#Maaf, golkar seringkali MEMBERIKAN KESAN UMUM di masyarakat "sangat mengapresiasi" KORUP, KKN, "anggota" partainya, selama dalam rekam jejaknya TERLIHAT selalu "mendukung" dengan berbagai cara non-ilegal atau tidak elegant...Ketua dpr, mpr pns lainnya dulu di era orba juga ex napi korupsi dan di - banyak jabatan pns legislatif, yudikatif dan eksekutif "saling" kolusi melindungi perbuatan kkn pns patpolnya yang terlibat kasus korup kkn ...
#jadi SEAKAN brrkesan kriminal korupsi pns mencuri uang negara dan rakyat adalah hal "biasa" dan juga untuk tidak mengindahkan hukum kriminal tipikor ataupun hukum disiplin lainnya... Jadi kata lainnya AKAN sangat memberikan contoh ke publik Mendukung "kebal-hukum kriminal" para koruptor pns partainya di negeri RI demokratis ini...?? #Para pns ri legislatif, yudikatif dan eksekutif yang melanggar Hukum dan merugikan rakyat dan negara di kasus korupsi, tipikor, sepatutnyalah dengan elegansi menyatakan maafnya ... //////////////////////////// Reaksi Akbar Tandjung soal Kasusnya Disamakan dengan Setnov Oleh Nafiysul Qodar pada 24 Jul 2017, 07:21 WIB Liputan6.com, Jakarta - Sejumlah petinggi Partai Golkar tak terlalu ambil pusing mengenai status tersangka Setya Novanto atau Setnov dalam kasus dugaan korupsi pengadaan e-KTP dengan jabatannya di pucuk pimpinan partai. Mereka menyebut, hal itu pernah terjadi pada Partai Golkar saat dipimpin Akbar Tandjung. Menanggapi hal itu, Wakil Ketua Dewan Kehormatan Partai Golkar, Akbar Tandjung menyatakan bahwa kasus penyalahgunaan dana nonbujeter Bulog yang menjerat dirinya saat itu berbeda dengan kasus dugaan korupsi pengadaan e-KTP yang menyeret Setya Novanto saat ini. BACA JUGA - Wapres JK Minta Setya Novanto Hadapi Proses Hukum - Jusuf Kalla Sarankan Setya Novanto Ikuti Hukum yang Berlaku - Dipecat dari Golkar, Ahmad Doli Kurnia Buka Diri untuk Dialog "Kalau dilihat dari segi kasusnya, tentu berbeda. Sangat berbeda. Apalagi dikaitkan dengan volume dana yang diduga terjadi suatu tindak pidana korupsi yaitu Rp 5,9 triliun biaya APBN untuk e-KTP dan Rp 2,3 triliun kerugian negara," ujar Akbar di kediamannya, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Minggu (23/7/2017). Akbar melanjutkan, kasus dugaan korupsi penyelewengan dana nonbujeter Bulog yang menyeret dirinya saat itu sebesar Rp 40 miliar. Angka tersebut terpaut jauh dengan nilai kerugian negara yang diakibatkan pada penyelewengan proyek e-KTP ini. Bukan hanya itu, Akbar menyatakan bahwa kasusnya saat itu, yakni pemberian sembako kepada masyarakat dilakukan oleh yayasan yang telah ditunjuk oleh pemerintah. Namun pada tahapan di tingkat yayasan itulah terjadi penyelewengan. "Jadi kan beda sekali. Dan di situ secara pribadi saya tidak ada kaitannya soal Rp 40 miliar, itu karena yang melaksanakan pembagian sembako adalah yayasan. Jadi ya sangat berbeda lah," kata dia. Kendati demikian, Ketum DPP Partai Golkar pertama di era Reformasi itu meminta semua pihak untuk menjunjung tinggi asas praduga tak bersalah dalam setiap kasus hukum. "Kita harus menghormati. Tapi kita juga harus mendengar, menyerap aspirasi publik," ucap Akbar. Bakal Lebih Baik? Saat itu, Akbar Tandjung juga menjabat sebagai Ketua Umum DPP Partai Golkar sekaligus Ketua DPR kala tersandung kasus korupsi. Dia sempat dijatuhi hukuman tiga tahun penjara di tingkat pengadilan pertama. Akbar akhirnya bebas saat upaya hukumnya melalui kasasi dikabulkan Mahkamah Agung (MA). Meski sempat tersandung kasus, Akbar mampu membawa Partai Golkar bangkit pascareformasi. Bahkan pada 2004, Golkar menjadi pemenang pemilu. Dalam hal ini, Akbar enggan berandai-andai Partai Golkar bakal melesat pada pemilu 2019 mendatang, meski ketua umumnya tersandung kasus. Apalagi saat ini, elektabilitas partai berlambang pohon beringin itu terus merosot. "Kalau kita lihat semakin lama surveinya semakin turun, apa kita biarkan? Saya termasuk yang tidak membiarkan. Kita harus mengambil langkah-langkah supaya tren menurun itu tidak terus berjalan," ujar Akbar. Namun, Akbar tidak menjelaskan secara gamblang mengenai langkah yang akan ditempuh terkait kondisi Golkar saat ini. Akbar juga enggan menilai bahwa kepemimpinan saat ini lebih buruk daripada eranya dulu. "Saya tidak membandingkan dengan zaman saya, cuma kasus dan peristiwanya berbeda. Kalau soal itu (perbandingan kasus korupsi) saya bisa jawab, dan saya nggak mau membandingkan ya (soal prestasi kepemimpinan)," Akbar Tandjung menandaskan. Saksikan video menarik di bawah ini: Reaksi Akbar Tandjung soal Kasusnya Disamakan dengan Setnov | | | | | | | | | | | Reaksi Akbar Tandjung soal Kasusnya Disamakan dengan Setnov Akbar Tandjung pernah terjerat kasus dana nonbujeter Bulog saat memimpin Golkar dan DPR. | | | | Verzonden via Yahoo Mail op Android Op za, nov. 18, 2017 om 3:14 schreef 'Chan CT' sa...@netvigator.com [temu_eropa]<temu_er...@yahoogroups.com>: Iyaa, ... sebenarnya kalau sistem perpajakan di Indonesia sudah baik, ... kekayaan Novanto + Keluarga sekarang bisa diusut apakah jauh melebihi penghasilan sebagai Ketua DPR! Kalau ternyata jauh melebihi, dimana ada yang menyatakan ternyata rumah Novanto yg didiami sekarang ini, terdiri dari 4 rumah, saling memunggung. Dan entah apakah sudah dilaporkan jumlah kekayaan yang dimiliki Novanto ini. Berapa besar kekayaan yang dilaporkan dan berapa jumlah kekayaan yang terselidiki KPK sekarang ini dan, ... sesuai TIDAK dengan jumlah PEMBAYARAN PAJAK selama ini??? Kalau ternyata jumlah KEKAYAAN yang ada tidak selaras dengan pajak yang dibayar, artinya jelas Novanto sebagai Ketua DPR penggelap PAJAK! Dan kalau kekayaannya jauh lebih banyak, dia tentunya juga HARUS BUKTIKAN darimana kekayaan sebanyak itu??? Tapi, ... kalau pemerintah, dalam hal ini aparat HUKUM tetap saja membela pejabat tinggi, yaa tentu tetap saja koruptor kakak begini bisa berkelit dan LOLOS dengan aman! Ayooo, ... mari kita saksikan bersama KASUS Novanto, keterlibatan korupsi e-KTP bagaimana kesudahannya, untuk melihat sampai dimana HUKUM telah ditegakkan dinegeri ini! Salam,ChanCT From: kh djie dji...@gmail.com [URECA_SGT] Sent: Saturday, November 18, 2017 8:16 AM Al Capone bisa ditangkapnya atas dasar pembayaran pajaknya tidak sesuai dengan kekayaannya.Apa Setya Novanto mengisi secara teratur Laporan Kekayaannya ?Apa pernah dicheck pertumbuhannya sesuai dengan gajinya ?Dan pembayaran pajaknya ? Apa juga ngemplang pajak ? 2017-11-18 1:00 GMT+01:00 'Chan CT' sa...@netvigator.com : Mudah2an saja kali ini KPK berhasil memenangkan TUNTUTAN atasd diri Novanto, tidak lagi bisa dikalahkan Setnov dihadapan HUKUM Indonesia yang masih terasa “ANEH” ini! Banyak anggota dan tokoh GOLKAR merasa dipermalukan oleh tingkah KETUM mereka yang TIDAK berani mempertanggungjawabkan tindak-tanduknya dihadapan HUKUM, bahkan setelah menjadi TERSANGKA kembali tetap saja berdalih dan berusaha “MENGHILANG” dari pengambilan paksa KPK dan, ... kemarin malam bikin ulah “KECELAKAAN” yang terdapat KEJANGGALAN, ... lebih2 mempermalukan dan merusak nama baik GOLKAR, lagi! Melihat kerusakan mobil setelah nabrak tiang listrik itu, bagaimana mungkin Novanto yg duduk dibelakang bisa menderita luka begitu parah! Sedang sopir yang duduk didepan dan kader Golkar lainnya, ada saksi mata yang bilang tidak apa2, hanya luka baret saja kena pecahan kaca. Coba saja diusut sebaik-baiknya, ... kalau bisa dibuktikan, ganjar saja HUKUMAN seberat-beratnya Setnov ini. Sudah berkorupsi-ria menghabiskan duit RAKYAT sebegitu besarnya, masih saja membuat aparat HUKUM harus bekerja lebih keras dan banyak membuang energi-waktu untuk mengungkap kebusukkan yang dilakukan selama ini. Dan, ... saya yakin RAKYAT Indonesia pada umumnya juga merasa terhina kalau ternyata Ketua DPR, Ketua Dewan Perwakilan Rakyat, yang seharusnya menjunjung tinggi kepentingan dan kehormatan rakyat, justru menginjak-injak kepentingan rakyat dan tidak menghormati rakyatnya, ...! Kejadian kecelakaan Novanto kemarin ini, baik sebagai PELAJARAN NEGATIF, ... bagaimana rakyat jangan lagi sampai SALAH PILIH anggota legislatif, yang bisa menjadi anggota DPR, DPRD, ... bahkan bisa menentukan KETUA DPR orang macam Novanto ini! Salam, ChanCT From: Awind j.gedea...@upcmail.nl [GELORA45] Sent: Friday, November 17, 2017 9:48 PM http://nasional.kompas.com/ read/2017/11/17/18404971/ini- 4-kejanggalan-kecelakaan- novanto-menurut-generasi-muda- golkar Ini 4 Kejanggalan Kecelakaan Novanto Menurut Generasi Muda Golkar Nabilla Tashandra Kompas.com - 17/11/2017, 18:40 WIB Ketua GMPG Ahmad Doli Kurnia dalam diskusi di Jakarta, Minggu (10/9/2017).(KOMPAS.com/ AMBARANIE NADIA) JAKARTA, KOMPAS.com — Ketua Generasi Muda Partai Golkar Ahmad Doli Kurnia mencatat setidaknya ada empat kejanggalan dari kecelakaan yang menimpa Ketua DPR sekaligus Ketua Umum Partai Golkar Setya Novanto. "Banyak sekali kejanggalan yang bisa kita saksikan dengan peristiwa kecelakaan SN tadi malam itu," ujar Doli melalui keterangan tertulis, Jumat (17/11/2017). Pertama, jenis mobil yang ditumpangi Novanto menurutnya bukan level Novanto. Saat kecelakaan terjadi, Novanto berada di dalam mobil Toyota Fortuner hitam. "Selama ini SN itu hidup dengan kemewahan dan harta melimpah. Saya tidak pernah melihat dia memiliki atau mau berkendaraan mobil sekelas Fortuner," kata dia. (Baca juga: Keberadaan Novanto Diketahui setelah Mobil Tabrak Tiang, Siapa Pemenang Sayembara Rp 10 Juta?) Kedua, lanjut Doli, Novanto selalu didampingi banyak ajudan serta dikawal patroli dan pengawalan polisi lalu lintas jika bepergian kemana-mana. Sementara saat itu mobil yang ditumpangi Novanto tak mendapat pengawalan. Ketiga, pihak Novanto beralasan terburu-buru mau pergi ke KPK. Padahal, satu hari sebelum kejadian, Novanto justru tak ditemukan keberadaannya karena menghindari penjemputan paksa. Ketua DPR Setya Novanto dibawa keluar dari Rumah Sakit Medika Permata Hijau, Jakarta, Jumat (17/11/2017). Setya Novanto dibawa ke RSCM untuk tindakan medis lebih lanjut.(ANTARA FOTO/WIBOWO ARMANDO) Keempat, jika dilihat dari kerusakan mobil yang ditumpangi Novanto, Doli menilai, hal itu tergolong kecelakaan ringan. Dari kerusakannya, bahkan seperti disengaja ditabrakkan. Ia pun menilai aneh Novanto bisa terluka parah dengan kategori kecelakaan ringan seperti itu. "Sulit untuk tidak bisa kita simpulkan bahwa semua itu adalah rekayasa untuk SN kembali menghambat proses hukum yang sedang berjalan," ujarnya. Lebih lanjut, ia menduga Novanto akan menampilkan skenario baru agar dia terbebas dari proses hukum. (Baca juga: Fahri Hamzah Batal Jenguk Setya Novanto) "Saya menduga skenario berikutnya setelah kecelakaan ini adalah SN akan menyatakan dirinya gegar otak, amnesia, lupa ingatan, dan berharap kasusnya tidak dapat diteruskan," kata Doli. Ia menambahkan, bukan tidak mungkin setelah itu Novanto berupaya meminta izin berobat ke luar negeri sebagai bagian dari upaya melarikan diri. Namun, Doli meyakini masyarakat sudah cerdas dan mampu menganalisis berbagai informasi yang ada. "Memang tidak perlu terlalu cerdas juga untuk menganalisis akal bulus SN itu," tuturnya. (Baca juga: Golkar Yakin Kerja DPR Tak Terganggu Meski Novanto Ditahan) Diberitakan, Novanto mengalami kecelakaan pada Kamis (16/11/2017) malam. Ia kemudian dilarikan ke Rumah Sakit Permata Hijau, Jakarta Selatan. "Perlu MRI, luka di bagian sini (pelipis), benjol besar segede bakpao," ujar kuasa hukum Novanto, Fredrich Yunadi. Kecelakaan itu sekaligus mengungkap keberadaan Novanto. Sebab, ketika penyidik KPK mendatangi rumahnya, Rabu (15/11/2017), untuk melakukan penjemputan paksa, Novanto tidak diketahui keberadaannya. Pada Jumat pagi, Novanto dipindahkan ke Rumah sakit Cipto Mangunkusumo. Juru Bicara KPK Febri Diansyah mengatakan, Novanto dibawa ke RSCM untuk kebutuhan tindakan medis lebih lanjut. "Setelah dilakukan pengecekan sejumlah kondisi kesehatan tersangka SN, siang ini untuk kebutuhan tindakan lebih lanjut seperti CT scan, yang bersangkutan dibawa ke RSCM," kata Febri saat dikonfirmasi, Jumat. Menurut Febri, langkah ini dilakukan untuk menentukan tindakan hukum selanjutnya terhadap Novanto. Setelah itu, KPK akan memutuskan apakah Novanto akan dipindahkan perawatannya ke RSCM. ==================== http://megapolitan.kompas.com/ read/2017/11/17/19173671/ polisi-tak-temukan-bercak- darah-di-mobil-yang- ditumpangi-setya-novanto Polisi Tak Temukan Bercak Darah di Mobil yang Ditumpangi Setya Novanto Akhdi Martin Pratama Kompas.com - 17/11/2017, 19:17 WIB Tim dari Toyota mulai lakukan investigasi Fortuner yang bawa Setnov(Stanly) JAKARTA, KOMPAS.com — Polisi tak menemukan bercak darah di dalam mobil yang ditumpangi Ketua DPR RI Setya Novanto saat terjadi kecelakaan di kawasan Permata Hijau, Jakarta Selatan, Kamis (16/11/2017) malam. Mobil Toyota Fortuner B 1732 ZLO itu menabrak tiang karena diduga pengemudinya kurang konsentrasi. "Tadi malam dan tadi pagi diperiksa enggak ada, belum ada (bercak darah)," ujar Direktur Lalu Lintas Polda Metro Jaya Kombes Halim Pagarra saat dihubungi, Jumat (17/11/2017). Dalam kecelakaan ini, hanya Novanto yang mengalami luka. Adapun pengemudinya, wartawan Metro TV Hilman dan ajudan Novanto, Reza, yang duduk di kursi depan tak mengalami luka-luka. Baca juga: Polisi Tak Temukan Jejak Rem di Lokasi Kecelakaan Setya Novanto Halim mengaku belum mengetahui, apakah saat terjadinya kecelakaan tersebut Hilman dan Reza menggunakan safety belt atau tidak. "Saya belum tahu. Ini mau tanya lagi, anggota apakah sudah nanya apa belum," kata Halim. Sejumlah Polisi Lalu lintas Polda Metro Jaya melakukan olah Tempat Kejadian Perkara (TKP) kecelakaan mobil yang ditumpangi Ketua DPR Setia Novanto, di Kawasan Jalan Permata Hijau, Jakarta, Jumat (17/11/2017). Mobil yang ditumpangi Setya Novanto menabrak tiang listrik pada Kamis (16/11/2017).(ANTARA FOTO/RENO ESNIR) Sejumlah Polisi Lalu lintas Polda Metro Jaya melakukan olah Tempat Kejadian Perkara (TKP) kecelakaan mobil yang ditumpangi Ketua DPR Setia Novanto, di Kawasan Jalan Permata Hijau, Jakarta, Jumat (17/11/2017). Mobil yang ditumpangi Setya Novanto menabrak tiang listrik pada Kamis (16/11/2017).(ANTARA FOTO/RENO ESNIR) Setya Novanto terlibat dalam kecelakaan pada Kamis (16/11/2017) malam di Jalan Permata Hijau. Toyota Fortuner yang ditumpanginnya menabrak tiang yang berdiri di trotoar. Berdasarkan keterangan polisi, kap dan bemper mobil rusak, ban depan kanan pecah, dan kaca bagian tengah kiri pecah. Baca juga: Sebelum Tabrak Tiang, Mobil Setya Novanto Hantam Trotoar dan Pohon Hilman ditetapkan sebagai tersangka atas kecelakaan ini. Novanto kini dirawat di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo setelah sebelumnya dilarikan ke RS Medika Permata Hijau. Hilman Mattauch adalah jurnalis yang mengemudikan mobil yang ditumpangi Setnov.(Kompas TV) #yiv5787217509 #yiv5787217509 -- #yiv5787217509ygrp-mkp {border:1px solid #d8d8d8;font-family:Arial;margin:10px 0;padding:0 10px;}#yiv5787217509 #yiv5787217509ygrp-mkp hr {border:1px solid #d8d8d8;}#yiv5787217509 #yiv5787217509ygrp-mkp #yiv5787217509hd {color:#628c2a;font-size:85%;font-weight:700;line-height:122%;margin:10px 0;}#yiv5787217509 #yiv5787217509ygrp-mkp #yiv5787217509ads {margin-bottom:10px;}#yiv5787217509 #yiv5787217509ygrp-mkp .yiv5787217509ad {padding:0 0;}#yiv5787217509 #yiv5787217509ygrp-mkp .yiv5787217509ad p {margin:0;}#yiv5787217509 #yiv5787217509ygrp-mkp .yiv5787217509ad a {color:#0000ff;text-decoration:none;}#yiv5787217509 #yiv5787217509ygrp-sponsor #yiv5787217509ygrp-lc {font-family:Arial;}#yiv5787217509 #yiv5787217509ygrp-sponsor #yiv5787217509ygrp-lc #yiv5787217509hd {margin:10px 0px;font-weight:700;font-size:78%;line-height:122%;}#yiv5787217509 #yiv5787217509ygrp-sponsor #yiv5787217509ygrp-lc .yiv5787217509ad {margin-bottom:10px;padding:0 0;}#yiv5787217509 #yiv5787217509actions {font-family:Verdana;font-size:11px;padding:10px 0;}#yiv5787217509 #yiv5787217509activity {background-color:#e0ecee;float:left;font-family:Verdana;font-size:10px;padding:10px;}#yiv5787217509 #yiv5787217509activity span {font-weight:700;}#yiv5787217509 #yiv5787217509activity span:first-child {text-transform:uppercase;}#yiv5787217509 #yiv5787217509activity span a {color:#5085b6;text-decoration:none;}#yiv5787217509 #yiv5787217509activity span span {color:#ff7900;}#yiv5787217509 #yiv5787217509activity span .yiv5787217509underline {text-decoration:underline;}#yiv5787217509 .yiv5787217509attach {clear:both;display:table;font-family:Arial;font-size:12px;padding:10px 0;width:400px;}#yiv5787217509 .yiv5787217509attach div a {text-decoration:none;}#yiv5787217509 .yiv5787217509attach img {border:none;padding-right:5px;}#yiv5787217509 .yiv5787217509attach label {display:block;margin-bottom:5px;}#yiv5787217509 .yiv5787217509attach label a {text-decoration:none;}#yiv5787217509 blockquote {margin:0 0 0 4px;}#yiv5787217509 .yiv5787217509bold {font-family:Arial;font-size:13px;font-weight:700;}#yiv5787217509 .yiv5787217509bold a {text-decoration:none;}#yiv5787217509 dd.yiv5787217509last p a {font-family:Verdana;font-weight:700;}#yiv5787217509 dd.yiv5787217509last p span {margin-right:10px;font-family:Verdana;font-weight:700;}#yiv5787217509 dd.yiv5787217509last p span.yiv5787217509yshortcuts {margin-right:0;}#yiv5787217509 div.yiv5787217509attach-table div div a {text-decoration:none;}#yiv5787217509 div.yiv5787217509attach-table {width:400px;}#yiv5787217509 div.yiv5787217509file-title a, #yiv5787217509 div.yiv5787217509file-title a:active, #yiv5787217509 div.yiv5787217509file-title a:hover, #yiv5787217509 div.yiv5787217509file-title a:visited {text-decoration:none;}#yiv5787217509 div.yiv5787217509photo-title a, #yiv5787217509 div.yiv5787217509photo-title a:active, #yiv5787217509 div.yiv5787217509photo-title a:hover, #yiv5787217509 div.yiv5787217509photo-title a:visited {text-decoration:none;}#yiv5787217509 div#yiv5787217509ygrp-mlmsg #yiv5787217509ygrp-msg p a span.yiv5787217509yshortcuts {font-family:Verdana;font-size:10px;font-weight:normal;}#yiv5787217509 .yiv5787217509green {color:#628c2a;}#yiv5787217509 .yiv5787217509MsoNormal {margin:0 0 0 0;}#yiv5787217509 o {font-size:0;}#yiv5787217509 #yiv5787217509photos div {float:left;width:72px;}#yiv5787217509 #yiv5787217509photos div div {border:1px solid #666666;min-height:62px;overflow:hidden;width:62px;}#yiv5787217509 #yiv5787217509photos div label {color:#666666;font-size:10px;overflow:hidden;text-align:center;white-space:nowrap;width:64px;}#yiv5787217509 #yiv5787217509reco-category {font-size:77%;}#yiv5787217509 #yiv5787217509reco-desc {font-size:77%;}#yiv5787217509 .yiv5787217509replbq {margin:4px;}#yiv5787217509 #yiv5787217509ygrp-actbar div a:first-child {margin-right:2px;padding-right:5px;}#yiv5787217509 #yiv5787217509ygrp-mlmsg {font-size:13px;font-family:Arial, helvetica, clean, sans-serif;}#yiv5787217509 #yiv5787217509ygrp-mlmsg table {font-size:inherit;font:100%;}#yiv5787217509 #yiv5787217509ygrp-mlmsg select, #yiv5787217509 input, #yiv5787217509 textarea {font:99% Arial, Helvetica, clean, sans-serif;}#yiv5787217509 #yiv5787217509ygrp-mlmsg pre, #yiv5787217509 code {font:115% monospace;}#yiv5787217509 #yiv5787217509ygrp-mlmsg * {line-height:1.22em;}#yiv5787217509 #yiv5787217509ygrp-mlmsg #yiv5787217509logo {padding-bottom:10px;}#yiv5787217509 #yiv5787217509ygrp-msg p a {font-family:Verdana;}#yiv5787217509 #yiv5787217509ygrp-msg p#yiv5787217509attach-count span {color:#1E66AE;font-weight:700;}#yiv5787217509 #yiv5787217509ygrp-reco #yiv5787217509reco-head {color:#ff7900;font-weight:700;}#yiv5787217509 #yiv5787217509ygrp-reco {margin-bottom:20px;padding:0px;}#yiv5787217509 #yiv5787217509ygrp-sponsor #yiv5787217509ov li a {font-size:130%;text-decoration:none;}#yiv5787217509 #yiv5787217509ygrp-sponsor #yiv5787217509ov li {font-size:77%;list-style-type:square;padding:6px 0;}#yiv5787217509 #yiv5787217509ygrp-sponsor #yiv5787217509ov ul {margin:0;padding:0 0 0 8px;}#yiv5787217509 #yiv5787217509ygrp-text {font-family:Georgia;}#yiv5787217509 #yiv5787217509ygrp-text p {margin:0 0 1em 0;}#yiv5787217509 #yiv5787217509ygrp-text tt {font-size:120%;}#yiv5787217509 #yiv5787217509ygrp-vital ul li:last-child {border-right:none !important;}#yiv5787217509