On Wednesday, May 22, 2019, 0:52 AM ajeg wrote: Aktivis '98 yang berkerumun di rezim Jokowi sudah seharusnya malu pada sesepuh ini, karena 21 tahun lalu beliau memerintahkan pasukannya mengiringi setiap aksi pemuda/i dan mahasiswa/i yang dihadang serdadunya Wiranto.
Beliau pula bersama pasukannya yang mengawal demonstran keluar dari kompleks gedung DPR/MPR setelah nekat melanggar batas waktu yang diultimatum Wiranto (21 Mei '98 pk 00:00). Ratusan bus dan truk menjemput ribuan demonstran lalu beriringan keluar kompleks Senayan di bawah perlindungan pasukan baret ungu, menerobos kepungan serdadunya Wiranto yang kelihatan geram di bawah topi-topi baja. Entah apa jadinya malam itu tanpa pasukan marinir. Kaum topi baja tentu leluasa menyerbu ke dalam kompleks. Entah di mana dan ngapain saja Joko Widodo pada masa-masa itu kok seperti membiarkan Wiranto mengulanginya malam ini - dengan topi baja polisi. ... Selasa 21 Mei 2019, 17:34 WIB Letjen Purn Suharto Orasi di Depan Bawaslu, Bicara Kecurangan Pemilu Matius Alfons - detikNews Letjen Purn Suharto Orasi di Depan Bawaslu, Bicara Kecurangan Pemilu Letjen TNI Mar (Purn) Suharto Demo di Depan Gedung Bawaslu (Alfons/detikcom) Jakarta - Sejumlah purnawirawan TNI turut dalam aksi demonstrasi massa Gerakan Nasional Kedaulatan Rakyat (GNKR) di depan gedung Bawaslu, Jakarta Pusat. Salah satunya Letjen TNI Mar (Purn) Suharto. Dia lantang meneriakkan bahwa pelaksanaan Pemilu 2019 curang. Suharto datang bersama sejumlah purnawirawan TNI di depan gedung Bawaslu, Jl MH Thamrin, Jakarta Pusat, Selasa (21/5/2019) sore. Mereka berbaur dengan massa. Kedatangan mereka cukup mencolok karena mengenakan baret dan topi serta seragam motif loreng. Suharto, yang mengenakan baret berwarna ungu, kemudian naik ke atas mobil komando. Dia sempat memberi komando kepada massa untuk meneriakkan takbir tiga kali sebelum dia menyapa massa yang hadir menyampaikan orasi. "Kita bersama di sini dalam keadaan sama-sama dizalimi. Selama saya dinas sudah berulang kali dilakukan pemilu, tapi pemilu sekarang ini pemilu yang paling curang, yang paling tidak bermartabat, bagi saya tidak ada kata lain, lawan, lawan, dan lawan!" ujar Suharto lantang. "Kalau saya bandingkan dulu dan sekarang, sekarang ini jauh lebih zalim, saya hanya minta pada anak-anakku, adik-adikku ABRI, TNI, dan Polri, ini tugas pokok kita melawan kezaliman. Dari dulu yang saya minta cuma satu, terbaik untuk rakyat, terbaik untuk ABRI, kita tidak akan mengkhianati. Oleh karenanya itu, ajak seluruhnya, baik TNI maupun Polri, kalian sebagai alat negara bukan alat pemerintah, bukan alat penguasa," sambungnya. Suharto mengatakan dirinya akan mewakafkan sisa usia untuk melawan kezaliman. "Saya tahu orang per orang aktivis 98, saya di situ, satu perjuangan kita untuk anak cucu kita. Bangkit atau punah, itu yang harus kita lawan, musuh kita sekarang ada tiga, pertama invasi besar besaran China ke Indonesia, kepolisian yang sudah melanggar daripada sumpah, ketiga neokolonialisme, neokomunisme, kita harus lawan, bangkit atau punah," ujar mantan Komandan Korps Marinir ini. "Allahu Akbar!" teriak Suharto sebelum turun dari atas mobil komando. Hingga pukul 17.18 WIB, massa masih berada di depan gedung Bawaslu dan rencananya akan berbuka puasa bersama. (hri/fjp)