?????????
---Kutipan cerita:
Aku mendapati bidadari itu duduk di atas ranjang yang terbuat dari emas, 
bertahta intan dan berlian.




Begitu aku melihatnya aku terpesona sementara itu dia menyambutku dengan 
berkata, ‘Selamat datang waliyurrahman, telah hampir tiba waktu kita bertemu.’




Aku pun maju untuk memeluknya, tiba-tiba ia berkata, ‘Sebentar, belum saatnya 
engkau memelukku karena dalam tubuhmu masih ada ruh kehidupan. Tenanglah, 
engkau akan berbuka puasa bersamaku di kediamanku, insya Allah. ‘




Seketika itu aku bangun dari tidurku wahai Abdul Wahid. Kini aku sudah tidak 
bersabar lagi, ingin bertemu dengan bidadari bermata jeli itu.”
....Ketika aku melintas di dekat jenazahnya aku lihat, tubuhnya berlumuran 
darah sementara bibirnya tersenyum yang mengantarkan pada akhir hidupnya.”


---In GELORA45@yahoogroups.com, <jonathangoeij@...> wrote :








Kisah Lelaki Yang Memasuki Istana Bidadari Bermata Jeli, Beginilah Isi 
Didalamnya, Subhanallah
Jumat, 11 Mei 2018 16:10




Ilustrasi 



SRIPOKU.COM-- Setiap manusia menginginkan mati dalam keadaan yang baik agar 
dapat berkumpul bersama Rasulullah di hari kiamat kelak, dan dimasukkan ke 
dalam jannah-Nya Allah.




Pada zaman Rasulullah, ada seorang sahabat yang merindukan bertemu dengan 
seorang bidadari di syurga.

Bidadari surga itu telah ditemuinya dalam mimpinya, hingga ia benar-benar ingin 
menemuinya.




Berikut kisahnya seperti yang telah dikutip dari situs 
abubadriyyah.wordpress.com:




Abdul Wahid bin Zaid berkata, “Ketika kami sedang duduk-duduk di majelis kami, 
aku pun sudah siap dengan pakaian perangku, karena ada komando untuk 
bersiap-siap sejak Senin pagi. Kemudian saja ada seorang laki-laki membaca 
ayat, (artinya) ‘Sesungguhnya Allah membeli dari orang-orang mukmin jiwa dan 
harta mereka dengan memberi Surga.’ (At-Taubah: 111).




Aku menyambut, “Ya, kekasihku.”
Ilustrasi ()

Laki-laki itu berkata, “Aku bersaksi kepadamu wahai Abdul Wahid, sesungguhnya 
aku telah menjual jiwa dan hartaku dengan harapan aku memperoleh Surga.”




Aku menjawab, “Sesungguhnya ketajaman pedang itu melebihi segala-galanya. Dan 
engkau sajalah orang yang aku sukai, aku khawatir manakala engkau tidak mampu 
bersabar dan tidak mendapatkan keuntungan dari perdagangan ini.”




Laki-laki itu berkata, “Wahai Abdul Wahid, aku telah berjual beli kepada Allah 
dengan harapan mendapat Surga, mana mungkin jual beli yang aku persaksikan 
kepadamu itu akan melemah.”




Dia berkata, “Nampaknya aku memprihatinkan kemampuan kami semua, …kalau orang 
kesayanganku saja mampu berbuat, apakah kami tidak?” Kemudian lelaki itu 
menginfakkan seluruh hartanya di jalan Allah kecuali seekor kuda, senjata dan 
sekedar bekal untuk perang.




Ketika kami telah berada di medan perang dialah laki-laki pertama kali yang 
tiba di tempat tersebut.




Dia berkata, “Assalamu ’alaika wahai Abdul Wahid,” Aku menjawab, 
“Wa’alaikumussalam warahmatullah wa barakatuh, alangkah beruntungnya perniagaan 
ini.”




Kemudian kami berangkat menuju medan perang, lelaki tersebut senantiasa 
berpuasa di siang hari dan qiyamullail pada malam harinya melayani kami dan 
menggembalakan hewan ternak kami serta menjaga kami ketika kami tidur, sampai 
kami tiba di wilayah Romawi.




Ketika kami sedang duduk-duduk pada suatu hari, tiba-tiba dia datang sambil 
berkata, “Betapa rindunya aku kepada bidadari bermata jeli.”




Kawan-kawanku berkata, “Sepertinya laki-laki itu sudah mulai linglung.”
 Ilustrasi ()

Dia mendekati kami lalu berkata, “Wahai Abdul Wahid, aku sudah tidak sabar 
lagi, aku sangat rindu pada bidadari bermata jeli.”




Aku bertanya, “Wahai saudaraku, siapa yang kamu maksud dengan bidadari bermata 
jeli itu.”




Laki-laki itu menjawab, “Ketika itu aku sedang tidur, tiba-tiba aku bermimpi 
ada seseorang datang menemuiku, dia berkata, ‘Pergilah kamu menemui bidadari 
bermata jeli.’




Seseorang dalam mimpiku itu mendorongku untuk menuju sebuah taman di pinggir 
sebuah sungai yang berair jernih.




Di taman itu ada beberapa pelayan cantik memakai perhiasan sangat indah 
sampai-sampai aku tidak mampu mengungkapkan keindahannya.




Ketika para pelayan cantik itu melihatku, mereka berkata, ‘Demi Allah, suami 
bidadari ber-mata jeli itu telah tiba.’ Kemudian aku berkata, ‘Assalamu 
‘alaikunna, apakah di antara kalian ada bidadari bermata jeli?’




Pelayan cantik itu menjawab, ‘Tidak, kami sekedar pelayan dan pembantu bidadari 
bermata jeli. Silahkan terus!’




Aku pun meneruskan maju mengikuti perintahnya, aku tiba di sebuah sungai yang 
mengalir air susu, tidak berubah warna dan rasanya, berada di sebuah taman 
dengan berbagai perhiasan.




Di dalamnya juga terdapat pelayan bidadari cantik dengan mengenakan berbagai 
perhiasan. Begitu aku melihat mereka aku terpesona., dia pun berkata ‘Demi 
Allah telah datang suami bidadari bermata jeli.

’

Aku bertanya, ‘Assalamualaikunna, apakah di antara kalian ada bidadari bermata 
jeli?’
Ilustrasi ()

Mereka menjawab, Waalaikassalam wahaiwaliyullah, kami ini sekedar budak dan 
pelayan bidadari bermata jeli, silahkan terus.’




Aku pun meneruskan maju, ternyata aku berada di sebuah sungai khamr berada di 
pinggir lembah, di sana terdapat bidadari-bidadari sangat cantik yang membuat 
aku lupa dengan kecantikan bidadari-bidadari yang telah aku lewati sebelumnya.




Aku berkata, ‘Assalamu alaikunna, apakah di antara kalian ada bidadari bermata 
jeli?’




Mereka menjawab, ‘Tidak, kami sekedar pembantu dan pelayan bidadari bermata 
jeli, silahkan maju ke depan.’




Aku berjalan maju, aku tiba di sebuah sungai yang mengalirkan madu asli di 
sebuah taman dengan bidadari-bidadari sangat cantik berkilauan wajahnya dan 
sangat jelita, membuat aku lupa dengan kecantikan para bidadari sebelumnya..




Aku bertanya, ‘Assalamu alaikunna, apakah di antara kalian ada bidadari bermata 
jeli?’




Mereka menjawab, ‘Wahai waliyurrahman, kami ini pembantu dan pelayan bidadari 
jelita, silahkan maju lagi.’

Aku berjalan maju mengikuti perintahnya, aku tiba di se-buah tenda terbuat dari 
mutiara yang dilubangi, di depan tenda terdapat seorang bidadari cantik dengan 
memakai pakaian dan perhiasan yang aku sendiri tidak mampu mengungkapka 
keindahannya.




Begitu bidadari itu melihatku dia memberi kabar gembira kepadaku dan memanggil 
dari arah tenda, ‘Wahai bidadari bermata jeli, suamimu datang!’




Kemudian aku mendekati kemah tersebut lalu masuk.




Aku mendapati bidadari itu duduk di atas ranjang yang terbuat dari emas, 
bertahta intan dan berlian.




Begitu aku melihatnya aku terpesona sementara itu dia menyambutku dengan 
berkata, ‘Selamat datang waliyurrahman, telah hampir tiba waktu kita bertemu.’




Aku pun maju untuk memeluknya, tiba-tiba ia berkata, ‘Sebentar, belum saatnya 
engkau memelukku karena dalam tubuhmu masih ada ruh kehidupan.




Tenanglah, engkau akan berbuka puasa bersamaku di kediamanku, insya Allah. ‘




Seketika itu aku bangun dari tidurku wahai Abdul Wahid. Kini aku sudah tidak 
bersabar lagi, ingin bertemu dengan bida-dari bermata jeli itu.”




Abdul Wahid menuturkan, “Belum lagi pembicaraan kami (cerita tentang mimpi) 
selesai, kami mendengar pasukan musuh telah mulai menyerang kami, maka kami pun 
bergegas meng-angkat senjata begitu juga lelaki itu.


Setelah peperangan berakhir, kami menghitung jumlah para korban, kami menemukan 
9 orang musuh tewas dibunuh oleh lelaki itu, dan ia adalah orang ke sepuluh 
yang terbunuh.




Ketika aku melintas di dekat jenazahnya aku lihat, tubuhnya berlumuran darah 
sementara bibirnya tersenyum yang mengantarkan pada akhir hidupnya.”




Sumber: abubadriyyah.wordpress.com, dinukil dari: 99 Kisah Orang Shalih, 
Penerbit Darul Haq



Artikel ini telah tayang di sripoku.com dengan judul Kisah Lelaki Yang Memasuki 
Istana Bidadari Bermata Jeli, Beginilah Isi Didalamnya, Subhanallah, 
http://palembang.tribunnews.com/2018/05/11/kisah-lelaki-yang-memasuki-istana-bidadari-bermata-jeli-beginilah-isi-didalamnya-subhanallah?page=all.

Editor: ewis herwis


















Kirim email ke