Penjelasan atas kesalahpahaman yang timbul akibat pemostingan 6 artikel anti-Tiongkok
Dengan kata pengantar: <<Haters gonna hate, hate, andhate. Wherever, whenever! Dua artikel konsumsi untuk para Tiongkok-haters dan/atau Tiongkok-hyperhaters. Suka, ya dibaca. Tidak suka, ya dihapus. Zo simpel is het! Diskusi? Geen sprake van! No way! Tidak ada keinginan saya ke arah itu. Walau sedikit pun! Membuang-buangenergi voor niks! >> pada 21 November 2018 saya telah memposting dua artikel ke GELORA45. Yangsatu berjudul: “Awas, Bahaya Kuning dari Utara” [ 1 ] 12 Juni 2015 | Diperbarui: 17 Juni 2015. Tulisan A Baybar Roodee. dan yang lain berjudul: “China Lagi, China Lagi, Sri Bintang Pamungkas Ungkit Ini Dalam GerakanTolak Jokowi Jadi Presiden 20...” [ 2 ] 8 months ago. [Terhitung dari 21 November 2018,NRY]. Tulisan Xhardy. Kemudian, dengan kata pengantar: <<Artikel konsumsi untuk para Tiongkok-haters/-hyperhaters. Suka, dibaca. Tidak suka, dihapus. Zo simpel is het! Diskusi? Hal itu tidak saya kesampingkan, asal saja diskusi dilakukandi atas dasar kesepakatan ”Bersepakat mungkin tidak bersepakat”.>> pada 25 November 2018 saya memposting artikel berjudul: “KE ARAH KOLONIALISME CHINA (Lewat Kemenangan Jokowi 2019)” [ 3 ] By: Bapak Republik@PendiriRepublik. 6 April 2018. Dishare Abdul Kholik. 07 April 2018. Sementara itu, pada tanggal yang sama (yaitu 25 Nov. 2018), dengan katapengantar sebagaimana kata pengantar artikel “KE ARAH KOLONIALISME CHINA (LewatKemenangan Jokowi 2019)”, saya memposting artikel berjudul: “PENJAJAH KUNING SEDANG MENGINTAI INDONESIA (Law-Justice.co)” [ 4 ] Ali Mustofa. 18 Maret 2018. Dishareoleh Abdul Kholik. 25Maret 2018. Seterusnya, pada tanggal yang masih sama (yaitu 25 Nov. 2018), dan dengankata pengantar sebagaimana kata pengantar artikel “KE ARAH KOLONIALISME CHINA(Lewat Kemenangan Jokowi 2019)”, saya memposting artikel berjudul: “IMPERIALISME CHINA” [5 ] Bapak Republik@PendiriRepublik. 31 Maret 2018. Dishareoleh Abdul Kholik. 31 Maret 2018. Lebih lanjut, pada tanggal yang masih tetap sama (yaitu 25 Nov. 2018),serta dengan kata pengantar seperti kata pengantar artikel “KE ARAH KOLONIALISME CHINA (Lewat Kemenangan Jokowi2019)”, saya memposting artikel berjudul: “CINKOLIM” [ 6 ] Dikutip dari: KAMUS GESTOK. H e r s r i S e t i a w an. Cetakan I, September 2003. Penerbit: Galang Press (Anggota IKAPI). Jl. Anggrek 3/34 Baciro BaruYogyakarta 5522. Sebagai reaksi terhadap artikel “IMPERIALISME CHINA” Bung Tjaniago menulis sbb: <<Hello Mister Noroyono, Sebelum Anda memberikan Titel "IMPERIALISME CHINA" kepada RRT,saya usulkan Anda untuk memberikan pengertian yang ilmiah tentang Apa itu Imperialisme?Dan kemudian Anda lihat perkembangan atau expansi Imperialisme USA, denganbasis militer di 39 Negara, yang melebihi dari satu juta Serdadu Pentagon,untuk melekukan perampokan diseluruh Kontinent: perampokan dari perstuanMonopolkapital Raksasa USA. R.I.selama setengah-abad ini telah menjadi vasalrepublik Imperialisme USA. Apakah RRT berbuat yang seperti itu?. Menghadapi expansionisme IUSA, hanya bisa dengan kekuatan Militer yangsama,perekembanga/kekuatan perekonomian yang sama dan untuk itu Hi Jinping harus berbuatsemua kemungkinan supaya dominasi perampokan USA harus dihentikan; dan ituhanya bisa RRT dan Russia. Atau menurut Anda RRT dan Russia juga telah sepertiimperialisme USA,merampok di R.I? Putinmelepaskan Utang R.I.. sejumlah 3Milliard USDollar, apakar USA akan berbuatdemikian? RRT membantu membangun Perekonomian di Centar Asia, USA merampok diCentral Asia!, etc. Justru itu Analisa sebaik mungkin, Anda toch seorang Sarjana Tinggi, dalamSituasi Internasional yang dalam Kriasis Civilizasi Dunia yang bajam. Best regards, Tjaniago>> [28/11/2018. Huruf miring, modifikasi oleh NRY.] Tanpa maksud mengurangi rasa hormat, namun saya sungguh berharap agar BungTjaniago berkenan melihat kenyataan bahawa artikel "IMPERIALISME CHINA”,baik titel maupun isinya bukan produk pemikiran saya. Saya tidak punya kaitanapa pun dengan baik titel maupun isi artikel tersebut. Artikel tsb ditulis oleh (orang yg mengaku bernama)“Bapak Republik@PendiriRepublik”(31/03/2018), kemudian dishare oleh(orang yg mengaku bernama) ”AbdulKholik” (31/03/2018), dan selanjutnya dipostingoleh Noroyono (25/11/2018) keGELORA45. Sangat disayangkan, alih-alih melihat dengan cermat fakta bahwa sayahanyalah pemosting belaka, BungTjaniago malah memosisikan saya sebagai penulis/perancangtitel artikel "IMPERIALISME CHINA” yang bersifat sangat anti-Tiongkokitu. Sorry dengan berat hati harus saya kemukakan di sini, pemosisian BungTjaniago itu sangat mengecewakan saya, karena pemosisian tsb secara diametralbertentangan dengan kenyataan bahwa sayabukan elemen pembenci Tiongkok. Belum lagi reda kekecewaan saya tersebut, datang satu reaksi lagi dari Bung Jo yang rada-rada menyerempet sayasbb: <<Saya setuju dgn tulisangeopolitik dari DR. Tjianago. AS cuma bisa ditandingi dgn. kekuatan yg samayaitu ekonomi dan militer. Kekuatan ekonomi Tkk sudah ada tetapi kekuatanmiliternya belum sekuat AS. Namun kekuatan militer Tkk akan bisa menandingi ASdi masa depan yg dekat. Sekarang cuma Rusia yg bisa menandingi kukuatan militerAS. Maka dari itu kalau Tkk dan Rusia bisa saling menolong/bergabung AS bisaditandingi/dijinakkan. BH Jo>> [28/11/2018. Huruf miring, modifikasi oleh NRY.] Kendatipun tidak sama persis dengan reaksi Bung Tjaniago dan Bung Jo, namun BungJonathan dengan gaya yg dapat ditafsirkan sebagai “sudah gaharu cendana pula” telah memberi reaksi atas artikel"IMPERIALISME CHINA” sbb: <<Bung Noroyono, selain artikel konsumsi Tiongkok haters/hyperhatersapakah ada juga artikel konsumsi untuk para Amerika, kapitalis, komunis,sosialis, Rusia, Indonesia, demokrasi, Islam, Kristen, dll.haters/hyperhaters>> [28/11/2018. Huruf miring,modifikasi oleh NRY.] Dengan mengalamatkan berbagai reaksi tersebut di atas kepada saya, menuruthemat saya, Bung Tjaniago, Bung Jo dan Bung Jonathan telah mengirim paket ke alamat yang salah. Mengapa? Karena,seperti sudah dikemukakan di muka, saya bukan seorang Tiongkok-hater, apalagi Tiongkok-hyperhater. Sekurang-kurangnya ada dua pernyataan saya yangmendukung hal itu: 1) <<Namun tentu saja perlu saya tegaskan, saya bukan musuh Tiongkok. Saya bukan termasuk mereka yg menginginkanTiongkok yg lemah, kacau balau, dilanda demoralisasi, diterpa defaitisme --suatu situasi dan kondisi yg senantiasa diimpikan musuh musuh Tiongkok.>>[Komentar atas artikel “Dalam 30 Tahun, China Kurangi Orang MiskinSetara Penduduk RI”. 14 Sep 2011. noroyono1...@yahoo.com [GELORA45] <GELORA45@yahoogroups.com>29/06/2018. Huruf tebal, modifikasi khusus untuk tulisanini.] 2) <<Menurut hemat saya, munculnya senjata nuklir tidak menjadikanPerang Dunia III sebagai sebuah kemustahilan. Walau bagaimanapun kecilnyakemungkinan pecah PD III, tapi "kemungkinan" biar bagaimanapun tidaksama dengan "kemustahilan". 0,0000000000000 01 ≠0. Saya sepenuhnya dapat memahamikebijakan militer yg ditempuh RRT (PKT) saat ini. "Si vispacem, para bellum"!!!>> [Komentaratas artikel “Tiongkok Bukan Musuh AS”. 2018-10-09.noroyono1...@yahoo.com [GELORA45] <GELORA45@yahoogroups.com> 29/10/2018.Huruf tebal kalimat “Saya sepenuhnya.... saat ini”, modifikasi khusus untuk tulisan ini.] Pertanyaannya sekarang ialah: Jika saya memangbukan seorang Tiongkok-hater, lalu untuk apa saya memposting 6 artikel berwatak anti-Tiongkok? Saya lakukan hal itu tentu saja dengan suatu tujuantertentu. Namun pertama-tama perlu saya jelaskan bahwa saya menyertakan katapengantar di setiap postingan adalah dengan maksud untuk menghindari kesanseakan saya sependapat dengan artikel yg saya posting. Adapun tujuan sayamemposting 6 artikel tsb di muka adalah untuk mendapatkan penjelasan dari para Tiongkok-haters/-hyperhaters GELORA45:Apa sejatinya perbedaan dan/atau persamaan antara “IMPERIALISME TIONGKOK” versi Tiongkok-haters/-hyperhaters GELORA45 dengan“IMPERIALISME TIONGKOK” versi ABaybar Roodee, SriBintang Pamungkas, “Bapak Republik@PendiriRepublik”, “AbdulKholik”, “Ali Mustofa”, harianBerita Yudha, harian Api Pancasila dankelompok reaksioner Indonesia lainnya? Sementara itu, taruhlah penjelasan terkait“IMPERIALISME TIONGKOK” dari kaum Tiongkok-haters/-hyperhaters yg saya cari tsbternyata berhasil saya peroleh, lantas aparespons saya terhadap penjelasan tsb? Yang pasti saya tidak akan mengimbau, apalagi memaksamereka -- yg dalam memandang PKT/RRT, secara prinsip bertentangan dengansaya itu -- “memotong jari-jari kakinya” agar pas dengan ukuran sepatusaya. Namun dalam pada itu, perlu jelas pula, bahwa saya juga tidak sudidiperintah “memotong jari-jari kaki saya” agar pas dengan ukuran sepatumereka. Sayaadalah saya. Saya adalah orang merdeka. Sepanjang tidak bertentangan denganketentuan-ketentuan yang berlaku di GELORA45, saya punya hak untuk menentukansendiri apa yg saya tulis/posting di Milis ini. Untuk menulis/memosting sesuatudi GELORA45, saya tidak membutuhkan izIn, restu, fatwa, nasehat, petunjuktertinggi (最高指示, zuìgāo zhǐshì) dari siapapun, termasuk darisales-consultant perusahaan multinasional. Bisa saja terjadi, seseorang adalah baasdi sebuah perusahaan multinasional. Namun di sini, di GELORA45, tidak ada baas,apalagi “baas boven baas”! Kita semua sederajat di sini. 我们在这里都是平等的! (Wǒmen zài zhèlǐ dōu shì píngděng de!) Beberapa tahun yg lalu seorang bernama JULIUS GUNAWANmenulis di GELORA45 sebuah artikel berjudul Tiongkok Hari Ini Tentu Saja Bukan Lagi “Orang Sakit Di Asia Timur”AbadKe IXX. Ada bagian dari artikel tsb yg menarik bagi saya. Sayasependapat dengan isi bagian yg menarik tsb. Berikut adalah bagian yg sayaanggap menarik tsb: <<Dalam rentang waktu beberapa dasawarsa,dikarenakan syarat-syarat sejarah yang ada, Tiongkok tidak mampu memberikanrespons yang semestinya terhadap kepungan strategis Amerika. Seiring dengansemakin canggih angkatan bersenjatanya, wajarlah apabila Tiongkok berupayamenjawab kepungan Amerika tersebut. Defensif pasif, mendekam di dalam “rumah”,bukanlah jawaban atas kepungan semacam itu. Itu adalah tindakan menyerahkankepala kepada lawan. Defensif aktif, keluar dari pagar “rumah”, berupaya dengansegala cara menerobos kepungan – itulah jawaban yang tepat. Pakar ilmu kemiliteran Tiongkok kuno Sun Wu Tzu –yang tesisnya dikutip Mao dalam On Contradiction -- mengatakan: "Know theenemy and know yourself, and you can fight a hundred battles with no danger ofdefeat". [Mao Zedong, On Contradiction, August 1937]. Dan dalam tulisannyayang lain, Mao menulis: “The basicprinciple of war is to preserve oneself and destroy the enemy” [Mao Zedong,Problems of Strategy in Guerrilla War Against Japan, May 1938]. Agar dapat “menghancurkan lawan” dan “melindungidiri sendiri”, Tiongkok haruslah terlebih dahulu “mengenali lawan”-nya secararelatif komprehensif dan akurat. Pengenalan seperti itu tidak mungkin diraupmanakala Tiongkok tidak keluar dari pagar “rumah”-nya. Namun pengenalan sepertiitu barulah menjawab satu aspek dari permasalahannya. Aspek lain yang harusditangani Tiongkok ialah menindaklanjuti pengenalan tersebut dengan menempatkankekuatan pemukul (striking force) pada posisi yang tepat di luar pagar“rumah”-nya. Hanya dengan taktik dan strategi demikian, barulah Tiongkokmempunyai kemungkinan untuk “menghancurkan lawan”dan “melindungi diri sendiri”. Maka, apa yang dilakukan Tiongkok, yaitu terusmeningkatkan kehadiran dan kekuatan pemukul militernya di Laut Kuning, LautTiongkok Timur dan Laut Tiongkok Selatan, menurut hemat saya adalah suatutindakan yang bijaksana. Negara mana pun, yang dalam posisi terkepung sepertidialami Tiongkok, pasti juga akan mengambil langkah-langkah militer sebagaimanayang diambil oleh Tiongkok saat ini.>> Kirannya perlu saya tambahkan di sini,propaganda anti-Tiongkok seperti “Awas imperialis Cina”, “Awas ekspansionisCina” – yg dimotori Amerika Serikat -- sudah saya dengar sejak saya masih teenagerpuluhan tahun yg lalu, kendatipun ketika itu Tiongkok relatif masih lemahsecara ekonomi & militer. Apa hendak dikata, perputaran roda sejarah takseorangpun bisa menyetopnya. Dalam dasa warsa terakhir, Tiongkok telah membuatkemajuan yg mencengangkan di bidang ekonomi dan militer. Faktor Tiongkok dipercaturan ekonomi-politik-militer dunia tidak bisa lagi dilihat dengan sebelahmata. Apabilasaya mempercayai dongeng-dongeng cliché “Awas imperialis Cina!”, “Awas ekspansionis Cina!”, maka sama saja saya mempercayai dongeng “Awasbahaya aseng!”, yang mana merupakan sebuah seruan histeris ditujukan kepadasuku bangsa Tionghoa yg dilontarkan sementara orang lantaran kalah dalampersaingan di arena ekonomi-pasar. Bagi orang yg sedikit saja mengenal politik(seperti saya) tahu persis bahwa yg dimaksud dengan “Asing” adalah RRT, dan ygdimaksud dengan “Aseng” adalah suku Tionghoa – yg notabene merupakan salah satukomponen bangsa Indonesia, sebagaimana halnya suku suku lainnya inklusif sukuJawa dari mana saya berasal. Saya sendiri mendefinisikan etnisitas (etniciteit)diri saya sebagai (100-x)% Jawa, dimana 0<x<100. Rakyat Indonesia dan rakyat Tiongkok adalahsama-sama rakyat Asia korban kolonialisme/imperialisme. Kedua rakyat harus danbisa bersahabat. Baku hantam sesama rakyat Asia korbankolonialisme/imperialisme, selain merugikan kedua pihak yg berbaku-hantam,hanya menguntungkan pihak ketiga yg memang sangat piawai dalam "memancingdi air keruh". Di masa lampau, Indonesia mempunyai hubungan bersahabatdengan Tiongkok. Ke depan, demi kepentingan kedua negara & kedua rakyat,hubungan persahabatan Indonesia-Tiongkok yg ada saat ini, harus tetapdipertahankan. Semua masalah yang ada atau mungkin terjadi adalah urusan internrakyat-rakyat Asia korban kolonialisme/imperialisme. Semua masalah seperti ituharus dan pasti bisa diselesaikan di atas dasar Dasa Sila Bandung. Asiafor Asians. Let the Asians solve their own problems without the interference ofoutsiders. Yankee go home. Mind your own bussiness! Semoga dengan uraian di atas, kesalahpahaman ygtimbul akibat pemostingan 6 artikel anti-Tiongkok, terhapus. Salam disertai harapan semoga segala yg terbaiksenantiasa bersama kita – pengguna GELORA45. Noroyono 03/12/2018