https://seword.com/politik/ketika-negara-memanggilmu-apakah-kamu-akan-diam-l4piLMBL1
Ketika Negara Memanggilmu, Apakah Kamu Akan Diam?
Mora Sifudan . 3 hours ago . 4 min read . 0
Ketika Negara Memanggilmu, Apakah Kamu Akan Diam?
* Politik <https://seword.com/category/politik>
*
*
*
*
Saya pernah ditanya kenapa begitu getol menulis untuk membela Jokowi dan
seolah mencekal Prabowo. Mereka menganggap tidak akan mendapatkan
apa-apa, toh setelah Pilpres aku tetap jadi rakyat jelata. Bahkan
keluargaku mengatakan kalau aku dapat masalah karena terlalu keras
mengkritik Prabowo, bukan Jokowi yang akan susah, melainkan keluarga.
Ya, benar aku memang tidak akan mendapatkan apa-apa. Kalau Jokowi jadi
presiden nanti, aku akan kembali jadi rakyat jelata. Paling saya suatu
saat jumpa lagi dengan Jokowi untuk kedua kalinya. Apalah arti sebuah
pertemuan kalau hanya jadi tinggal kenangan?
Benar juga kalau suatu saat saya dapat masalah karena Pilpres, bukan
Jokowi yang susah melainkan keluarga. Kalau diakui sebagai pendukung
masih untung, gimana kalau nggak diakui.
Tetapi perlu Anda tahu bahwa saya mendukung Jokowi bukan demi diriku
sendiri, melainkan demi anak cucuku nanti. Saya tidak ingin suatu saat
ketika Indonesia ini kembali dipimpin otoriter, anak cucuku menyesali
kecuekan dan kediamanku atas apa yang terjadi di negara ini. Aku tidak
ingin mereka kecewa. Setidaknya saya berbuat sesuatu untuk menentukan
masa depan bangsa meskipun itu hanya dalam tulisan.
Mungkin mereka akan membantah bahwa sudah ada orang yang akan melakukan
apa yang aku lakukan sekarang. Ya, benar. Meskipun aku diam, toh akan
ada orang yang akan berjuang memenangkan Jokowi. Tetapi alangkah baiknya
jika orang-orang yang mendukung orang baik itu dibantu sebisanya. Orang
baik bersama orang baik.
Mereka juga mempertanyakan apakah Jokowi itu benar-benar orang baik.
Masa depan memang tidak ada yang tahu. Tetapi saya harus memastikan agar
masa depan itu jauh lebih baik dengan mendukung orang baik.
Jokowi orang baik? Ya. Saya tidak ragu akan hal itu. Alasan logisnya
sederhana dan banyak. Di antaranya, hanya pemimpin yang baik yang akan
terus bekerja membangun suatu bangsa meskipun ia dicela, di hina,
difitnah dan dilecehkan. Bukan dia tidak merasa sakit, tetapi bagi dia
kebahagiaan rakyat Indonesia jauh lebih penting dari pada harga dirinya
sendiri. Pemimpin seperti itu jarang ditemukan di negeri ini.
Siang malam ia bekerja untuk negara ini. Orang miskin dia perhatikan.
Orang terisolasi di pinggiran Indonesia dia persembahkan akses
konektivitas berupa jalan, telekomunikasi dan aliran listrik. Bukan
hanya angan-angan sebagaimana para pemimpin pendahulunya, melainkan
sudah terlaksa walau belum selesai seluruhnya. Apakah bukan pemimpin
seperti itu yang Indonesia dam akan selama ini?
Emang Prabowo tidak bisa lakukan itu? Kalau sudah ada yang sudah
terbukti, ngapain ajukan yang masih berjanji. Selain itu sejarah kelam
karir Prabowo sudah cukup alasan untuk membuktikan untuk tidak
memberikan kepemimpinan ke tangannya. Dulu dia memimpikan kekuasaan
dengan mau kudeta pun sekarang dia mau meraih kekuasaan itu dengan
cara-cara biadap. Apakah itu masih kuharapkan akan membawa kesejahteraan
di Indonesia ini?
Saya tidak mau mempertaruhkan nasib bangsa ini dengan menggantungkan
harapan kepada orang yang dulu pernah gagal menjadi seorang pemimpin,
dengan memberikan kekuasaan kepada orang yang haus kausa.
Lebih baik saya kalah melawan kejahatan dari pada menang sebagai orang
jahat. Lebih baik saya berjuang membela kebaikan dari pada diam
membiarkan kejahatan meraih kekuasaan. Lebih baik saya pernah kalah
memperjuangkan orang baik dari pada menyerah pada keadaan.
Apa nanti kata anak cucuku ketika mewariskan bangsa yang dipimpin
penguasa seperti Prabowo yang mengandalkan kebohongan dan propaganda
demi kuasa? Mereka mungkin nanti akan menyesal dengan sikapku yang diam,
lari dari kenyataan. Ya, saya tidak mau dianggap sebagai orang yang
turut menikmati kejatuhan orang baik, melainkan saya mau membuat mereka
bangga terhadap pendahulunya yang berjuang demi negara.
Saya pernah dengar seorang tentara sipil Ukraina berkata kira-kira
demikian: 'Saya tidak peduli saya lahir di mana, agamanya apa, dan
etnisnya apa. Ketika negaraku membutuhkanku, walau tak menguntungkanku,
maka aku akan rela mati memperjuangkannya.'
Seperti inilah yang saya rasakan saat ini. Mendukung Jokowi adalah
bagian dari tanda aku berbuat sesuatu untuk negaraku ketika negara
memanggilku untuk menentukan nasib Indonesia ini sepanjang 2019-2024.
Apakah itu berlebihan? Tidak. Malah wajar-wajar saja. Justru karena
wajar, makanya aku tidak merasa sulit untuk melakukannya.
Salam dari rakyat jelata <https://www.seword.com/author/warto>
editorchoice
------------------------------------------------------------------------
Mora Sifudan <https://seword.com/author/warto>
Mora Sifudan
Angin sepoi malam ajah.... Yang