Fadli Zon: Rakyat Mau Demo Eh Ditakuti Isu Teror Bom

Minggu , 19 Mei 2019 | 14:03
Fadli Zon: Rakyat Mau Demo Eh Ditakuti Isu Teror Bom
Sumber Foto Dok/Ist
Fadli Zon
POPULER
Imigrasi Benarkan Prabowo Terbang ke Brunei <http://www.sinarharapan.co/hukumdanpolitik/read/9264/hukumdanpolitik/read/9233/%22>Prabowo Disebut Pimpin Massa Aksi 22 Mei di KPU <http://www.sinarharapan.co/hukumdanpolitik/read/9264/hukumdanpolitik/read/9240/%22>Demokrat: Prabowo Diam Saja Saat SBY Dihujat <http://www.sinarharapan.co/hukumdanpolitik/read/9264/hukumdanpolitik/read/9241/%22>KPU Target Rekapitulasi Suara Tingkat Nasional Kelar Besok <http://www.sinarharapan.co/hukumdanpolitik/read/9264/hukumdanpolitik/read/9249/%22>BPN Bantah Prabowo Kabur ke Brunei <http://www.sinarharapan.co/hukumdanpolitik/read/9264/hukumdanpolitik/read/9237/%22>
Listen to this

JAKARTA - Rencana sejumlah pihak yang ingin menggelar aksi unjuk rasa pada 22 Mei 2019 malah ditakut-takuti isu adanya teror bom. Padahal, menyatakan pendapat itu hak rakyat.

Wakil Ketua DPR Fadli Zon mengatakan hal itu kepada wartawan di Jakarta, Minggu (19/5/2019).

Ia mengatakan, hak rakyat untuk menyatakan pendapat, misalnya memprotes kecurangan Pemilu, bahkan bukan hanya telah dihalang-halangi, tapi mengalami intimidasi sedemikian rupa.

Ancaman itu, kata dia, selain terlontar dari sejumlah menteri juga aparat kepolisian. Terakhir bahkan masyarakat yang ingin memprotes kecurangan Pemilu pada 22 Mei nanti ditakut-takuti dengan kemungkinan adanya aksi teror bom oleh teroris."Selain itu ada sweeping, razia dan pencegahan masyarakat yang akan datang ke Jakarta," kata Fadli.

Dia menyebut hal tersebut sudah kelewatan. Fadli mengatakan polisi harusnya melindungi masyarakat yang disebutnya ingin menuntut hak-hak konstitusionalnya.

"Menurut saya, ini sudah kelewatan. Seharusnya aparat kepolisian memberikan jaminan perlindungan bagi masyarakat yang hendak menuntut hak-hak konstitusional, bukan justru malah memberikan teror verbal semacam itu. Rakyat bukan musuh. Aparat kepolisian harus ingat semboyan 'melindungi dan mengayomi'," ujarnya.

Dia pun mengingatkan aparat penegak hukum agar bekerja sama dengan seluruh elemen demokrasi agar tidak dijadikan alat oleh rezim. Menurutnya, saat ini isu keadilan adalah hal yang sensitif.

"Sebagai salah satu pimpinan lembaga tinggi negara, sekaligus pemimpin partai politik, saya ingin mengingatkan kepada aparat penegak hukum agar bisa bekerja sama dengan seluruh elemen demokrasi untuk mencegah negara kita tidak menjadi 'polizeistaat', atau negara polisi, di mana negara, atau aparat negara, memposisikan diri lebih tinggi daripada hukum dan masyarakat. Polisi adalah aparat negara, bukan alat politik rezim. Jangan sampai polisi digunakan oleh penguasa sebagai alat pemukul lawan-lawan politik," ucap Fadli seperti dikutip/detik.com/.

Fadli juga meminta pemerintah tidak membuat stigma negatif terhadap unjuk rasa masyarakat. Dia mengatakan people power merupakan bagian dari demokrasi dan hal yang biasa-biasa saja.

"Itu sebabnya, menjelang rekapitulasi nasional Pemilu 2019, saya meminta agar Pemerintah, juga aparat kepolisian, tidak membuat stigma negatif terhadap aksi unjuk rasa masyarakat. 'People power' itu merupakan bagian dari demokrasi. Biasa-biasa saja. Demonstrasi adalah salah satu bentuk ekspresi demokrasi. Jadi, berhentilah membuat stigma negatif dan menyeramkan. Kecuali, kita memang hendak kembali ke jalan otoritarian," dia menambahkan.



---
此電子郵件已由 AVG 檢查病毒。
http://www.avg.com

Kirim email ke