https://x.detik.com/detail/investigasi/20180517/ISIS-di-Suriah-Melemah-di-Indonesia-Eksis/index.php
NVESTIGASI
ISIS di Suriah Melemah,
di Indonesia Eksis
“Kami mengimbau agar terduga teroris segera menyerahkan diri daripada
terus dikejar-kejar.”
Gerakan Angkatan Muda Kristen Indonesia bersama organisasi kemahasiswaan
menyalakan lilin sebagai bentuk simpati untuk korban bom di Surabaya.
Foto: Rengga Sancaya/detikcom
Kamis, 17 Mei 2018
Palang pintu gerbang Markas Polda Riau dari sisi Jalan Gadjah Mada, Kota
Pekanbaru, belum sempurna menutup tatkala satu unit mobil Toyota Avanza
berwarna putih menerobos masuk. Dari dalam mobil itu, turun empat pria
yang lalu menyabetkan samurai ke petugas secara membabi buta.
Sempat melukai petugas, keempat teroris itu lantas dibombardir peluru
hingga tewas terkapar. Seorang rekan mereka yang masih berada di dalam
mobil mencoba kabur dalam penyerangan pada pukul 09.00 WIB, Rabu, 16
Mei, itu.
Mobil bernomor polisi BM-1192-RQ tersebut bisa dihentikan aparat. Namun
seorang polisi bernama Aipda Auzar menjadi korban setelah tertabrak
mobil teroris. Aipda Auzar meninggal setelah dirujuk ke rumah sakit.
"Situasinya cukup menegangkan. Kita semua menyelamatkan diri. Teriakan
‘teroris… teroris…’ terus terdengar. Tembakan meletus beberapa kali,"
kata seorang saksi mata, Shyahnan Rangkuti.
Empat pelaku tindak terorisme yang tewas diidentifikasi bernama Mursalim
alias Ical alias Pak Ngah, 42 tahun, Suwardi (28), Dede Supriyadi (45),
Adi Sufiyan (26), dan Aan Sentosa alias Aan Tempe (35). Mereka adalah
anggota Negara Islam Indonesia.
Markas Kepolisian Daerah Riau diserang oleh terduga teroris.
*Foto: Chaidir/detikcom*
Polisi menyebut kelompok ini berbaiat kepada Islamic State of Iraq dan
Suriah (ISIS). Meski berlainan organisasi, mereka juga disebut mengenal
kelompok Jamaah Ansharut Daulah (JAD) Pekanbaru pimpinan Wawan Kurniawan
alias Abu Afif, yang juga berafiliasi dengan ISIS.
Wawan dan kelompoknyalah yang dituding menjadi provokator utama
kerusuhan berdarah para napi di Rumah Tahanan Salemba Cabang Mako
Brimob, Depok. Sebanyak 155 napi terorisme menduduki penjara selama 36
jam dan membunuh lima polisi dengan sadisnya.
Irjen Setyo Wasisto, Kadiv Humas Mabes Polri, mengungkapkan keempat
teroris yang tewas itu sempat mendatangi Mako Brimob, Depok, Jawa Barat,
ketika penjara diduduki. Juga dua orang yang dibekuk di Palembang.
Namun, karena situasi di Mako Brimob telah terkendali, mereka pulang.
Para penganut ideologi ISIS yang menebar teror di Indonesia rata-rata
belum pernah ke Suriah atau Irak, pusat kekhilafahan itu didirikan."
Muhammad Jibriel Abdul Rahman, pengamat terorisme
Aparat Densus 88 Antiteror Polri terus memburu terduga pelaku terorisme
di seluruh wilayah Indonesia.
*Foto: dok. Istimewa*
Sejumlah pengamat terorisme melihat peristiwa di Mako Brimob menjadi
pemicu bagi aksi-aksi terorisme sepanjang pekan ini. Termasuk bom bunuh
diri yang dilakukan dua keluarga pengikut JAD di Surabaya, Minggu-Senin
(13-14 Mei).
Taufik Andrie dari Yayasan Prasasti Perdamaian mengatakan, kalangan
internal JAD maupun organisasi lainnya yang sepaham dengan ISIS punya
kanal informasi tersendiri. Sehingga mereka bisa dengan mudah
berkoordinasi untuk memanfaatkan momentum yang ada.
“Jadi ini kan semacam /shocking/. Ini rencana yang dibuat dengan cepat
agar pihak polisi gagap dalam menghadapi mereka,” kata Taufik dalam
perbincangan dengan *detikX*, Selasa, 15 Mei.
Dari informasi yang diperoleh *detikX*, dari kanal informasi itu pula
tersebar instruksi-instruksi bagi kader JAD di mana pun berada bersamaan
dengan krisis di Mako Brimob untuk menyerang aparat. Instruksi itu juga
menyebar secara terselubung kepada simpatisan ISIS. “Ayo, serang. Kita
serang,” begitu sepenggal percakapan mereka.
Dan, entah dari mana datangnya, saat pendudukan Mako Brimob berlangsung,
beredar sejumlah nama terduga teroris yang hendak datang ke Depok.
Mereka berasal dari mana-mana, di antaranya Karawang, Cirebon,
Tasikmalaya, serta Sumatera bagian tengah.
Pengamat terorisme Sofyan Tsauri melihat aksi-aksi terorisme yang
terjadi di Surabaya dan Riau melibatkan sel-sel teroris yang telah siap
melakukan /amaliah/. Meski tak dimungkiri ada instruksi dari dalam Mako
Brimob, umumnya komando diserahkan kepada wilayah masing-masing.
Polisi melakukan olah tempat kejadian perkara terorisme di Sidoarjo,
Jawa Timur.
*Foto: Suparno/detikcom*
“Komando diserahkan wilayah masing-masing. Jadi dia ada yang pakai
pedang, golok, samurai, untuk melumpuhkan (aparat) sebanyak-banyaknya.
Itulah yang disebutkan dengan /jabal munfarid/,” kata dia kepada
*detikX*, Rabu, 16 Mei.
Mengapa mereka memutuskan melakukan /amaliah/? Sofyan mengatakan ada
keyakinan dipegang para pengikut ISIS bahwa mereka terbebani menjadi
muslim apabila tidak 'berjihad' melawan /thogut /(pemerintah dan
aparatnya) serta tidak membela Islam. Mereka juga termotivasi oleh
janji-janji bakal mati 'syahid' dan masuk surga setelah melakukan teror.
Motivasi itu pulalah, kata dia, yang menjadi pendorong dua keluarga
pengikut JAD di Surabaya nekat melakukan aksi bom bunuh diri. Di lain
sisi, pelaku juga hendak menyebarkan pesan tertentu dengan mengajak
serta kaum perempuan dan anak-anak ketika melakukan teror itu.
Pesan kepada para simpatisan ISIS lainnya itu adalah, jika mereka saja
sudah mempersembahkan wanita dan anak-anak dalam melakukan ‘jihad’,
bagaimana dengan kaum laki-laki? Bukankah seharusnya mereka merasa malu?
“’Mereka telah berani? Mana kalian berani?’ Lalu disambut besoknya
(teror Mapolda Riau) sampai hari ini. Akhirnya ini menyugesti para
laki-lakinya untuk bangkit dan beraksi,” ujar Sofyan.
Ia mengungkapkan, sampai saat ini tercatat masih ada sekitar 2.000
anggota JAD di Indonesia. Meski demikian, pengikut ISIS bisa datang dari
organisasi mana saja. Karena itu, ia memperkirakan aksi-aksi teror masih
berpotensi terjadi pada bulan Ramadan ini.
Pasukan ISIS di Timur Tengah
*Foto: DW (News)*
Karena itu pula, seolah tak ingin didahului, Densus 88 Antiteror Mabes
Polri menggelar operasi secara besar-besaran untuk menangkap para
terduga teroris itu di berbagai daerah. Daerah tersebut antara lain
Sidoarjo, Probolinggo, Malang, Cirebon, dan Tangerang.
Di Jawa Timur, selama lima hari, polisi menangkap 23 terduga teroris,
termasuk pentolan JAD Jawa Timur Syamsul Arifin alias Abu Umar, 33
tahun. Polisi pun meminta sel-sel jaringan teroris ISIS yang masih ada
menyerahkan diri.
“Kami mengimbau kepada terduga teroris segera menyerahkan diri daripada
terus dikejar-kejar," kata Kapolda Jawa Timur Irjen Machfud Arifin.
Pengamat terorisme Muhammad Jibriel Abdul Rahman mengatakan para
penganut ideologi ISIS yang menebar teror di Indonesia rata-rata belum
pernah ke Suriah atau Irak, pusat /kekhilafahan /itu didirikan. Dengan
mengebom atau menyerang polisi, mereka hanya melampiaskan rasa penasaran.
Sementara itu, kekuatan ISIS di Suriah dan Irak semakin lemah,
dikalahkan oleh pasukan pemerintah negara setempat. Banyak kombatan asal
Indonesia yang ditangkap dan dipenjara pasukan Kurdi. Kalaupun ada yang
kembali ke Indonesia, mereka enggan melakukan teror karena malu.
“Ada fase-fase ISIS, nggak lama lagi bakal hancur. Berita-berita yang
disampaikan non-ISIS nggak dipercaya sama mereka. Kalau saya, sih, kirim
saja mereka-mereka itu ke Suriah. Biar pada tahu,” kata Jibriel.
------------------------------------------------------------------------
*Reporter:* Gresnia Arela F, Ibad Durohman
*Redaktur/Editor:* Irwan Nugroho
*Desainer:* Habib Rifai