From: 'j.gedearka' j.gedea...@upcmail.nl [GELORA45] Sent: Saturday, December 16, 2017 2:27 AM
https://seleb.tempo.co/read/1042465/najwa-shihab-komentari-drama-bisu-setya- novanto?PilihanUtama&campaign=PilihanUtama_Click_1 Najwa Shihab Komentari Drama Bisu Setya Novanto Reporter: Tabloid Bintang Editor: Aisha Shaidra Jumat, 15 Desember 2017 10:10 WIB Presenter Najwa Shihab membacakan penutup konser Penggalangan dana Museum Hak Asasi Manasia Omah Munir bertajuk Menyalakan Kemanusiaan di Auditorium Perpustakaan Nasional, Jakarta, 05 Desember 2017. TEMPO/Nurdiansah TEMPO.CO, Jakarta -Sidang lanjutan kasus E-KTP dengan terdakwa Setya Novanto di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi, Jakarta Pusat, pada Rabu, 13 Desember siang, sempat diskors lantaran Ketua Umum Partai Golkar nonaktif itu membisu saat ditanya hakim ketua. Drama membisunya Setya Novanto di pengadilan membuat masyarakat geregatan dan kesal karena selalu ada drama yang terjadi untuk menghambat jalannya proses hukum. Melihat sikap masyarakat seperti itu, Najwa Shihab menganggap wajar. Menurutnya apa yang ditunjukkan Setya Novanto disaksikan langsung oleh publik. "Menurut saya, karena itu sidang terbuka masyarakat bisa melihat, jadi apa pun opini dan pendapat yang berkembang itu sesuatu yang tidak bisa dihindari," ujar Najwa Shihab, di Trans TV, Jl. Tendean, Jakarta Selatan, Kamis, 14 Desember 2017. "Ada yang menilai itu upaya mempersulit persidangan, atau justru beranggapan malah akan mempersulit terdakwa," tambah Najwa Shihab. Sebelum sidang diskors, sempat ada perdebatan yang mengarah bahwa terdakwa melakukan kebohongan dengan berpura-pura sakit. "Menarik ketika pak Setya Novanto mengaku diare dan 20 kali ke kamar kecil tapi ternyata kata petugas hanya 2 kali," tutur Najwa Shihab. Masyarakat menyimpulkan sendiri apa yang didengar dan dilihat secara langsung. Pemandu acara Mata Najwa itu pun tidak menyalahkan masyarakat yang punya pemikiran negatif kepada Setya Novanto. "Saya tidak menyalahkan masyarakat yang memiliki pandangan yang cenderung negatif atas sidang kemarin. Karena mau tidak mau itu yang terlihat," tutup Najwa Shihab. ================ https://nasional.tempo.co/read/1042519/beda-dengan-setya-novanto-cerita-am-fatwa-sakit-di-persidangan?PilihanUtama&campaign=PilihanUtama_Click_5 Beda dengan Setya Novanto, Cerita AM Fatwa Sakit di Persidangan Reporter: Adam Prireza Editor: Ninis Chairunnisa Jumat, 15 Desember 2017 13:14 WIB AM Fatwa meninggal pada usia 78 tahun. AM Fatwa adalah politikus senior yang sudah malang melintang di dunia perpolitikan. Dia adalah politikus tiga zaman, yaitu Orde Lama, Orde Baru, dan Reformasi. Dok. TEMPO/Dimas Aryo TEMPO.CO, Jakarta- Pengamat Kriminal dan Psikolog Forensik Reza Indragiri Amriel memiliki cerita menarik tentang figur almarhum Andi Mappetahang Fatwa atau AM Fatwa. Ia pernah mendapat cerita tentang AM Fatwa yang bertingkah malingering atau upaya melebih-lebihkan sakit untuk tujuan tertentu yang pernah dilakukan saat anggota DPD RI itu menjalani persidangan. Menurut Reza, cerita tersebut ia dapat langsung dari mulut AM Fatwa pada 2004 saat sedang berbincang di ruang kerjanya di Gedung MPR. "Beliau (AM Fatwa) bercerita soal malingering sambil tertawa, kami sambil bercanda," kata Reza kepada Tempo pada Jumat, 15 Desember 2017. Baca: Kenangan Masa Kecil Anies Baswedan bersama AM Fatwa Reza bercerita, saat itu ia sedang bekerja di Markas Besar Kepolisian Rakyat Indonesia. Ia diminta bantuan untuk mengantarkan naskah sambutan seorang petinggi Polri kepada AM Fatwa. Menurut Reza, naskah tersebut nantinya digunakan untuk sambutan di buku biografi yang kala itu sedang digarap Fatwa. "Ruangannya besar sekali, mungkin saya yang katro," kata Reza seraya tertawa. Di ruangan tersebut, Reza mengatakan mereka saling bercerita. Sama-sama 'orang' Muhammadiyah dan kekaguman Reza terhadap Partai Amanat Nasional yang didirikan Fatwa, membuat suasana menjadi cair. Berbagai topik obrolan sempat mereka bahas, seperti proses hukum, bentuk kekerasan, teror, dan intimidasi yang dialami Fatwa di masa Orde Baru. Pada masa itu, AM Fatwa merupakan oposan yang sangat keras mengkritik pemerintah, salah satunya lewat ceramahnya. Baca: AM Fatwa Sempat Nasehati Fahri Hamzah tentang Karir Politiknya Kemudian, kata Reza, sampailah obrolan mereka kepada kisah dramatis malingering yang dilakukan Fatwa. Sambil bercanda, Fatwa menceritakan betapa saat dipenjara ia 'diazab' habis-habisan. "Beliau cerita sampai sakit berkali-kali saat dipenjara itu," ujarnya. Cerita paling seru, menurut Reza, adalah ketika Fatwa menceritakan aksi dramatisnya saat menjalani persidangan. Kala itu, Fatwa menggunakan kaos oblong, sarung tidur, dan alas kaki. Tak lama duduk di kursi terdakwa, Fatwa sengaja menghuyung-huyungkan badannya hingga ambruk dan jatuh ke lantai sidang. Ia pun membiarkan sarungnya tersingkap sedemikian rupa sehingga alat kelaminnya terlihat. "Beliau memang sudah persiapan tidak memakai celana dalam," kata Reza. Melihat hal tersebut, majelis hakim langsung menutup persidangan. Fatwa, kata Reza, berhasil mengelabui mereka dengan melakukan partial malingering. Maksudnya, Fatwa memang sakit kala itu, namun ia berhasil melebih-lebihkan tanda-tanda kesakitannya sehingga terlihat heboh. "Saat bercerita itu saya membayangkan betapa kagetnya pasti majelis hakim," ujar Reza. Reza pun membagikan kisah ini lewat aplikasi pesan singkat. Hal tersebut, menurut dia, merupakan respon terhadap terdakwa kasus korupsi Setya Novanto yang diduga berpura-pura sakit saat menjalani persidangan di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi pada Rabu, 13 Desember. Saat itu, Setya mengaku sedang diare dan dua kali meminta izin kepada majelis hakim untuk ke toilet. "Yang dilakukan beliau (Fatwa) jelas beda dengan SN," kata Reza. "Beliau (Fatwa) disidang karena banyak melakukan perlawanan terhadap pemerintah Orde Baru." AM Fatwa meninggal di Rumah Sakit MMC, Jakarta, pada usia 78 tahun karena sakit lever pada Kamis, 14 Desember kemarin. Ia dikenal sebagai tokoh reformasi. Mantan Wakil Ketua MPR pada 2004-2009 ini dikenal sebagai pengkritik rezim Orde Lama dan Orde Baru. Namanya tercatat sebagai salah satu penanda tangan Petisi 50. Dia juga salah satu pendiri Partai Amanat Nasional bersama Amien Rais pada 1999. --------------------------------------------------------------------------------