Saya tidak kenal dan juga tidak jelas apa masalah konkrit ketidak adilan yang dirasakan penulis, Astaman Hasibuan membuatnya amarah tak tertahan dan dipenjarakan itu. Dari cetusan isi hati penulis yang diajukan, sudah sampai pada kesimpulan sebagai pesan "tahan amarahmu amang, jangan mengumbarnya." Namun, menurut saya perlu maju selangkah lagi, bukan saja jangan mengumbar kemarahan dalam melawan ketidak adilan yang dihadapi, tapi menemukan cara yang baik dan bijaksana untuk melawan dan menangkan perjuangan, ...!

         Astaman Hasibuan
         
<https://www.facebook.com/astaman.hasibuan?__tn__=%2CdC-R-R&eid=ARAgq-uieiq8t2-usCW_0-P-98_CVKW7-yM41ZjSH1vA9XcU20a7Kyk8MO9rSbDTqOxFhswakpSgUBsw&hc_ref=ARTfHJBI5s1IO6nqh7tfRe9CDmXezwV2F2APw6Q1gEGtPoxWiLoh9Ipt66_BYWbYkaA&fref=nf>

19 menit <https://www.facebook.com/astaman.hasibuan/posts/1547298335401558> ·

*sebab aku marah, ampuni aku inang
**-- catatan buat ito Soe Tjen*

lagi pesan Inang diusia mudaku, belasan tahun
“tahan amarahmu amang, jangan mengumbarnya”.
kuiyakan, tapi sesekali tak tertahankan.
aku anak jantan,
ditawar. kujual.
berdiri seperti “alif”
bertahan seperti “lam”
dan menyerang seperti “mim”.
itulah yang diajarkan guru silatku, oppung,bapa-uda inang.

sekali dikurungan
inang menjengukkuaku mohon,
agar inang memaafkanku.
aku tak bisa menjaga ketaatanku,
karena amarahkulah yang membuat aku hidup sampai hari ini

diakhir tahun itu
diawal bulan nopember, awal petaka dinegeri ini
aku dikurung diruang tahanan
markas tentara di kecamatan, setelah badanku remuk
dan kepalaku berlumur darah.
ditetak dengan hulu “pisau komando” yang berupa burung garuda
amarahkulah yang membuat aku masih hidup
sampai hari ini.

setengah dari tujuh puluh kawan-kawan yang diambil
malam dan siang dibunuh dibelukar ditepi sungai
di paluh disejajar rel kereta api medan belawan.

aku marah,
pagi subuh menghanyut
diderasnya banjir sungai deli
tertangkap, mati
tetap menjadi orang kurungan juga mati.
amarahkulah yang membuatku masih hidup
sampai hari ini.
aku tak kuasa menahan amarahku
aku mohon ampun inang.

di jalan gandhi
di bekas sekolah,yang dijadikan tentara itu, kurungan
entah sudah puluhan kali
setelah disiksa, seakan binatang
cuma air, yang Inang katakan najis itu,dan amarahkulah
yang membuatku hidup, sampai hari ini.

hari-hari belakangan ini, amarahku
juga amarah kaumku, sudah tak tertahankan lagi
opsir tentara pembantai kaumku itu, akan ditabalkan
disanjung menjadi pahlawan negeri.
ratusan ribu yang dibunuhnya di Jawa dan Bali.

disini, puluhan kawan-kawanku,yang muda-muda,
diambil menjelang malam, dari kurungan
di markas polisi tentara di jalan sena
dibunuh, dihanyutkan ke sungai ular.
ditata jadi jamuan selamat datang, bagi si opsir pembantai
dijunjung menjadi panglima tentara, dikawasan Utara
bukit barisan.

inang, jangan Inang khawatirkan aku
kata orang,
“tempat jatuh, lagi dikenang”
taklah pernah aku lupakan,
apa petuah inang
karena marahku,
aku masih hidup sampai hari ini.

medan 16 nopember 2013.



---
此電子郵件已由 AVG 檢查病毒。
http://www.avg.com

Kirim email ke