih banyak yg kekurangan gizi. Orang yg katanya minum susu setiap hari seperti presiden ente, menteri2 ente, pejabat2 ente juga banyak yg gila, bigotry, rasis, imperialis dll. Apanya yg mau dihebat2kan dgn minum susu itu? Sampai2 urusan negara orang lain mau minum susu atau ndak, bikin ente senewenan!!!! Nesare From: <mailto:GELORA45@yahoogroups.com> GELORA45@yahoogroups.com [ <mailto:GELORA45@yahoogroups.com> mailto:GELORA45@yahoogroups.com] Sent: Monday, November 13, 2017 11:08 AM To: Yahoogroups < <mailto:gelora45@yahoogroups.com> gelora45@yahoogroups.com> Subject: [GELORA45] Ketika Bung Karno Menjadi “Dukun” Bung Karno lantas meminta si pemerah susu menunggu. Sedangkan ia masuk bilik, mengambil satu potong baju dan keluar rumah lewat pintu belakang. Ia menggadaikan bajunya, demi mendapatkan uang tiga rupiah enampuluh sen. Jumlah yang dibutuhkan si pemerah susu. .... <https://rosodaras.wordpress.com/2011/03/18/ketika-bung-karno-menjadi-dukun/https:/rosodaras.wordpress.com/2011/03/18/ketika-bung-karno-menjadi-dukun/> Ketika Bung Karno Menjadi “Dukun” Ketika Bung Karno Menjadi “Dukun” Sepenggal kisah, manakala Bung Karno baru saja tiba di Bengkulu, usai menjalani pembuangan di Pulau Bunga, Ende.... <https://rosodaras.files.wordpress.com/2011/03/bung-karno-dan-teman-temannya-di-bengkulu-1938.jpg> Sepenggal kisah, manakala Bung Karno baru saja tiba di Bengkulu, usai menjalani pembuangan di Pulau Bunga, Ende. Di daerah “basis Islam” dengan alam yang dikelilingi pegunungan Bukit Barisan, Bung Karno awalnya tidak memiliki banyak sahabat. Setiap orang yang berkunjung ke kediamannya, esoknya langsung dipanggil kantor polisi. Dicatat, ditanya apa-apa saja yang dibicarakan, dan tentu saja dengan ancaman untuk tidak mendatangi Sukarno. Satu per satu, masyarakat Bengkulu mulai ketakutan untuk berdekat-dekat dengan Sukarno. Namun, magnit Sukarno begitu kuat, sehingga selalu saja ada satu-dua orang yang nekat mengunjunginya, meski mereka tahu akibatnya. Bahkan ada salah seorang guru yang begitu rajin mendatangi Sukarno untuk sekadar ngobrol. Ia tidak pernah jera meski berkali-kali harus berurusan dengan polisi Belanda. Lambat-laun, satu per satu, masyarakat mulai lebih berani mendekati Bung Karno. Terlebih ketika organisasi keagamaan seperti Muhammadiyah sudah terang-terangan berani meminta jasa Bung Karno untuk menjadi tenaga pengajar. Pengajar agama! Dan dilarang bicara politik. Bung Karno girang bukan kepalang. Ia tidak harus bicara politik kepada para murid. Ia cukup menceritakan kisah-kisah heroik Nabi Besar Muhammad SAW, sambil menanamkan benih-benih nasionalisme. Benih-benih cinta tanah air. Waktu terus bergulir, dan Bung Karno pun menjelma menjadi sosok yang didudukkan pada status “orang cerdik-pandai”. Bahkan, sejumlah warga memperlakukannya laksana “dukun”. Ia tidak hanya dimintai nasihat spiritual, tetapi dimintai juga mengobati sejumlah warga yang terserang penyakit. Satu di antaranya, ia kedatangan seorang gadis sambil menangis meraung-raung meminta tolong Bung Karno, dengan keluhan: Sudah tujuh bulan tidak bisa menstruasi! “Apa yang dapat saya lakukan? Saya bukan dokter,” kelit Bung Karno. “Bapak menolong semua orang. Bapak adalah juru selamat kami. Saya percaya kepada bapak, dan saya merasa sangat sakit. Tolonglah… tolonglah saya… tolooong….” Bung Karno tidak bisa mengelak. Bung Karno juga tidak ingin seorang gadis mendatanginya dengan harapan sembuh, lantas harus pulang dengan kecewa. Setelah berkonsentrasi sejenak… Bung Karno membacakan surah pertama Alquran ditambah doa-doa. Esoknya, perempuan itu mens! Kabar itu pun lekas tersiar. Dan Bung Karno “sang dukun” makin terkenal pula. Apa itu saja? Masih ada lagi. Kisah seorang tukang perah susu yang tengah dililit kesulitan uang. Untuk suatu keperluan, dia sangat membutuhkan uang. Celakanya, dia pun yakin, dengan mendatangi Bung Karno, persoalannya akan selesai. Apa yang terjadi? Memang begitu adanya. Dia datang ke Bung Karno dan menyampaikan keluhannya, serta memohon penyelesaian. Bung Karno lantas meminta si pemerah susu menunggu. Sedangkan ia masuk bilik, mengambil satu potong baju dan keluar rumah lewat pintu belakang. Ia menggadaikan bajunya, demi mendapatkan uang tiga rupiah enampuluh sen. Jumlah yang dibutuhkan si pemerah susu. Problem pun terselesaikan…. (roso daras)