Oh gini tokh ya cara kerjanya.

Memang seharusnya memang begini. Jelas ada perhitungan manual dari TPS s/d ke 
KPU pusat. Yg menghitungkan kan semua partisipan parpol. Jadi semua bisa lihat. 

 

Situngnya yg sbg hasil data feeder ya harus berdasarkan perhitungan manual. 
Jadi data situng bisa disinkronkan dgn data perhitungan manual. Kalau ada 
perbedaan barulah benar ada kesalahan. Biasanya margin error perbedaan ini 
kecil sekali. Jelas bisa dilacak. Pasti ada berkas tertulis data perhitungan 
manual.

 

Silahkan dicocokkan!

Belum2 prabowo sudah declare menang. Ketika situng masuk bilang dia kalah, 
langsung declare nya berubah jadi curang. Ini kan ngaco!

 

Lucunya lagi yg diklaim salah itu hanya pilpres, legislatif enggak tu krn fadli 
zon masih menang hehehehehe.

 

Ayo ajeg coba buktikan tu ada kecurangan!

Jangan hanya teriak2 ikut2an orang laen atau media yg bilang curang saja. Moso 
ente gak ada solusi? Atau memang bener begitu bisanya nyinyir saja pake’ Bahasa 
bagus2?

 

Nesare

 

 

From: GELORA45@yahoogroups.com <GELORA45@yahoogroups.com> 
Sent: Thursday, May 16, 2019 9:02 AM
Subject: [GELORA45] SITUNG KPU DAN ROBOT IKHLAS

 

  

SITUNG KPU DAN ROBOT IKHLAS 

 

Oleh : Marsudi Wahyu Kisworo

 

Guru Besar Ilmu Komputer, Alumni Fakultas Teknik Elektro, Jurusan Ilmu Komputer 
ITB tahun 1978.

 

Sesuai dengan sistem perundang-undangan Pemilu di Indonesia, satu-satunya hasil 
penghitungan suara yang sah secara hukum adalah hasil penghitungan suara 
berjenjang yang dilakukan secara manual, mulai dari tingkat TPS sampai pleno 
KPU Pusat, sedangkan Situng hanya untuk mengonfirmasi hasil perhitungan suara 
manual berjenjang tersebut, dan sebagai alat kontrol publik agar hasil 
penghitungan suara manual berjenjang menjadi transparan dan dapat di akses oleh 
siapapun.

 

Mekanisme ini masih sama dengan yang ada pada Grand Design Sistem IT Pemilu 
tahun 2004, dimana saya pernah menjadi anggota tim yang mendisain Sistem IT KPU 
tersebut.

 

Artinya, apabila dalam menginput data form C1 yang telah dipindai pada Situng 
terdapat salah entri, salah algoritma, perangkatnya rusak, diretas, 
diacak-acak, disedot datanya, dimanipulasi atau apapun namanya, hasil Situng 
ini tidak akan memiliki pengaruh apa-apa terhadap hasil akhir penghitungan 
suara. Tidak ada gunanya jika ingin memanipulasi hasil Pemilu melalui Situng, 
kalau memang mau memanipulasi ya lakukan di penghitungan suara manual 
berjenjang, bukan di Situng.

 

Dalam grand design IT KPU, Situng juga dirancang sebagai salah satu mekanisme 
transparansi penghitungan suara dan sebagai alat kontrol dari masyarakat jika 
terjadi manipulasi suara dan kecurangan. Dengan demikian Situng bukanlah hal 
yang sepele, tetapi alat penting untuk mengonfirmasi perhitungan suara manual 
berjenjang, untuk itu Situng jangan disalahgunakan agar seolah-olah dapat 
menentukan hasil akhir penghitungan suara.  

 

Dengan ditampillkannya hasil scan form C1 di Situng, maka masyarakat dapat 
berpartisipasi untuk memonitor hasil penghitungan suara di tingkat TPS. Jika 
terjadi manipulasi di tingkat ini, maka formulir C1 yang sudah dipindai dan 
diunggah di Situng bisa digunakan sebagai referensi. 

 

Jadi kalau ditemukan penyimpangan seperti ini, maka segera dilakukan koreksi 
terhadap perhitungan di tingkat TPS tersebut. Nah ketika kemudian perhitungan 
suara naik ke jenjang berikutnya yaitu di Kecamatan, maka hal yang sama 
dilakukan koreksi di jenjang tersebut. 

 

Jadi mestinya kalau perhitungan suara sudah sampai ke sebuah jenjang, maka 
perhitungan suara di jenjang bawahnya sudah valid dan sah karena disaksikan 
oleh para saksi peserta Pemilu dan juga oleh masyarakat.

 

Sekarang soal aplikasi Situng itu sendiri. Dalam grand design, Situng yang 
tampil adalah hasil virtualisasi dari salah satu server di KPU. Karena 
merupakan virtualisasi maka Situng dibuat terbuka, siapapun bisa dan diberikan 
kemudahan untuk mengakses. 

 

Namun hal ini punya dampak sampingan yang buruk, yaitu Situng dengan mudah 
dapat diretas, bahkan oleh anak-anak SMA. Hal ini tidak terlalu menjadi 
masalah, karena sebagai virtualisasi dari server, pihak KPU dapat dengan mudah 
mengembalikan ke status sebelum diretas, karena server yang sesungguhnya tidak 
tersambung ke Internet. 

 

Karena Situng KPU merupakan sistem terbuka, maka siapa saja dapat mengambil 
data yang ada di Situng. 

 

Beberapa hari yang lalu ada seorang profesor yang mengaku pakar IT, dimana 
latarbelakangnya saya tahu persis, membuat program saja tidak bisa, dengan 
bangga mengirimkan file Excel hasil download database Situng kepada saya, saya 
jawab “kalau hanya download data seperti itu, mahasiswa informatika semester 
awal pun bisa melakukannya”. Karena salah satu pelajaran dalam data analytics 
adalah bagaimana mengunduh data server kedalam file Excel.

 

Lalu bagaimana dengan “pakar” IT lulusan Teknik Elektro ITB bernama Hairul Anas 
Suaidi yang baru baru ini presentasi di Hotel Sahid, dengan Robot Ikhlas hasil 
karyanya yang katanya dapat memantau Situng KPU?

 

Terus terang saja, hasil karya Hairul Anas Suaidi itu biasa saja dan cenderung 
menyesatkan publik.  

 

Seperti saya jelaskan sebelumnya bahwa Situng KPU adalah sistem terbuka. Jadi 
mau diunduh per-hari, per-jam, per-menit, per-detik, atau real time, ya mudah 
saja karena oleh KPU memang dibuat sedemikian transparan seperti itu. Bahkan 
mahasiswa yang semesternya agak tinggi sedikit bisa membuat salinan (mirroring) 
dari database Situng dengan mudah. 

 

Robot yang katanya dapat memantau Situng KPU bukanlah sebuah karya yang 
fenomenal bagi masyarakat IT. Tidak perlu menjadi seorang pakar untuk membuat 
aplikasi seperti itu. 

 

Mungkin ada yang menyanggah bahwa Robot Ikhlas bukan hanya melakukan mirroring 
saja, tetapi dapat menemukan ribuan kecurangan dari Situng. 

 

Sekali lagi, mau ribuan, jutaan, milyaran, triliunan kesalahan atau apapun 
namanya di Situng, atau seandainya Situng dihancurkan sekalipun, tidak ada 
pengaruhnya terhadap penghitungan suara manual berjenjang.

 

Kalau begitu apakah sebaiknya Situng dihentikan saja? Menghentikan Situng 
berarti menutup akses partisipasi dan kontrol publik terhadap penghitungan 
suara manual berjenjang. 

 

Karena itu menurut saya biarkan saja Situng berjalan seperti sekarang, tidak 
usah diributkan apalagi oleh pakar IT abal-abal, karena jika pakar yang 
benar-benar pakar, dengan penelitian dan karya-karya yang mendunia, pasti tahu 
bahwa Situng KPU tidak digunakan sebagai alat penghitungan suara yang sah, 
tetapi hanya alat kontrol saja, yang sah adalah sistem penghitungan suara 
manual berjenjang. 

 

Jadi kalau mau memantau apakah dalam penghitungan suara terdapat kecurangan 
atau tidak, awasilah penghitungan suara manual berjenjang, bukan mengawasi 
Situng.



Dikirim dari Yahoo Mail untuk iPhone 
<https://overview.mail.yahoo.com/?.src=iOS> 



Kirim email ke