Garam yang banyak dibutuhkan adalah jenis garam industri, bukan garam konsumsi (garam yang dimakan). Prosentasi kebutuhan garam konsumsi relatif sangat kecil dari total kebutuhan garam secara keseluruhan.
Untuk jenis garam konsumsi memang boleh-boleh saja dibuat dengan proses evaporasi air laut. Meskipun banyak hambatan misalnya cuaca dll. tetap tidak mengganggu supply karena memang demand utk garam konsumsi relatif mudah dipenuhi. Untuk garam industri biasanya diproduksi dgn cara penambangan bukan dgn cara evaporasi. Ini sebabnya mengapa produsen garam terbesar adalah negara-negara seperti AS, Cina, Inggris, India, Jerman, Perancis, dll. yang area lautnya tidak sebesar Indonesia. Jadi selama Indonesia tetap mengandalkan produksi garam dengan cara evaporasi air laut, rasanya impor tetap akan terjadi meskipun jumlah impor mungkin bisa dikurangi. Jika keluhan cuaca memang benar, ini akan mempengaruhi supply. Industri-industri yang memerlukan bahan baku garam tentu lebih memilih untuk menghindari ketidak-pastian dan lebih memilih untuk impor, disamping mungkin ada faktor-faktor lain. ---In gelora45@yahoogroups.com, <SADAR@...> wrote : .....bagaimana negeri kepulauan dengan lauta begitu luas masih harus impor garam sampai 3,7 juta TON! Salam, ChanCT