Indikator: Pemilih NU penentu kemenangan Jokowi-Ma'ruf
* PILPRES <https://pemilu.antaranews.com/pilpres>
* 30 Mei 2019 03:38
Netgrit: Penghitungan Pemilu 2019 oleh KPU tak perlu diragukanDirektur
Eksekutif Indikator Politik Indonesia, Burhanuddin Muhtadi, pada diskusi
"Populisme dalam Demokrasi Elektoral 2019" di Jakarta, Rabu (29/5/2019).
(Antaranews/Riza Harahap)
Suka tidak suka itulah yang terjadi. Pemilih kaum nadliyin yang
jumlahnya mayoritas menjadi penentu kemenangan Jokowi-Ma'ruf Amin
Jakarta (ANTARA) - Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia
Burhanuddin Muhtadi menyatakan bahwa pemilih dari basis Nahdlatul Ulama
(NU) menjadi penentu kemenangan pasangan capres-cawapres nomor urut 01,
Joko Widodo-Ma'ruf Amin, pada Pemilu 2019.
"Suka tidak suka itulah yang terjadi. Pemilih kaum nadliyin yang
jumlahnya mayoritas menjadi penentu kemenangan Jokowi-Ma'ruf Amin," kata
Burhanuddin Muhtadi pada diskusi Populisme dalam Demokrasi Elektoral
2019 di Jakarta, Rabu (29/5).
Menurut Burhan, basis massa NU tersebar di sebagian wilayah Indonesia,
yakni daerah-daerah yang penduduknya masyoritas muslim, terutama di
Pulau Jawa.
Karena itu, kata dia, pasangan Jokowi-Ma'ruf Amin meraih kemenangan
telak di Jawa Tengah dan Jawa Timur. "Apalagi kedua provinsi tersebut
adalah daerah padat penduduk," katanya.
Sedangkan di Jawa Barat, yakni provinsi yang berpenduduk paling padat di
Indonesia, menurut dia, pasangan Joko Widodo-Ma'ruf Amin, meskipun belum
menang, tapi berhasil memperkecil kekalahan dibandingkan dengan Pemilu
Presiden 2014.
"Kemenangan Jokowi-Ma'ruf Amin, di dua provinsi 'gemuk' Jawa Tengah dan
Jawa Timur, menjadi penentu kemenangannya pada Pemilu Presiden 2019,"
katanya.
Burhan juga menjelaskan berdasarkan data exit poll yang dilakukan
Indikator Politik Indonesia pada Pemilu 2019, menyimpulkan sebanyak 56
persen warga NU memilih Jokowi-Ma'ruf Amin. "Meningkatnya soliditas
warga NU dalam memilih Jokowi, karena capres petahana ini menggandeng
Rais Am PBNU, KH Ma'ruf Amin, sebagai cawapres," katanya.
Pada kesempatan tersebut, Burhan menjelaskan pada Pemilu Presiden 2019
ini, sesungguhnya kedua pasangan capres-cawapres menyuarakan isu
populisme agama dan aliran.
Karena itu, kata dia, sepanjang kampanye selama tujuh bulan, maka
semakin menyuburkan politik identitas, yang membuat masyarakat yang
mayoritas muslim menjadi terpolarisasi. "Hal ini berdampak para pemilih
kedua pasangan capres-cawapres semain mengerucut dan mengkristal," katanya.
Menurut Burhan, mayoritas pemilih NU memilih Jokowi-Ma'ruf Amin,
sedangkan mayoritas pemilih Muhammadiyah memilih Prabowo-Sandiaga.
"Keuntungan bagi Jokowi, karena warga NU adalah mayoritas, yakni sekitar
60 persen dari jumlah penduduk muslim Indonesia," katanya.
Hal lain yang menjadi penentu kemenangan Jokowi-Ma'ruf Amin, menurut
dia, adalah pemilih non-muslim di Bali, NTT, serta kawasan timur
Indonesia lainnya.
*Baca juga:Jokowi-Ma'ruf unggul di pedesaan maupun perkotaan
<https://www.antaranews.com/berita/819778/jokowi-maruf-unggul-di-pedesaan-maupun-perkotaan>*
Cak lontong hibur aparat di Bawaslu
Play Video
Play
Mute
Current Time 0:00
/
Duration 1:41
Loaded:17.91%
Seek to live, currently playing liveLIVEFullscreen
Pewarta: R024
Editor: Agus Salim
---
此電子郵件已由 AVG 檢查病毒。
http://www.avg.com