Megawati ngomong atau memberi kritik asal saja alias ngawur tanpa rasional ttg 
riset/penelitian.  

 Supaya bisa menghasilkan riset yg berguna, harus di sediakan SDM dibidang 
"science dan technology" dulu yg hebat terutama di tingkat postgraduate atau 
PhD. Kalau tidak SDM nya cuma menghasilkan hasil riset "tahu dan tempe goreng 
atau godok dll". SDM ini seharusnya di didik di institusi2 kelas wahid di dunia 
seperti MIT, California Institute of Technology di AS, Max Planck Institute di 
Jerman. Baru sesudahnya dibangun institusi2 dan laboratorium2 yg canggih dgn 
saran/ide2 dari SDM tsb diatas.
 

 Tiongkok bisa sangat maju, yg per-tama2 mendidik SDM nya di LN terutama di AS. 
Sampai sekarang kira2 sudah 3.3 juta SDM yg pulang ke Tkk yg majoritas dari 
tingkat PhD. Kemudian baru membangun tempat/alat2 riset yg canggih seperti 
computer yg tercepat di dunia, radio telescope yg terbesar di dunia dll dgn 
saran/ide2 dari SDM tsb diatas. 
 

 Silahkan, misal, lihat SDM dari banyak negara yg belajar di MIT:
 https://iso.mit.edu/general-statistics-2018-2019 
https://iso.mit.edu/general-statistics-2018-2019

 

 Yang terbanyak adalah dari China, kemudian India, Canada Korea Selatan, 
Perancis, Jerman, Singapura dll. Indonesia cuma mempunyai 19 student, masih 
kalah dgn Hong Kong dgn 25 student dimana Tkk mempunyai 1021 student.
 


 

---In GELORA45@yahoogroups.com, <ajegilelu@...> wrote :

 
 
2016: Megawati Lobi Jokowi Tambah Dana Riset 
https://nasional.kompas.com/read/2016/03/30/14023221/Megawati.Lobi.Jokowi.Tambah.Dana.Riset

 


 "Saya pernah minta ke Pak Jokowi supaya anggaran riset ditambah.
 'Ditambah berapa, Bu?'
 'lima persen'
 'loh, kok banyak banget?',"
 


2017: Megawati Kritisi Jokowi: Dana Riset Indonesia Masih Minim sebagai ketum 
PDIP nanti kalau bicara APBN saya mohon dengan sangat call-nya tinggi saja, 
kalau bisa 5 persen untuk riset dan penelitian. Siapa tahu nanti jadi 2,5 
persen begitu,




 

 2018: Mega 
https://nasional.sindonews.com/read/1304498/15/megawati-riset-sangat-penting-dalam-suatu-negara-1525910453wati:
 Riset Sangat Penting Dalam Suatu Negara



 
 
 “Jadi, sebenarnya anggaran yang murni untuk riset hanya sebesar Rp11,28 
Triliun atau hanya 0,54% dari total APBN 2016.”
 “Sementara untuk tahun 2018, Rp10,89 Triliun atau hanya 0,49% dari total APBN 
2018. Turun 0,05% dari APBN dua tahun lalu,” katanya.
 


 On Thursday, January 10, 2019, 11:47:14 PM GMT+7, ajeg wrote:





















   Bosan setiap tahun minta tambah anggaran penelitian 
 dan tak digubris sang petugas, akhirnya ibu ini mendesak 
minta didirikan badannya sekalian.

 
 Semoga maksud bu ketum sekedar "memaksa" Jokowi 
 (presiden) untuk naikkan anggaran riset, dan bukan 
 betul-betul bikin lembaga baru dengan menggusur badan 
yang sudah ada (BPPT).
 
-









 


 Kepada Jokowi, Megawati Usul Pendirian Badan Riset Nasional


 
RAKHMAT NUR HAKIM

 Kompas.com - 10/01/2019, 16:11 WIB
 
 JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri mengusulkan agar 
Presiden Joko Widodo mendirikan badan riset nasional.Hal itu disampaikan 
Megawati dalam pidato politiknya di acara peringatan HUT ke-46 PDI-P di Jakarta 
International Expo, Kemayoran, Jakarta, Kamis (10/1/2019).
 
 "Kepada Presiden, saya memohon jelas dibutuhkan satu badan riset nasional yang 
hasil kerjanya harus menjadi landasan pengambilan keputusan untuk pembangunan," 
kata Megawati kepada Jokowi yang turut hadir di sana.
 
 Ia mengatakan, tak ada satu pun negara menjadi maju tanpa mengedepankan riset 
dan teknologi.
 
Megawati menyebutkan, PDI-P bersama Jokowi akan terus memperjuangkan 
terbentuknya badan riset nasional tersebut.


 
 Megawati juga mengatakan, pembentukan badan riset tersebut akan menjadi 
prioritas jika Jokowi terpilih lagi di Pilpres 2019. 
 
 "Tentu saja akan menemukan jalannya Kalau PDI-P menang kembali dan Pak Jokowi 
terpilih kembali sebagai Presiden RI pada pemilu 17 April. Kalian siap?" ujar 
Megawati.
 
 "Dan sebagai ketua umum partai saya tegaskan PDI-P harus kembali menang dengan 
tetap gunakan cara-cara konstitusional. Apakah kalian siap?" lanjut dia.
 

 Penulis : Rakhmat Nur Hakim
 Editor : Inggried Dwi Wedhaswary
































Reply via email to