Dahlan Iskan Ibaratkan Perang Dagang Seperti Tanding Piala Dunia
Reporter:
Caesar Akbar
Editor:
Ali Akhmad Noor Hidayat
Sabtu, 7 Juli 2018 08:00 WIB
Regulator perbankan dan asuransi Cina, Kamis, 5 Juli 2018, keluarkan
statemen tentang perang dagang pimpinan Amerika. CCTV/REUTERS
<https://statik.tempo.co/data/2018/07/06/id_717013/717013_720.jpg>
Regulator perbankan dan asuransi Cina, Kamis, 5 Juli 2018, keluarkan
statemen tentang perang dagang pimpinan Amerika. CCTV/REUTERS
*TEMPO.CO, Jakarta -*Bekas Menteri Badan Usaha Milik Negara Dahlan Iskan
mengibaratkanperang dagang
<https://www.tempo.co/tag/perang-dagang>Amerika Serikat dan Cina bak
pertandingan Piala Dunia 2018 antara Inggris versus Colombia yang
berakhir 2-2 tanpa ada perpanjangan waktu. "Tidak ada adu penalti,"
dikutip dari tulisan Dahlan di situs www.disway.id berjudul "Perang Itu
Dimulai Besok Pagi", Jumat, 6 Juli 2018.
Dahlan menggambarkan bentrokan antara dua negara adi daya itu segera
dimulai tepat pukul 00.00 waktu setempat, tanpa bisa dihindari lagi.
Bentrok dagang kedua negara berawal dari kebijakan Presiden AS Donald
Trump yang mengenakan tarif masuk 25 persen untuk sejumlah barang
Tiongkok yang diekspor ke sana, terutama baja dan alumunium, yang
nilainya mencakup USD 200 miliar.
*Baca: *Perang Dagang, AS Ancam Cabut Tarif Bea Masuk Produk Indonesia
<https://bisnis.tempo.co/read/1104241/perang-dagang-as-ancam-cabut-tarif-bea-masuk-produk-indonesia>
Atas kebijakan tersebut, pemerintah Cina tidak tinggal diam. Mereka
menerapkan kebijakan yang sama untuk barang-barang asal negeri Paman
Sam, namun untuk komoditas yang berbeda, yakni hasil pertanian dan kebun
buah.
Saat kebijakan itu dicetuskan, dua belah pihak sempat mencoba
bernegosiasi. "Sebab, mula-mula hanya sebatas ancam-mengancam.
Gertak-menggertak," ujar Dahlan. Tercatat, Cina mengirim delegasi
tingkat tinggi ke Washington DC sebanyak dua kali, begitu pula AS yang
dua kali mengirim perwakilannya ke Beijing.
Bukannya mencapai jalan keluar, Trump malah mengancam menaikkan lagi
tarifnya sebesar sepuluh persen. "Presiden Trump naik darah. Seperti
merasa dilawan anak kecil yang nakal," tulis Dahlan. Gertakan itu justru
diladeni Cina dengan memberi balasan setimpal, namun kali ini barang
yang dikenai bea masuk bertambah. Kini bea masuk itu dikenakan ke
pesawat terbang.
*Baca juga*:Perang Dagang AS-Cina, Sri Mulyani Beberkan Risikonya bagi
RI
<https://bisnis.tempo.co/read/1102960/perang-dagang-as-cina-sri-mulyani-beberkan-risikonya-bagi-ri>
Kebijakan itu pun direspon beberapa negara, seperti Prancis, Jerman,
India, hingga Russia. Prancis datang ke Beijing guna menawarkan Airbus,
seri pesawat Prancis yang hampir setara dengan Boeing Amerika. Lebih
lanjut, kata Dahlan, negara-negara tersebut bersekutu dengan Cina untuk
melawan AS.
"Waktu manuver habis. Tanggal 6 Juli pun tiba, saat dimulainya tarif
baru. Nanti malam," kata Dahlan lagi.
Pasca kebijakan itu berlaku, Dahlan menilai bukan hanya Cina yang bakal
kesulitan, melainkan juga sahabat-sahabat Trump. Sebab,
komoditas-komoditas yang dikenakan bea masuk di AS sejatinya tak melulu
milik Cina.
Taiwan tercatat memiliki 50 ribu perusahaan yang beroperasi di daratan
Cina dan hasilnya diekspor ke AS. Dampak kebijakan proteksionis Trump
diprediksi turut memukul Jepang dan Korea Selatan. "Padahal semua itu
sahabat karib Amerika sendiri," tutur Dahlan.
Di sisi lain, Dahlan mengatakan ideperang dagang
<https://bisnis.tempo.co/read/1104441/jokowi-siapkan-waktu-khusus-bahas-ancaman-perang-dagang-as> Trump
juga kian dilawan pengusaha besar di dalam negerinya sendiri. Misalkan
saja General Motor dan Harley Davidson yang mesti menebus harga baja
impor dengan lebih mahal. Maupun petani kedelai yang marah karena harga
kedelai jadi turun.
---
此電子郵件已由 AVG 檢查病毒。
http://www.avg.com