Aduhhh yang ngaku pinter one liner nih yeahhhh….

 

Nesare

 

 

From: GELORA45@yahoogroups.com <GELORA45@yahoogroups.com> 
Sent: Saturday, November 10, 2018 7:52 AM
To: GELORA45 <gelora45@yahoogroups.com>
Subject: Re: lawan parasit Re: [GELORA45] Taufik ikuti jejak Setnov

 

  

ealah si gobloknya bener-bener nongol...

 

--- nesare1@... wrote:

 

Hehehehe jangan paniklah. Diskusi aja baek2.

 

Ane bilang golput beda dgn abstain. Artinya kedua istilah ini tidak sama.

 

Ente kelihatan ya ngotot kedua istilah itu sama.

 

Ane kasih tahu ya baek2.

 

Pada pemilu di Indonesia, si A pergi nyoblos kartu tetapi yg dicoblos semuanya 
plus dicoret2. Coblosannya/voting nya itu disebut abstain alias gak berlaku dan 
ini bukan golput.

 

Kalau si A yg eligible utk ikut pemilu ttp dia gak pergi nyoblos, ini disebut 
golput.

 

Di parlement ada istilah kuorum dimana ada jumlah anggota minimum yg harus 
hadir spy sidang bisa sah jalannya. Yg datang ke sidang bisa pilih yes, no atau 
abstain. Disini abstain itu adalah hasil voting nya. Lain soalnya kalau anggota 
parlement ini gak datang ke sidang. Ini akan mempengaruhi keabsahan dari sidang 
itu krn mempengaruhi kuorum sidang itu sendiri.

 

Jadi abstain itu belum tentu tidak pergi ke voting!

 

Golput yg ente senengi itu kan selalu tidak pergi ke voting!

 

Moso yg kayak gini harus diceritain panjang lebar?!!

 

Nesare

 

 

From: ajeg

 

Dan, cuma goblok egois yang bilang abstain bukan golput.

ehe...

 

--- lusi_d@... wrote:

 

Yah itulah persisnya seperti yang pernah saya kemukakan: menjadi bukti

nyata dan sebagai konsekwensi masih berlakunya TAP-MPRS-XXV/66.

Instrumen santase hukum yang tidak perlu pembuktian tapi cukup membuat
seseorang "dipersangkakan". Hantu komunisme klayaban di Indonesia.
Sekarang periodenya sudah meningkat menjadi: senjata makan tuan.
Jokowi ini hanya sekedar presiden hasil santase komplotan kekuasaan
penerus ordebaru. Si Prabowo itu podowae.

Am Thu, 8 Nov 2018 09:35:51 +0000 (UTC)

schrieb ajeg :

> Lha petahana kok kepepet waktu... 
> Lagipula sudah terlanjur beredar Jokowi pilih Mahfud 
> yang bahkan sudah siap di restoran sebelah menunggupanggilan untuk
> diumumkan sebagai cawapres. --- djiekh@... wrote: 
> Ya, kepepet, waktunya tinggal beberapa jam.Kan, sudah ada beritanya,
> beberapa partai islam sudahsepakat tidak aktif dukung Jokowi kalau
> Mahfud yangjadi calon wakil presiden.. Tentunya anda sudah baca.Kalau
> anda punya dugaan lain, silahkan kemukakan. On Thu, 8 Nov 2018 at
> 10:10, ajeg wrote:
> 
> Kenapa Jokowi sampai kepepet, menurut Anda?Siapa yang mepet dia?
> --- djiekh@... wrote:
> NU iu isinya macam-macam. Di NU banyak yang anti Gus Dur.Pemuda NU
> Yogya pernah beri ceramah di Universitas Leidenmungkin ada 15 tahun
> yang lalu. Dia menceritakan kalau pemudaNU Yogya ingin mendekati
> korban 65 . Dia mendekati beberapa kiyaiyang dekat dengan merek. Sang
> kiyai bilang coba omong dengan kiyai-kiyai ini, tetapi jangan dengan
> kiyai2 yang lain, pasti kamu akan dimaki maki. Nah dia dekati korban
> di Jatim, banyak melakukan pembicaraan, lalu mereka main wayang
> bersama. Wah, mereka dipanggilKodim, dicurigai. Setelah mereka
> menjelaskan, dan memberitahu sudah disetujui kyai2 tertentu,akhirnya
> boleh pulang.Saya pernah tanya Romo Sunu, yang waktu itu sedang ambil
> PhD di bidang Biologi di Amsterdam. Dia bilang, ya, dia sering
> berdiskusi dengan mereka. Memang mereka sudah berpikir jauh tentang
> nation building. Romo Sunu, yang dulunya docent Biologi di
> Universitas Katolik Yogya, tahu tahu tahu  belakangan diangkat jadi
> kepala Syarikat Jesuit Indonesia.Mahfud ini rupanya golongannya Gus
> Dur, tidak begitu disukai Kyai-kyai ??Apalagi partai2 islam lain beri
> dukungan pada Ma'ruf Amin pada saat terakhir.Rupanya Jokowi kepepet
> tidak ada waktu cari pilihan lain  ? Atau karena pilihanpertama,
> Mahfud, ditolak oleh yang lain-lain, jadi terpaksa ambil pilihan
> kedua ?
> 
> On Thu, 8 Nov 2018 at 07:27, ajeg wrote:
> Rata-rata muslim di PDIP itu abangan. Kedekatan PDIP 
> dengan santri & ulama cuma di jaman Gus Dur. Saat itu 
> justru Kiemas gamang mainkan kartu nasionalis-relijius, 
> walau belakangan mulai merapat. Jadi, dari faksi PDIP 
> sebelah mana yang mendorong Jokowi buang Mahfud lalu
> ambil Ma'ruf?
> Sekalipun penunjukkan cawapres adalah hak capres, 
> petugas tidak boleh seenaknya nyerong dari garis partai 
> main pragmatis untuk kepentingan sendiri. Atau, lepas saja 
> atribut partainya. Sehingga kalau terpilih, bekerjanya 
> untuk Indonesia.
> --- jonathangoeij@... wrote:
> Orang-orang yang bilang Jokowi PKI sekarang ada dikubu Jokowi sendiri.
> 
> --- ajegilelu@... wrote :
> Sebetulnyasiapa di PDIP yang punya kedekatan dg Ma'ruf 
> sampai petugas ini begitu pede menjadikannya sbg
> cawapres?Sebab,jangankan partai-partai koalisi yg berebut
> menyodorkanketuanya, Mahfud yg konon sdh direstui Mega saja bingung
> dg pilihan Jokowi yg berobah mendadak ini. Terlalu berlebihan memakai
> Ma'ruf untuk sekedar mnunjukkan keislamannya, untuk sekedar bilang
> "saya bukan PKI" --- jonathangoeij@... wrote: Th 2014 sewaktu teman
> dan kerabat tanya pendapat saya sama sekali tidak ragu2 bilang
> Jokowi, tetapi saat ini terus terang saya lebih baik bilang jangan
> pilih alias golput. Memilih seorang pemimpin mempunyai konsekwensi
> besar. Saya tidak tahu platform keduanya apa dan apakah memang benar2
> akan dijalankan nantinya atau hanya sekedar kelihatan wah supaya
> orang terpikat, tahunya ya apa saja yang dijanjikan/diucapkan pada
> masa kampanye ini. Saya rasa anda sudah tahu sendiri, dibawah
> beberapa seingatnya saja yg dikemukakan Jokowi-Ma'ruf:
> - debat bahasa Arab dan lomba ayat2 suci.- Jokowi titisan Allah-
> ekonomi keumatan- bank wakaf- negara islam bisa juga berbentuk
> republik- dsb-dsb, pada intinya sedemikian terkait dengan Islam On
> Tuesday, November 6, 2018, 7:44:14 AM PST, bhjo@... wrote: Walaupun
> kedua kubu, misal atau kenyataan,  mempunyai antek2 Suharto, tetapi
> platform mereka tidak bisa identical. Pasti ada yg bisa lebih
> merugikan atau lebih menguntungkan utk setiap voter. Selain itu dalam
> hal pemilihan di Indonesia, kita harus melihat track record dari
> Jokowi versus Prabowo, mana yg lebih membahayakan golongan kita
> berdasarkan agama, etnis, profesi dll. Kalau kita abstain,
> kemungkinan kita akan memilih calon yg lebih merugikan kita secara
> statistik akan lebih besar, bukan? Tentu kita bisa salah memilihnya
> karena politisi sering tidak jujur dan merubah platform nya kalau
> sudah terpilih. Ini adalah kelemahan sistim demokrasi Barat. Sistim
> dulu di Singapore atau di Tiongkok dgn one party rule, lebih baik? Yg
> jelas atau faktanya adalah kedua negara ini dgn one party rule telah
> berhasil menyelesaikan program2 nya dgn lebih cepat dan baik.



Kirim email ke