Seperti sering saya bilang, kubu Jokowi terlalu sibuk mengintai langkah lawan sampai lupa dengan kaki sendiri.
Paling kocak adalah saat kucing-kucingan soal cawapres. Sebagai petahana mestinya Jokowi lebih siap dan langsung mendaftarkan diri ke KPU pada hari pertama pendaftaran. Tidak perlu buang waktu mengintip siapa cawapres lawan. Akibatnya, setelah kepepet masa pendaftaranbarulah Jokowi bertindak. Sesuka hati, gegabah, dengan menendang Mahfud MD dan meminang Ma'ruf Amin sebagai cawapresnya. Kelihatannya yakin betul dia kalau lawannya bakal mengambil cawapres hasil ijtima ulama. Ternyata kubu lawan menarik rem tangan dan Jokowi terus nyelonong masuk perangkap. Sejak itulah Jokowi sering terlihat uring-uringan sendiri mengutuk "sontoloyo!" sampai mau nabok orang, katanya. --- SADAR@... wrote: Hasil Riset: Kampanye Jokowi Pasif, Prabowo Agresif Reporter: Fransisco Rosarians Enga Geken Editor: Rina Widiastuti Rabu, 19 Desember 2018 10:15 WIB Calon presiden Prabowo Subianto (duduk kiri) berbincang dengan capres inkumben Jokowi disaksikan Ma'ruf Amin (kanan) dan Sandiaga Uno saat pengambilan nomor urut capres di gedung KPU, Jakarta, Jumat, 21 September 2018. Calon presiden inkumben Jokowi, yang berpasangan dengan calon wakil presiden Ma'ruf Amin, atau Jokowi - Ma'ruf, mendapat nomor urut 1. TEMPO/Subekti TEMPO.CO, Jakarta - Hasil riset HICON Law and Policy Strategic menyebutkan gaya kampanye pasangan nomor urut 02, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, sangat agresif dalam mengumpulkan dukungan untuk Pemilihan Umum 2019. Sebaliknya, pasangan inkumben dengan nomor urut 01, Joko Widodo atau Jokowi-Ma’ruf Amin, justru dinilai sangat pasif dan menunggu gerak kampanye pasangan lawan. Baca: Prabowo - Sandiaga Desak Lumbung Jokowi, Berikut Peta Kekuatannya Kepala Departemen Politik HICON Law and Policy Strategic, Puguh Windrawan, mengatakan pasangan Prabowo-Sandi sangat sering mengkritik dan mengangkat isu-isu perekonomian dan infrastruktur petahana. “Petahana hanya sibuk mengklarifikasi isu dari lawan,” kata Puguh dalam Diskusi Media dan Konferensi Pers Hasil Paparan Riset dan Mapping bertema “Memprediksi Golput dari Visi-Misi Capres dan Cawapres pada Pemilu 2019” di Yogyakarta, Selasa, 18 Desember 2018. HICON mengamati gaya kampanye dua pasangan calon sejak ditetapkan Komisi Pemilihan Umum sebagai peserta Pemilu 2019, September lalu. Dalam kurun empat bulan, tim kampanye Prabowo-Sandiaga tampak lebih militan dengan rajin menyebarkan berbagai informasi tentang calon mereka. Tim yang sama juga kerap menyebarkan kritik terhadap pemerintah Jokowi melalui media komunikasi dan media sosial. Prabowo dan Sandiaga, menurut Puguh, juga menunjukkan karakter yang mengedepankan propaganda kepada masyarakat. Mereka beberapa kali tercatat memberikan penilaian keras terhadap keputusan dan kebijakan pemerintah. Bahkan keduanya kerap menggunakan ungkapan atau gaya yang merujuk pada pasangan calon lawan. “Seperti penggunaan terminologi plonga-plongo,” ujar dia. Baca: Prabowo Sebut Indonesia Punah, Ma'ruf Amin: Memangnya Hewan Purba Hal sebaliknya terjadi di Tim Kampanye Jokowi-Ma’ruf yang lebih berkutat pada koordinasi untuk melawan atau membela diri atas isu yang dilempar pasangan lawan. Menurut Puguh, tim ini juga sangat pasif dan jarang mempromosikan kegiatan Jokowi atau Ma’ruf secara besar dan sistematis. Salah satunya adalah minimnya penyebaran informasi saat Jokowi sibuk mengunjungi sejumlah pesantren di Jawa Timur. Direktur Materi Debat Badan Pemenangan Nasional Prabowo-Sandiaga, Sudirman Said, membenarkan timnya menerapkan strategi kampanye yang agresif dan aktif. Dia mengungkapkan salah satu langkahnya adalah pembangunan markas tim pemenangan Prabowo-Sandiaga di Solo, kota kelahiran Jokowi. Tim pemenangan masih optimistis bisa mencuri banyak suara di wilayah yang digadang sebagai lumbung dukungan Jokowi tersebut. “Kemenangan di Jawa Tengah akan memberikan pengaruh secara nasional,” kata Sudirman. ADVERTISEMENT Ketua Dewan Pengarah Tim Kampanye Nasional Jokowi-Ma’ruf, Jusuf Kalla, membantah tuduhan gaya kampanye pasif. Menurut dia, tim pemenangan dan pasangan calon telah melakukan kampanye dengan gaya pendekatan personal atau door to door. Dia menilai, sudah tak tepat strategi kampanye dengan menggelar orasi. Baca: Ma'ruf Amin Sebut Suara NU di Kubu Prabowo Tidak Signifikan Kalla juga mengatakan tim pemenangan berfokus pada sejumlah daerah yang dinilai jumlah dukungan kepada Jokowi-Ma’ruf masih rendah. Daerah-daerah tersebut adalah Jambi, Riau, dan Banten. “Elektabilitas di wilayah lain sudah unggul sehingga hanya perlu dipertahankan,” kata dia. Jokowi mengatakan strategi pemenangan kubunya lebih personal. Menurut dia, strategi tersebut telah terbukti berhasil saat dia memenangi pemilihan Wali Kota Solo dan Gubernur DKI Jakarta. “Saya sudah melakukan marketing yang benar. Itu namanya microtargeting,” ujar Presiden. FAJAR PEBRIANTO l PITO AGUSTIN RUDIANA