http://sains.kompas.com/read/2017/06/22/190852523/agama.gajah.mada.dan.majapahit.yang.sebenarnya.akhirnya.diungkap

Agama Gajah Mada dan Majapahit yang Sebenarnya Akhirnya Diungkap
YUNANTO WIJI UTOMOKompas.com - 22/06/2017, 19:08 WIB


Surya Majapahit(Wikipedia)

KOMPAS.com - Mahapatih Gajah Mada dan Majapahit menjadi perbincangan hangat di 
media sosial belakangan berkat tulisan Arif Barata di situs portal-islam.id.

Bagaimana tak ramai dibicarakan, tulisan yang mengutip buku "Kasultanan 
Majapahit: Fakta Sejarah yang Tersembunyi" karya Herman Janutama itu 
menyatakan, Gajah Mada beragama Islam dan Majapahit pun merupakan kasultanan.

Reaksi atas tulisan itu beragam terapi umumnya mencibir dan menertawakan. Meski 
demikian, banyak pihak yang mencibir sebenarnya juga tak bisa menunjukkan dasar 
argumennya.

Dalam diskusi di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan pada Kamis (22/6/2017), 
arkeolog menuturkan bahwa jika tak memahami sejarah dan arkeologi, sangat 
mungkin masyarakat memiliki kesimpulan yang salah tentang Majapahit.

Arkeolog Universitas Indonesia, Hasan Djafar, mengatakan, artefak berbau Islam 
dari masa Majapahit memang banyak ditemukan.

Di Makam Troloyo, ada 100-an nisan dengan hiasan tulisan Arab. Nisan itu 
berasal dari masa 1203 - 1533 Masehi. Artinya, ada sejumlah nisan yang berasal 
dari masa sebelum berdirinya Majapahit pada 1292. Ini berbeda dengan pandangan 
umum yang menyatakan bahwa Islam baru muncul pada akhir kerajaan itu.

Eksistensi Islam sebelum Majapahit didukung oleh sejumlah catatan. "Ada yang 
menyebutkan, tahun 1082, sudah ada masyarakat Islam di Gresik," kata Hasan.

Meski ada artefak berbau Islam, arkeolog tetap berkeyakinan bahwa kerajaan 
Islam pertama di Nusantara adalah Samudera Pasai, bukan Majapahit. Koin dengan 
tulisan Arab, nisan dengan kalimat syahadat tidak cukup menjadi bukti keislaman 
kerajaan yang berpusat di Trowulan itu.

"Majapahit tetap bercorak Hindu-Buddha, tecermin dalam peraturan 
perundang-undangan dan sistem teologinya. Saya tidak melihat benih-benih Islam 
sedikit pun," tegas Djafar.

Baca Juga: Meski Nyata, Koin Bertuliskan Arab Bukan Bukti Kesultanan Majapahit

Arkeolog dan penulis buku "Catuspatha: Arkeologi Majapahit", Agus Aris 
Munandar, mengungkapkan, keyakinan bahwa Majapahit merupakan kerajaan 
Hindu-Buddha didasarkan pada sumber-sumber arkeologi yang sebenarnya punya 
peringkat tersendiri.

"Sumber peringkat pertama atau yang paling bisa dipercaya adalah prasasti yang 
sezaman. Lalu prasasti yang terkait dengan prasasti sezaman itu," katanya.

Sumber pada peringkat berikutnya adalah data arkeologis berupa monumen, fitur, 
dan artefak bergerak. Karya sastra yang sezaman dan yang lebih muda berada pada 
peringkat yang lebih rendah. Hal lain yang bisa jadi sumber arkeologi adalah 
berita asing, legenda, mitos, dongeng, dan pendapat para ahli.

"Kalau ada artefak koin dengan tulisan Arab, itu tidak bisa langsung menghapus 
kekuatan sumber prasasti lalu dijadikan dasar mengatakan Majapahit kerajaan 
Islam," ungkapnya.

Lebih lanjut, Agus menerangkan, identitas agama Gajah Mada dan Majapahit bisa 
dilihat dari prasasti dan hingga sistem pemerintahan. Gelar raja, misalnya, 
sudah bisa menjadi bukti bahwa Majapahit merupakan kerajaan bercorak 
Hindu-Buddha.

"Raden Wijaya bergelar Krtarajasa Djayawarddhana Anantawikramotunggadewa. 
Djayawardhana itu sudah jelas Hindu karena artinya keturunan Dewa Wisnu yang 
bertahta," jelas Agus.

Identitas agama Majapahit juga bisa dilihat dari konsep dewaraja. Setiap raja 
di Majapahit memiliki dewa pujaan pribadi. Saat raja itu meninggal, dia 
diyakini akan bersatu dengan dewanya. Candi yang dibuat pasca meninggalnya raja 
itu akan dihiasi oleh figur sang raja yang digambarkan sebagai dewa pujaannya.

"Contoh, Tribhuanottunggadewi itu memuja Dewi Parwati, maka setelah meninggal 
diwujudkan sebagai dewa itu," kata Agus.

"Nama pejabat tinggi dalam Majapahit juga menunjukkan corak Hindu dan Buddha. 
Misalnya, ada Dharmmadyaksa ring Kasaiwan dan Dharmmadyaksa ring Kasogatan. 
Kasogataan artinya Kebuddhaan. Tidak ada Dharmmadyaksa ring Muslimah atau 
lainnya," imbuh Agus.

Baca Juga: Ada Tulisan Arab pada Nisan, Bisakah Jadi Bukti Kesultanan Majapahit?

Bukti lain ialah penataan kota Majapahit yang memperhatikan letak gunung yang 
dipercaya sebagai tempat suci dan corak prasasti.

Soal surya Majapahit yang diklaim menjadi bukti keislaman kerajaan itu, Agus 
menuturkan bahwa delapan sinar yang ada pada lambang itu sebenarnya adalah 
tanda arah mata angin. Dalam kepercayaan Majapahit, tiap arah angin punya 
dewanya sendiri.

Sinar Majapahit menjadi ciri khas candi-candi peninggalan Majapahit di mana 
corak itu dijumpai pada batu sungkupnya.

Agama Gajah Mada sendiri dipercaya adalah Buddha. Bukti penguatnya adalah 
catatan kitab Negarakertagama yang menyebut bahwa setelah pensiun, dia 
dianugerahi tanah Kebuddhaan yang bernama Madakarupira. Lokasi tanah itu berada 
di selatan Pasuruan.

Menurut Agus, untuk menafsirkan identitas agama suatu kerajaan, peringkat 
sumber-sumber arkeologis perlu diperhatikan. "Penulis (Kasultanan Majapahit) 
kemungkinan tidak mengerti pemeringkatan itu," katanya.

Reply via email to