Bantah Pertemuan untuk Fitnah SBY, Anas Sebut 2 Cara PembuktianReporter:  M 
Yusuf ManurungEditor:  Kodrat SetiawanKamis, 15 Februari 2018 08:38 WIB 
Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), didampingi 
Anas Urbaningrum (kiri) dan Marzuki Alie. TEMPO/Tony Hartawan

TEMPO.CO, Jakarta - Mantan Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum 
membantah adanya pertemuan di Sukamiskin antara dia, Setya Novanto, Firman 
Wijaya, dan Saan Mustopa untuk merancang skenario fitnah kepada Susilo Bambang 
Yudhoyono atau SBY dan Edhie Baskoro Yudhoyono atau Ibas dalam kasus korupsi 
proyek e-KTP.

Anas mengatakan dapat membuktikan bahwa pertemuan di Sukamiskin itu tidak 
pernah terjadi. Caranya, menurut dia, dengan memeriksa buku tamu dan CCTV atau 
menanyakan langsung kepada warga di Sukamiskin. "Tidak ada tempat kunjungan 
tamu yang tertutup, tidak ada warga yg bisa merahasiakan tamunya. Apalagi kalau 
itu sebuah pertemuan," kata Anas dalam surat yang dititipkan ke Divisi 
Komunikasi Publik Pimpinan Nasional Perhimpunan Pergerakan Indonesia Bobby 
Triadi, Senin, 12 Februari 2018. 

Baca juga: Akun Twitter Disalahgunakan, SBY Beri Penjelasan
Sebelumnya beredar surat yang diduga ditulis Mirwan Amir kepada salah satu 
media massa tentang pertemuan dengan Saan Mustopa, Anas Urbaningrum, dan Firman 
Wijaya di Lapas Sukamiskin. Pertemuan itu disebut untuk merencanakan fitnah 
terhadap SBY.

Selasa, 6 Februari 2018, lalu, politikus Partai Demokrat Andi Arief mencuit 
bahwa Firman diduga melakukan pemufakatan jahat sehubungan disebutnya nama SBY 
dalam sidang E-KTP. Andi mengungkapkannya melalui akun Twitter @andiarief_ 
dengan mencantumkan nama beberapa politikus. Dalam akun itu tertulis:

'Pagi ini dikejutkan dengan beredarnya surat Mirwan Amir bahwa persidangan 25 
Januari 2018 lalu yang menyebut nama SBY adalah hasil permufakatan jahat Firman 
Wijaya, Saan Mustofa, Anas Urbaningrum, dan Setnov. Kami masih klarifikasi 
kebenarannya.'

Anas sendiri menyebut surat yang diduga ditulis Mirwan Amir tersebut adalah 
hoax. "Surat Hoax itu disebarkan oleh sebagian orang di lingkungan Pak SBY 
tanpa klarifikasi terlebih dahulu dan kemudian malah digoreng sedemikian rupa," 
katanya.

Anas menyebut orang yang menyebarkan serta mempercayai surat itu menyedihkan. 
Dia menyebut langkah itu sangat picik dan mengkhianati semangat dan kampanye 
anti fitnah dan hoax.

"Saya mengerti bahwa jihad mencari keadilan adalah tindakan mulia. Tetapi 
mencari keadilan yang disertai dengan pembiaran penyebaran hoax dan fitnah 
justru berarti membelakangi keadilan itu sendiri dan terkesan lebih 
mementingkan gincu," katanya.

Anas menganggap bahwa dia yang merupakan korban fitnah. Fitnah yang dimaksud 
Anas adalah tentang gratifikasi berupa mobil Toyota Harrier dan uang Rp 100 
miliar dalam kasus korupsi pembangunan kompleks olahraga Hambalang yang 
menjerumuskannya kedalam penjara saat ini. "Sakitnya masih harus saya dan 
keluarga jalani sampai hari ini," katanya.

Selaku korban fitnah, dia mengatakan tidak akan menyakiti orang lain seperti 
SBY dengan fitnah. Anas beralasan bahwa dia percaya takdir dan datangnya hari 
keadilan. "Saya tidak tega dan tidak suka memakan bangkai saudaranya sendiri. 
Itu menjijikkan!" katanya.

Kirim email ke