29 Maret 1974
Penemuan Patung Pasukan Terakota
dan Sejarah Dinasti Qin
Ilustrasi Pasukan Terakota. tirto.id/Deadnauval
<https://tirto.id/penemuan-patung-pasukan-terakota-dan-sejarah-dinasti-qin-dkgm>
Ilustrasi Pasukan Terakota. tirto.id/Deadnauval
Oleh: Eddward S Kennedy - 29 Maret 2019
Dibaca Normal 4 menit
/Ribuan patung Pasukan Terakota menyimpan masa lalu Cina yang penuh
gejolak dari era Dinasti Qin./
tirto.id <https://tirto.id/> - Xi’an, Cina, 29 Maret 1974, tepat hari
ini 45 tahun lalu. Yang Zhifa dan Wang Puzhi tidak pernah menyangka
cangkul yang mereka hujamkan ke tanah untuk membuat sumur ternyata
berujung pada penemuan arkeologi paling spektakuler di abad ke-20:
Terracotta Army
<https://www.nationalgeographic.com/archaeology-and-history/archaeology/emperor-qin/>
yang dibuat pada masa Dinasti Qin (221-206 SM). Patung-patung itu berada
di kompleks makam kaisar Qin Shi Huang.
Zhifa dan Puzhi
<http://www.bbc.com/culture/story/20170411-the-army-that-conquered-the-world>
adalah sepasang saudara yang berprofesi sebagai petani dan tinggal
bertetangga di distrik Lintong County, luar kota Xi'an, provinsi
Shaanxi, China. Xi’an bukanlah kota yang populer seperti Beijing atau
Shanghai. Kendati di sana terdapat cerita tentang Biksu Tong Sam Cong
dan Sun Go Kong atau bagaimana kota tersebut menjadi pintu masuk Islam
ke Cina yang dibawa pedagang Arab pada 651 SM di masa Dinasti Tang.
Syahdan, hari itu Zhifa dan Puzhi janjian untuk membuat sumur di sebuah
ladang yang berjarak sekitar 1 jam perjalanan bus dari rumah mereka.
Ketika sudah tiba dan mulai mencangkul, Zhifa dikejutkan oleh sesuatu
yang dihantam cangkulnya. Ia pun segera memberitahu Puzhi. Semula mereka
mengira yang dihantam itu adalah patung Buddha. Namun, dugaan mereka
salah: itu adalah patung Prajurit Terakota.
Kabar penemuan penting tersebut pun segera menyebar dengan cepat.
Beberapa bulan kemudian, tim arkeologi yang dipimpin Zhao Kangmin
<https://www.npr.org/sections/thetwo-way/2018/05/20/612780909/archaeologist-who-uncovered-chinas-8-000-man-terra-cotta-army-dies-at-82>
dan beberapa pejabat Cina berdatangan ke sana. Penggalian lebih intens
pun dilakukan. Hasilnya: jumlah Pasukan Terakota ditengarai mencapai
8.000 lebih dan seluruhnya dibuat tanpa menggunakan bantuan alat apapun
alias hanya memakai tangan.
Dibuat sejak 246 SM dengan melibatkan lebih dari 700.000 pekerja
<https://news.nationalgeographic.com/news/2014/11/141114-terra-cotta-warriors-qin-shi-huang-tomb-china-archaeology/>,
perlu 40 tahun untuk menyelesaikan megaproyek ini. Selain patung-patung
prajurit, ditemukan pula patung-patung lain yang menunjukkan profesi
seperti musisi, akrobat, pejabat, hingga selir. Selain itu juga terdapat
sekitar 40 ribuan senjata yang terbuat dari tembaga. Mulai dari panah,
pedang, sampai pecut yang, ajaibnya, masih berada dalam kondisi bagus
kendati telah berusia 2.000 tahun lebih. Patung-patung lainnya: 130
kereta kuda dan 670 kuda.
Seluruh patung tersebut dikubur di dalam3 pit
<https://web.archive.org/web/20111120072354/http://www.history.ucsb.edu/faculty/barbierilow/Courses/fall%20of%20qin%20and%20tomb/player.html>
(lubang) yang berbeda dan disusun sesuai arahan seni perang kuno, yakni
menghadap ke timur atau ke arah musuh. Pit 1 berukuran sebesar kandang
pesawat dan berada di samping kanan. Pit 2 berukuran lebih kecil, berada
samping kiri. Lalu pit 3 yang berukuran paling kecil (sekitar 21×17 m),
berada di belakang sebagai pos komando dan hanya terdapat 68 patung.
Seturut riset dari tim arkeolog
<https://news.nationalgeographic.com/2016/10/china-first-emperor-terra-cotta-warriors-tomb/>
terkait, pembuatan ribuan patung tersebut menunjukkan bahwa kaisar Qin
menginginkan pelayanan yang sama seperti ketika ia masih hidup. Sebab
itulah Pasukan Terakota kemudian juga dinamai ‘tentara di
dunia-akhirat’. Selain itu juga demi menunjukkan kejayaan sang Kaisar:
bahwa ketika ia memimpin, seluruh wilayah Tiongkok berhasil
dipersatukan. Adapun yang terpenting adalah penemuan Pasukan Terakota
dapat menyingkap lebih jelas bagaimana sejarah kekaisaran pertama dalam
sejarah Tiongkok itu.
Dengan merujuk kepada kedahsyatan pembuatannya, jumlahnya, serta
nilai-nilai sakral yang tercantum di dalamnya UNESCO
<https://whc.unesco.org/en/list/441> kemudian menetapkan Pasukan
Terakota sebagai situs warisan dunia pada 1987. Sayangnya, ketika 10
patung dipinjamkan untuk acara pameran di The Franklin Institute di
Philadelphia, AS, seorang pemuda 24 tahun bernama Michael Rohana
<https://www.washingtonpost.com/> kedapatan mencuri ibu jari dari salah
satu patung tersebut.
Para petugas museum tidak menyadari pencurian tersebut hingga
berminggu-minggu kemudian. Barulah pada 8 Januari 2018, pihak berwenang
akhirnya menemukan jempol patung itu di laci meja di dalam kamar Rohana
di Bear, Delaware, atau lima hari setelah para petugas museum menyadari
hilangnya bagian dari patung mahal tersebut. Rohana pun dikenai dakwaan
mencuri dan menyembunyikan karya seni berharga, namun telah dibebaskan
sejak 18 Februari 2019 usai memberikan uang jaminan.
Pemerintah Cina yang mengetahui rendahnya hukuman bagi Rohana berang
bukan main. Melalui Pusat Promosi Warisan Budaya Shaanxi
<https://news.cgtn.com/news/7849544f33677a6333566d54/share_p.html>,
pihak yang mengawasi pameran benda-benda bersejarah Cina di luar negeri,
menuntut hukuman keras bagi pemuda tersebut. Bukan apa-apa, sebab
kendati “hanya” sepotong ibu jari, harganya di pasaran barang bersejarah
ditaksir mencapai 4,5 juta dolar AS atau sekitar Rp61,5 miliar.
Baca juga:Mengakhiri Perusakan Artefak Kuno
<https://tirto.id/mengakhiri-perusakan-artefak-kuno-cm8k>
*Kaisar Qin, si Tangan Besi yang Berjasa Besar*
Untuk mengetahui bagaimana Dinasti Qin berhasil menyatukan keragaman
suku bangsa di Cina sekaligus meletakkan dasar Sistem Kekaisaran feodal
yang diteruskan dinasti-dinasti setelahnya selama ribuan tahun, penting
untuk melihat ke periode Zhànguó Shídài
<https://www.ancient.eu/Warring_States_Period/> atau Negara Berperang
(403-221 SM).
Periode Zhànguó Shídài adalah sebutan suatu periode pada akhir Dinasti
Zhou <https://www.ancient.eu/Zhou_Dynasty/>. Ketika itu seluruh
kadipaten saling bermusuhan dan berebut wilayah kekuasaan hingga
menyisakan tujuh yang terkuat: Qin, Chu, Han, Qi, Wei, Yan, dan Zhao.
Dengan kekuatan ekonomi dan militernya, kerajaan Qin berhasil
mengalahkan enam negara lain dan menyatukan kembali daratan Cina usai
berperang selama 13 tahun. Tercatat ada enam perubahan fundamental
<https://woo0034accat.weebly.com/lasting-legacyimpact.html> yang terjadi
pada Dinasti Qin.
(1) Menetapkan Xian Yang sebagai ibu kota negara; (2) Menghapus segenap
peraturan feodalisme dan menggantinya menjadi sistem pemerintahan
terpusat (sentralisasi) dengan kaisar memiliki kuasa absolut; (3) Posisi
raja vazal (adipati) juga dihapus; (4) Pemerintahan pusat dijalankan
tiga perdana menteri utama dan sembilan menteri biasa. Menteri utama
terdiri dari perdana menteri dan dua wakil perdana menteri yang bertugas
sebagai pelaksana militer dan administrator negara; (4) Pembentukan
beberapa provinsi baru dan pemberlakuan undang-undang yang sama untuk
semua wilayah; (5) Membakukan sistem ukuran standar dan tulisan; (6)
Membuat satu jenis mata uang dari segi nilai, bentuk, dan berat.
Dengan sistem tersebut, kelak kaisar Qin Shi Huang dikenal memerintah
dengan tangan besi
<https://www.theepochtimes.com/emperor-qin-shi-huang-part-1_1507434.html>.
Ia juga kerap menyingkirkan orang-orang yang tidak sepaham dengannya
atau melarang buku-buku yang memuat kritik terhadap kaisar agar
kepatuhan rakyat terus terjaga. Sementara dalam pembangunan, sifat
tangan besi kaisar Qin juga tampak. Sebelum ia memerintahkan pembangunan
pasukan Terakota dan makamnya, kaisar Qin juga minta didirikan benteng
pertahanan serupa tembok raksasa yang memanjang lebih dari 2.500 kilometer.
Itulah cikal bakal Tembok Besar Cina
<http://www.china.org.cn/english/MATERIAL/31255.htm> yang pengerjaannya
memakan waktu ratusan tahun dan baru selesai di era Dinasti Ming.
Ketika usianya mulai menua, kaisar Qin memiliki ketakutan besar
menghadapi kematian. Maka dari itu, ia pun memerintahkan Xu Fu
<https://www.ancient-origins.net/history-famous-people/search-immortality-killed-emperor-china-0010207>,
sosok dengan predikat "orang pintar" di kerajaannya, untuk mencari obat
keabadian ke lautan timur Tiongkok. Dua kali Xu Fu berangkat, yakni
antara tahun 298 SM dan 210 SM, dengan membawa armada 60 kapal dan
sekitar 500 orang kru. Namun karena ia sudah menduga bahwa obat tersebut
tidak akan dapat ditemukan, maka dalam perjalanan kedua, Xu Fu pun
melarikan diri dan tak pernah kembali lagi.
Konon, ia hijrah ke sebuah lokasi
<http://www.bestchinanews.com/History/4412.html> yang kelak dikenal
sebagai Jepang.
Infografik Mozaik Tentara Terakota
*Runtuhnya Dinasti Qin*
Sebelum wafat, kaisar Qin sempat menitip pesan kepada kasim
kepercayannya, Zhao Gao
<http://www.chinaknowledge.de/History/Zhou/personszhaogao.html>, agar
posisinya digantikan putranya yang tertua, Fusu
<http://www.chinaknowledge.de/History/Han/personsfusu.html>.
Gao adalah sosok yang tamak, sedangkan Fusu adalah pemimpin yang dikenal
memiliki integritas tinggi. Maka ketika Gao mengetahui pesan tersebut,
ia takut Fusu akan menghukum mati dirinya. Terutama karena Fusu akan
memilih Meng Tian
<http://www.chinaknowledge.de/History/Zhou/personsmengtian.html> sebagai
panglima perang kerajaan, sosok yang selama ini kerap berselisih dengan
Gao dan Li Si
<http://www.chinaknowledge.de/History/Zhou/personslisi.html>, salah satu
menteri di kabinet kaisar Qin. Alhasil, mereka pun melakukan siasat
busuk dengan membohongi Fusu.
Alih-alih memberitahukan yang sebenarnya, Gao justru mengatakan bahwa
titah kaisar Qin adalah meminta Fusu bunuh diri. Kendati bingung, Fusu
tidak dapat menolak pesan tersebut. Sebagai pengganti Fusu, Gao menunjuk
Huhai <http://www.lishiquwen.com/news/5853.html> (Qin Er Shi), anak
termuda kaisar Qin yang selama ini dikenal sembrono dan doyan main
perempuan. Setelah naik takhta, ia hanya sibuk merayakan kenikmatan
duniawi, sementara urusan negara diserahkan kepada Gao.
Efek dari pengkhianatan Gao adalah Dinasti Qin mengalami kekacauan akut.
Dimulai dari pemberontakan rakyat yang diinisiasi dua tentara kerajaan
yang ditugaskan untuk membantu pertahanan di Yuyang, Chen Sheng dan Wu
Guang <http://en.chinaculture.org/2008-02/07/content_448480.htm>. Ketika
kondisi makin kacau, Gao sempat menunjuk Ziying
<http://www.chinaknowledge.de/History/Han/personsqinwangziying.html>,
putera Fusu, agar menjadi kaisar. Namun Ziying yang tahu bahwa strategi
itu hanya akan menyebabkannya mati di tangan Gao pun balik bersiasat:
berpura-pura sakit saat upacara penobatannya sebagai kaisar ketiga.
Gao yang kesal karena tahu hal ini lantas turun tangan langsung untuk
menjemput Ziying di kamarnya. Dan persis ketika ia hendak menegur,
Ziying segera menusukkan pisau tajam
<http://www.indiana.edu/~e232/08-Qin.pdf> ke perut Gao. Kasim tamak itu
tewas seketika. Kendati demikian, pemberontakan terus berkobar, terutama
yang dilakukan rakyat Chu di bawah komando Liu Bang dan Xiang Yu
<https://gbtimes.com/chinas-imperial-past-liu-bang-xiang-yu-and-the-battle-for-control-of-china>.
Akhirnya, pasukan Ziying dikalahkan dalam perang di sungai Wei, dan
seluruh keluarganya pun dibantai.
Berakhirlah kekuasaan Dinasti Qin yang hanya berlangsung selama 14
tahun, berganti dengan Dinasti Han <https://www.ancient.eu/Han_Dynasty/>.
Baca juga artikel terkait SEJARAH DUNIA
<https://tirto.id/q/sejarah-dunia-iej?utm_source=Tirtoid&utm_medium=Lowkeyword>
atau tulisan menarik lainnya Eddward S Kennedy
<https://tirto.id/author/addwardkennedy?utm_source=Tirtoid&utm_medium=Lowauthor>
(tirto.id - Sosial Budaya)
Penulis: Eddward S Kennedy
Editor: Ivan Aulia Ahsan
Jumlah patung ditengarai mencapai 8.000 lebih dan seluruhnya dibuat
dengan hanya memakai tangan.