Pada Sidharta Gautama, terjadi suatu peristiwa lebih dahulu :
Ia tiba di suatu tepi sungai. Ia melihat seorang pemuda sedang mengayuh
perahu, Seorang tua berbicara pada yang muda : Pasang senar itu jangan
terlalu tegang, nanti putus. Juga jangan terlalu kendor, suaranya tidak
enak.
Pada waktu itu tiba2 Sidharta insaf, bahwa cara hidupnya yang begitu keras,
mengikuti cara pertapa dengan hanya minum dari air hujan dan tetesan embun
pagi hari dan meditasi yang sangat terkonsentrrasi di tempat jauh, bukan
cara yang tepat.
Kemudian dia pergi mandi di sungai, makan sedikit, dan bersemedi relax di
bawah pohon Bodhi dan memperoleh pencerahan (enlightning).
Karena itu juga di Buddhisme ada Middle Path : Kebenaran itu letaknya bukan
di ujung extreem yang satu, bukan di ujung extreem lainnya, tetapi di
antaranya.
Yang mengherankan filsafat dari India dan Tiongkok itu menolak extemisme ;
Buddhisme dengan Middle Way(Path), Confucianisme dengan Golden Means
( Berpikir dulu, baru kerjakan. Jangan berpikir terlalu lama, sampai kerja
ditunda-tunda terus. Jangan tergesa-gesa langsung melakukan sesuatu tanpa
dipikir masak dulu). Taoisme : Wu Wei bukan berati tidak melakukan sesuatu,
tetapi melakukan tanggapan yang tidak emotionil, tidak melakukan reaksi ber-
lebihan, yang justru membuat situasi jadi jauh memburuk. Semua tindakan
perlu
dilakukan tidak berlebihan, yang menyebabkan keseimbangan rusak,
mendatangkan
reaksi lebih keras.
Golden Means dari Confucianisme mirip dengan Golden Means dari Socrates :
Jangan buang2 uang. Tetapi juga jangan kikir sekali. Harus berani keluar
uang,
kalau diperlukan.
Kalau di Teknik Kimia, orang harus mencari kondisi optimum,  yang di situ
kecepatan
reaksi cukup tinggi, keseimbangan reaksi baik, tetapi produk yang rusak
sedikit, byproduct
(hasil samping) sedikit.
Kalau hanya mau kecepatan reaksi tinggi, orang gunakan temperatur tinggi,
tetapi
pada temperatur tinggi pada reaksi2 organik, banyak produk rusak, dan
keseimbangan
reaksi tidak menguntungkan untuk pembentukan produk. Karena itu orang
mencari
katalisator, sehingga pada temperatur tidak terlalu tinggi, kecepatan
reaksinya tinggi,
sedangkan keseimbangan reaksinya bagus untuk pembentukan produk.

2018-06-03 8:05 GMT+02:00 jonathango...@yahoo.com [GELORA45] <
GELORA45@yahoogroups.com>:

>
>
>
> Kisah Soekarno duduk dibawah pohon Sukun memang mirip sekali dengan kisah
> Pangeran Sidharta Gautama bersemadi dibawah pohon Bodhi. Sidharta mendapat
> pencerahan menjadi Buddha sedang Soekarno mendapat wahyu berupa Pancasila..
> Demikian juga kisah ular itu kemungkinan juga adaptasi ular ditaman firdaus.
>
> Sedemikian banyak kisah mistis yg diasosiasikan dgn Soekarno yg membentuk
> kultus individu sedemikian rupa.
>
> ---In GELORA45@yahoogroups.com, <ilmesengero@...> wrote :
>
>
>
> *Agaknya kaum kolonial tidak seburuk rezim neo-Mojopahit, karena
> penentang-penentang kekuasaan kolonial Belanda tidak langsung dipancung
> atau ditembak mati, malah diasingkan dan dilayani. Soekarno bisa naik
> sepeda mutar-mutar di kampung. Mereka yang diasinkan ke  Digul pun mendapat
> pelayanan, tidak ada yang kurus kering karena dikasi makan nasi bercampur
> batu tanpa lauk pauk yang memada. Satu hal lagi, waktu tentara Jepang
> menguasai sebahagian dari kepulauan di samudera pasifik, sebahagiaan dari
> tahanan di Digul dilarikan ke Australia supaya aman tidak dipermak oleh
> tentara Jepang yang anti komunis pada waktu itu. Seperti diketahui
> anggota-anggota Partai Komunis Jepang (PKJ) selama perang dunia bekerja
> dibawah tanah, kalau anggota ditangkap oleh Kempetai dipersekusi. *
>
>
> *Pada zaman kolonial, para tahanan politik  tidak ada yang disiksa sampai
> peot atau mati oleh petugas tahanan, seperti dilakukan kepada pengibar
> bendera Bintang Kejora dan Benang Raja.*
>
>
> *Cerita Pancasila sudah dibikin seperti cerita kuno tentang Buddha duduk
> dibawa pohon lalu datang ilham-ilham diasosiasikan dengan Soekarno duduk
> dibawah pohon sukun di  Flores.  Sekarang ditambah lagi si A dan si B yang
> bantu mengformulasikan Pancasila.*
>
> *Cerita dua ular ini seperti cerita Adam dan Hawa (Eva) di zaman manusia
> diciptakan dalam cerita agama semitik..Dimana ular mengajak Hawa untuk
> makan buah pohon yang katanya berupa dosa kepada manusia. Kita tidak
> diberitahukan bahwa dua ular ditempat pengasingan Soekarno juga mengajak
> beliau untuk makan buah, tetapi kalau itu pohon sukun pasti Soekarno telah
> makan sukun dari pohon tsb.  Mnurut cerita lahir pancasila yang disemprot
> dari mulut petinggi neo-Mojopahit,  Agaknya kita mau diassosiasikan  bahwa
> lahir panca sila ada hubungannya sukun dan dua ular. Mungkin ini ular-ular
> baik yang bukan lambang iblis bin seythan  tetapi seuatu yang baik. Kita
> tunggu saja nanti pada waktu mendatang para  ahli ilmu langitan akan
> menambah cerita bahwa dua ular ini adalah penjelmaan dari malaekat yang
> turun dari taman Firdaus  untuk memberikan ilham kepada Soekarno, karena
> seperti pada waktu presiden Soekarno berkuasa ada partai agama yang
> mengatakan beliau sebagai nabi. Amin!*
>
>
>
>
> .
>
>
>
> 2018-06-03 0:33 GMT+02:00 jonathangoeij@... [GELORA45] <
> GELORA45@yahoogroups.com>:
>
>
>
>
> Tak Banyak yang Tahu, Jejak Cinta Perumus Pancasila dan Dua Ular Misterius
> di Pengasingan Soekarno
> <http://bangka.tribunnews.com/2018/06/01/tak-banyak-yang-tahu-jejak-cinta-perumus-pancasila-dan-dua-ular-misterius-di-pengasingan-soekarno?page=all>
>
>
>
> Jumat, 1 Juni 2018 10:58
>
>
> [image: Tak Banyak yang Tahu, Jejak Cinta Perumus Pancasila dan Dua Ular
> Misterius di Pengasingan Soekarno]
> Dokumentasi Bangka Pos
> Dua ular misterius di pohon cemara yang tumbuh di depan Pasanggrahan
> Menumbing, Muntok, Kabupaten Bangka Barat, Babel.
>
>
> *BANGKAPOS.COM <http://BANGKAPOS.COM> - *1 Juni merupakan hari lahirnya
> Pancasila.
>
> Pancasila lahir dari gagasan sejumlah tokoh bangsa dan dicetuskan pada
> sidang BPUPKI 1945.
>
> Mohammad Yamin, Dr. Soepomo, dan Ir Soekarno dianggap berperan dalam
> perumusan Pancasila.
>
> Namun, jauh sebelum itu, Soekarno sudah memikirkan tentang asas negara ini.
>
> Saat diasingkan ke Ende, Flores, Nusa Tenggara Timur pada 1934-1939,
> Soekarno merenungkan Pancasila.
>
> Di Ende, Soekarno dan istrinya Inggit Garnasih, Ratna Djuami (anak
> angkat), serta mertuanya, Ibu Amsi, menempati rumah Abdullah Ambuwawu.
>
> Di sekitar lokasi pengasingannya, terdapat sebuah taman.
>
> Di taman inilah Bung Karno banyak merenung, di bawah sebuah pohon sukun.
> Salah satu hasil perenungannya adalah Pancasila.
>
> Kini, taman ini dikenal dengan Taman Renungan Bung Karno atau sering
> disebut Taman Renungan Pancasila.
>
> Lokasinya di Kelurahan Rukun Lima.
>
> Tak hanya Ende, Soekarno juga diasingkang ke Pulau Bangka, Provinsi
> Kepulauan Bangka Belitung.
>
> Setelah Agresi Militer Belanda tahun 1949 menyerang Ibu Kota Republik
> Indonesia, pada waktu itu berada di Yogyakarta, Soekarno, Hatta, serta para
> tokoh lainnya ditawan Belanda dan diterbangkan ke Muntok, Bangka Barat
> dengan alasan supaya terisolir dari pergaulan dunia internasional.
> //
>
> Soekarno diasingkan di sebuah bangunan bernama Pesanggrahan Menumbing.
>
> Bangunan yang berada di puncak Bukit Menumbing itu merupakan sebuah
> bangunan permanen berbahan batu dan semen yang dicat warna putih.
>
> Bangunan ini mirip benteng yang menghadap langsung ke Pelabuhan Muntok.
>
> Lokasinya di puncak Bukit Menumbing berketinggian 445 meter di atas
> permukaan laut (dpl).
>
> Dari sana, terlihat jelas laut lepas ke arah Selat Bangka.
>
> Gedung peninggalan kolonial Belanda itu dibangun sekitar tahun 1930.
>
> Dari tempat ini, terlihat jelas sebuah mobil sedan kuno keluaran Ford De
> Luxe 8 berplat BN 10.
>
> Mobil berwarna hitam yang mesinnya hilang entah kemana itu, dipajang tepat
> di depan sebuah kamar yang pernah ditempati oleh sang Proklamator RI
> Soekarno - Hatta.
>
> Ruangan tempat Soekarno dan Hatta pernah tinggal itu, terbagi dua bagian.
> Pertama dari pintu kamar, terdapat ruangan berukuran sekitar 4x5 meter.
>
> Di dinding tembok putih menghadap ke pintu kamar, sebuah meja dan kursi
> yang semakin usang termakan usia.
>
> Di meja inilah, Soekarno sering melakukan aktivitas menulis dan membaca.
>
> Di sebelah kiri ruangan pertama, ada pintu yang menghubungkan kamar
> Soekarno.
>
> Ada dua ranjang masing-masing berukuran 1x2 meter terbuat dari kayu,
> berdekatan satu sama lain.
>
> Salah satu yang menarik dari peninggalan itu adalah, surat cinta Bung
> Karno pada istrinya Fatmawati.
>
> Surat ini melampirkan gambar foto Bung Karno, sehari setelah diasingkan di
> Muntok.
>
> Ini isi suratnya : *‘Fat, ini adalah gambar mas pada waktu sehari di
> Muntok. Kurus ataukah gemuk?. Mas. Soekarno.*
>
> Di balik kisah sejarahnya, ada sejumlah  fakta unik dari Pesanggrahan
> Manumbing.
>
> *1. Bungker Rahasia*
> [image: Pesanggrahan Menumbing]
> Sudut ruangan di Pesanggarahan Menumbing, Muntok, Bangka Barat.
>
> Ruangan rapat di Pesanggrahan Menumbing tempat pempat pengasingan
> proklamator RI.
>
> Ada cerita mengenai bunker di kamar Pesanggrahan Menumbing yang dulu
> pernah menjadi tempat pengasingan Presiden Soekarno.
>
> Bunker ini konon memiliki akses menuju bawah bangunan, ke arah laut.
>
> Tidak sembarang orang dapat melewati bunker yang diperkirakan sepanjang
> puluhan meter itu.
>
> *2. Dua Ular Misterius*
> [image: Ular di Pesanggrahan Menumbing]
> Dua ular yang selalu berada di dua pohon di depan pintu masuk
> Pesanggarahan Menumbing, Muntok, Bangka Barat.
>
> Selain bungker, ada juga cerita mengenai dua ular yang mendiami pohon
> cemara di depan pintu masuk Pesanggrahan Menumbing.
>
> Ular sepanjang kurang dari satu meter selebar ibu jari kaki orang dewasa
> itu disebut-sebut bercorak hijau, hitam, dan kuning.
>
> Sepasang ular itu selalu bersama-sama.
>
> Terkadang berada di pohon cemara sebelah kiri pintu masuk.
>
> Suatu waktu juga melilit di pohon cemara sebelah kanan.
>
> Tidak tahu secara  persis sejak kapan ular itu berada di pohon cemara.
>
> Kendati pohonnya sudah berkali-kali diganti tetapi ularnya tetap yang
> sama.
>
> Ular itu hanya berdiam diri di situ dan tidak pernah mengganggu pengunjung.
>
> *3. Jumlah Kamar*
> [image: Pesanggrahan Menumbing di Muntok Kabupaten Bangka Barat]
> Pesanggrahan Menumbing di Muntok Kabupaten Bangka Barat
>
> Pesanggrahan Menumbing memiliki sekitar 30 kamar.
>
> Satu diantara kamar tersbut pernah disinggahi Soekarno.
>
> Tidak sembarang orang dapat menempati kamar Soekarno karena dikeramatkan.
>
> Tapi kita bisa melihat kamar Soekarno dan melihat berbagai informasi
> terkait dengan pergerakan kemerdekaan dan aktivitas Soekarno selama masa
> pengasingan di Muntok.
>
> *4. Bekas Peristirahatan Karyawan Timah*
> [image: Mobil Soekarno di Pesanggrahan Menumbing]
> Mobil Soekarno di Pesanggrahan Menumbing
>
> Pulau Bangka sudah terkenal dengan penghasilan timahnya.
>
> Nah, Pesanggrahan Menumbing dulu dibangun pada masa pemerintahan Hindia
> Belanda sebagai tempat peristirahatan perusahaan pertambangan timah.
>
> Kini, bangunan tersebut menjadi bagian dari sejarah perjuangan bangsa ini..
> *(*)*
>
>
>
> Artikel ini telah tayang di bangkapos.com
> <http://bangka.tribunnews.com/2018/06/01/tak-banyak-yang-tahu-jejak-cinta-perumus-pancasila-dan-dua-ular-misterius-di-pengasingan-soekarno?page=all>
>  dengan
> judul Tak Banyak yang Tahu, Jejak Cinta Perumus Pancasila dan Dua Ular
> Misterius di Pengasingan Soekarno, http://bangka.
> tribunnews.com/2018/06/01/tak- banyak-yang-tahu-jejak-cinta-
> perumus-pancasila-dan-dua- ular-misterius-di-pengasingan- soekarno?page=all
> <http://bangka.tribunnews.com/2018/06/01/tak-banyak-yang-tahu-jejak-cinta-perumus-pancasila-dan-dua-ular-misterius-di-pengasingan-soekarno?page=all>
> .
> Penulis: Alza Munzi
> Editor: Alza Munzi
>
>
>
>
>
> 
>

Kirim email ke