"brunding.. brunding.. berunding... eh blanda masuk zuga, bahǃ" 

- Zenderal Nagabonar 

--- jonathangoeij@... wrote:    
Pemerintah Disarankan Hentikan Negosiasi dengan Freeport
Jumat, 26 Januari 2018 | 23:45

Freeport. Foto: IST 

JAKARTA – Pemerintah sebaiknya menghentikan negosiasi dengan PT Freeport 
Indonesia dan menyelesaikan Kontrak Karya di 2021. Hal ini menyeruak dalam 
rapat kerja Komisi VII Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dengan Menteri Energi dan 
Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan di Jakarta. Anggota Komisi VII dari 
Fraksi Nasional Demokrat Kurtubi mengatakan, masa berlaku Kontrak Karya 
Freeport hanya tersisa tinggal tiga tahun lagi. Jika dibiarkan berakhir, dengan 
begitu pemerintah tidak perlu membeli 51% saham Freeport. “Nasdem berpendapat 
sebaiknya tunggu saja sampai 2021, tidak usah keluar duit 1 sen pun. Selesai 
kontrak, finis,” kata Kurtubi di Jakarta, Kamis (25/1). Kurtubi mempertanyakan 
upaya divestasi 51% dengan membeli hak partisipasi (participatinginterest/PI) 
Rio Tinto di Freeport. Upaya pemerintah membeli PI Rio Tinto dan dikonversi 
menjadi saham ini dikhawatirkannya tidak memiliki dasar hukum. Oleh sebab itu, 
Pemerintah dinilainya lebih baik menghentikan negosiasi dengan Freeport dan 
biarkan status Kontrak Karyanya berlaku sampai 2021. Setelah 2021 tidak ada 
lagi Kontrak Karya sesuai Undang-Undang No 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan 
Mineral dan Batubara. Pasalnya UU Minerba menghormati Kontrak Karya sampai 
selesai. “(Setelah 2021 dan kontrak berakhir) aset (Freeport) dipermukaan bumi 
milik dia. Itu yang kita bayar. Masa kita keluar duit miliaran Dolar untuk beli 
saham,” tuturnya. Hal senada diungkapkan oleh Anggota Komisi VII DPR dari 
Fraksi Golongan Kar ya Eni Maulani. Dia menilai proses divestasi 51% 
berbelit-belit dan tak berujung. Pembelian PI Rio Tinto dinilainya hanya untuk 
mengelabuhi masyarakat sehingga seolah-olah pemerintah berhasil divestasi 51%. 
“Pak Menteri (Ignasius Jonan) harus sampaikan apa adanya. Jangan seolah-olah 
dapat 51% dan dibuat bagaimana membungkus itu. Masyarakat sudah cerdas,” 
ujarnya. Eni menuturkan, kepemilikan 51% saham itu membuat pemerintah harus 
mengeluarkan dana lagi untuk membangun smelter. Padahal smelter itu menjadi 
kewajiban Freeport yang hingga sekarang belum selesai pembangunannya. Oleh 
sebab itu, lebih baik pemerintah mengakhiri masa operasi Freeport di 2021. 
“Untuk smelter pun kita taruh modal. Padahal tiga tahun lagi, ini punya kita. 
Kenapa berbelit. Kita yang selama ini menuntut bangun smelter kenapa malah kita 
yang keluar uang,” kata dia. Negosiasi antara Freeport dengan pemerintah 
terkait penyusunan lampiran rinci Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK). 
Perusahaan tambang asal Amerika Serikat itu bersedia melepas Kontrak Karya 
menjadi IUPK dengan catatan stabilitas investasi. Negosiasi berlangsung 
terhitung sejak Februari 2017 kemarin. Pada Agustus 2017 tercapai kesepakatan 
secara umum terkait empat poin negosiasi, yakni perpanjangan operasi pasca 
2021, pembangunan smelter, divestasi 51% saham, dan peningkatan penerimaan 
negara. Sementara itu, Jonan menerangkan PI Rio Tinto bisa dikonversi menjadi 
saham pada 2021 dan hal ini sudah dirundingkan dengan Freeport. Hanya saja 
Jonan tidak menerangkan lebih jauh mengenai harga saham yang bakal dibeli 
pemerintah melalui konversi PI tersebut. Pasalnya hal ini dibahas antara PT 
Inalum (Persero) selaku Holding BUMN Pertambangan, Kementerian BUMN, dan 
Kementerian Keuangan. “Detilnya ditangani Inalum, Menteri BUMN, dan Kemenkeu. 
Kami tidak mengikuti detil akuisisinya,” ujarnya. (rap)

  

Kirim email ke