tidak perlu kecuali segala macam, rakyat papua perlu tahu semuanya.

---In GELORA45@yahoogroups.com, <ajegilelu@...> wrote :

 Saya bilang, 'kecuali'...'kecuali yang digarong AS dari Papua

 juga dari Indian.'

 

 Anda perlu sabar berlatih mencet tuts piano supaya bisa teliti
 dan tidak asal pencet tuts komputer sengawur-ngawurnya.

 






 


 --- jonathangoeij@... wrote:
 

 benar, umumkan saja semua berapa yg digarong AS, berapa uang pelicin yang 
masuk kantong pribadi, berapa buat anjing2 penjaga keamanan, dan berapa yang 
sebenarnya masuk kas negara.
 

 kemudian berapa dana otsus yg dikeluarkan untuk papua, bandingkan.
 

 setelah semuanya dibuka, biarlah rakyat papua yg menentukan melalui referendum.
 

--- ajegilelu@... wrote :

 Tentu, kecuali yang digarong AS dari Papua

 juga dari Indian.
 --- jonathangoeij@... wrote:

 selain diumumkan duit dari jakarta ke papua (dana otsus) yang dikorupsi itu 
juga perlu juga diumumkan duit yang dikeruk dari papua ke jakarta.
 
 --- ajegilelu@... wrote :

 Ya, sekalipun pihak luar tidak mau tahu, pemerintah tetap perlu

 mengumumkan terus bahwa dana otsus Papua terbesar di Indonesia; 

 besar anggarannya, besar juga korupsinya, supaya Rakyat Papua 

 juga tahu. 
 

 Selain itu Rakyat Indonesia wajib tahu bahwa sekalipun MPR kita 

 dikebiri namun tetap mendukung MRP - Majelis Rakyat di setiap 

 propinsi Papua.


 --- j.gedearka@... wrote:


 
 
http://nasional.kompas.com/read/2017/11/24/06440031/kurang-apa-indonesia-dengan-papua
 
http://nasional.kompas.com/read/2017/11/24/06440031/kurang-apa-indonesia-dengan-papua-
 
 Kurang Apa Indonesia dengan Papua... Kompas.com - 24/11/2017, 06:44 WIB
 
 
 
 
 
 
 
 
 Pengamat Militer Connie Rahakundini Bakrie(KOMPAS.com/Nabilla Tashandra)
 


 
 
 
 JAKARTA, KOMPAS.com - Intensitas acara penggalangan dukungan terhadap kelompok 
separatis di luar negeri ternyata meningkat bersamaan dengan kejadian aksi 
kelompok itu di Papua http://indeks.kompas.com/tag/papua, baru-baru ini.
 


 Analis militer Connie Rahakundini Bakrie, menyebut hal tersebut tidak bisa 
didiamkan.
 


 Terhadap kampanye yang diakukan kelompok-kelompok di luar negeri pendukung 
separatisme Papua, pemerintah Indonesia Indonesia bisa melawannya antara lain 
dengan kampanye tandingan.
 


 Semua pihak harus diberitahu fakta sebenarnya yang terjadi dan sudah semaju 
apa Papua saat ini.
 


 "Kita tidak bisa stop itu, tapi kita bisa meng'counter' itu, harus. 
Nyatakanlah Papua itu provinsi (dengan anggaran dari pusat) termahal. Kurang 
apa Indonesia dengan Papua, hal-hal ini kan tidak diketahui dunia luar," 
terangnya.
 


 (Baca juga : Komisi II DPR Minta Pemerintah Tuntaskan Konflik Papua Secara 
Menyeluruh)
 

 Senjata yang kerap digunakan kelompok-kelompok di luar negeri pendukung 
separatisme Papua, adalah HAM.
 


 Umumnya yang mereka sasar adalah aparat TNI. Untuk mengantisipasi agar upaya 
aparat dalam menjaga kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) tidak 
dijadikan bahan kampanye hitam mereka, maka peranan TNI di Papua harus 
digantikan oleh Polri.
 


 "Karena yang namanya operasi ketertiban dan penegakan hukum (oleh Polisi), 
tidak ada yang boleh ikut campur," katanya.
 


 "Jadi yang turun Polri saja, bahkan kemudian suatu hari, besoknya atau 
malamnya Kapolri telepon Panglima TNI minta bantuan, tetap saja yang maju 
Polri," terangnya.
 


 Berita ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Pemerintah Harus Lawan 
'Permainan' Para Pendukung Kelompok Separatisme Papua di Luar Negeri
 
 
 
 
 
 
 
 





































 

 

 



Kirim email ke