https://bisnis.tempo.co/read/1206810/kemenkeu-balas-kritik-rizal-ramli-ke-sri-mulyani-soal-utang/full&view=ok
Kemenkeu Balas Kritik Rizal Ramli ke Sri Mulyani
Soal Utang
Reporter:
Caesar Akbar
Editor:
Kodrat Setiawan
Minggu, 19 Mei 2019 06:25 WIB
Menkeu Sri Mulyani saat menjadi narasumber dalam acara One Hour
University, Rabu 15 Mei 2019 di Gedung Kementerian ESDM, Jakarta.
<https://statik.tempo.co/data/2019/05/16/id_842120/842120_720.jpg>
Menkeu Sri Mulyani saat menjadi narasumber dalam acara One Hour
University, Rabu 15 Mei 2019 di Gedung Kementerian ESDM, Jakarta.
TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Biro Komunikasi dan Layanan Informasi
Kementerian Keuangan Nufransa Wira Sakti menjawab kritik bekas Menteri
Koordinator Bidang Kemaritiman Rizal Ramli yang menyebut Menteri
Keuangan Sri Mulyani <https://www.tempo.co/tag/sri-mulyani> sebagai ratu
utang.
*Baca juga: **Tanggapi Poyuono, Sri Mulyani Sebut Gaji DPR dari Pajak
<https://bisnis.tempo.co/read/1206500/tanggapi-poyuono-sri-mulyani-sebut-gaji-dpr-dari-pajak>*
"Julukan ratu utang menunjukkan bahwa Rizal Ramli sangat tidak paham
terhadap mekanisme pemerintahan khususnya dalam pengelolaan APBN
(Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara). Tidak pantas juga seorang
mantan Menkeu memberikan komentar seperti itu," ujar Nufransa dalam
pesan singkat kepada Tempo, Sabtu, 18 Mei 2019.
Sebelumnya, Rizal melontarkan kritik kepada Sri Mulyani melalui akun
twitternya @RamliRizal. "Utang Pemerintah Setahun Naik Rp 347T. Nyaris
Rp1 Trillun per hari ! Kok prestasi tertinggi ngutang? Wong Menkeu 'Ratu
Utang' dipuja-pujakreditor karena berikan bunga tertinggi di ASEAN,"
cuitnya.
Menurut Nufransa, tidak benar bila menyalahkan Menteri Keuangan dalam
pengambilan kebijakan pembiayaan melalui utang. Sebab, kebijakan itu
adalah produk bersama antara pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat.
"Sudah disetujui wakil rakyat yang duduk di DPR."
Nufransa mengakui bahwa secara nominal utang pemerintah bertambah jika
dihitung sejak akhir April 2018. Namun, ia berujar dalam satu bulan
terakhir angkanya sudah mengalami penurunan Rp 38,6 triliun. "Ini
berarti dalam satu bulan bisa turun 11 persen lebih dibandingkan dengan
kenaikan tersebut," kata dia.
Lagipula, ujar Nufransa, kegiatan yang dibiayai dari utang itu telah
menghasilkan aset bagi negara. Aset itu ada yang berwujud nyata seperti
infrastruktur, maupun yang tidak berwujud seperti sumber daya manusia
yang berkualitas. Aset tersebut dinilai dapat menjadi pengungkit bagi
perekonomian.
"Hasilnya terlihat cukup nyata dan dinikmati seluruh golongan, di mana
terlihat angka kemiskinan dapat diturunkan menjadi hanya satu digit
sebesar 9,66 persen dan angka tingkat pengangguran terbuka turun menjadi
5,01 persen," kata Nufransa.
Baca berita Sri Mulyani
<https://bisnis.tempo.co/read/1206341/penerimaan-pajak-menyusut-akibat-ekonomi-tertekan-sri-mulyani-harus-diwaspadai/full&view=ok>
lainnya di Tempo.co