https://www.antaranews.com/berita/929480/harga-cabai-tembus-rp80000-pengusaha-
rumah-makan-menggerutu
Harga cabai tembus Rp80.000,
pengusaha rumah makan menggerutu
Kamis, 27 Juni 2019 00:24 WIB
Illustrasi: Seorang pedagang menunjukan cabai merah keriting di pasar
tradisional Pekanbaru, Riau (ANTARA/Vera)
Dua hari lalu harga cabai keriting masih Rp70.000 per kilogram
Pekanbaru (ANTARA) - Sejumlah pengusaha rumah makan di Kota Pekanbaru,
Riau, menggerutu karena biaya bahan baku melonjak seiring dengan
kenaikan harga cabai khususnya cabai keriting yang menembus angka
Rp80.000 per kilogram.
"Modal bumbu untuk cabai naik dua kali lipat, karena harga cabai
keriting kini mencapai Rp80.000 per kilogram, dari normal hanya
Rp25.000-Rp30.000 per kilogram," kata Romy pengusaha RM Salero di
Pekanbaru, Riau, Rabu.
Romy menjelaskan harga cabai memang masih bertahan tinggi di Pekanbaru
meski perayaan Idul Fitri sudah usai. Hal ini jelas menambah biaya modal
untuk dagangannya. Pasalnya hampir semua menu lauk-pauk yang ia jual
menggunakan aneka cabai.
Sementara ia tidak bisa serta merta menaikkan harga makanan yang
dijualnya karena persaingan antar-rumah makan di kota tersebut cukup ketat.
"Terpaksa harus pintar-pintar menyikapi biar langganan tak lari dan
kecewa," ujar Romy.
Hal yang sama juga diakui oleh Tuminem (55) pedagang nasi di Jalan
Sumatera, Pekanbaru. Ia mengaku kaget harga cabai masih mahal, bahkan
hari ini cabai keriting naik lagi menjadi Rp80.000 hingga Rp90.000 per
kilogram.
"Dua hari lalu harga cabai keriting masih Rp70.000 per kilogram," kata
Tuminem. Ia merinci cabai rawit juga masih mahal mencapai Rp70.000 per
kilogram, sedangkan cabai hijau Rp35.000 per kilogram.
"Kalau cabai mahal kek /gini/ kita /gak/ bisa berbuat banyak, tetap
harus pakai. Hanya untung dagangan jadi tipis," keluh Tuminem. Ia
mengaku tidak berani harga sepiring nasi dan sepotong lauk yang
dipatoknya Rp10.000.
"Ya dijalani aja dulu, semoga harga cabai keriting segera turun," harapnya.
Sementara itu Kepala Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Disperindag)
Kota Pekanbaru, Ingot Achmat Hutasuhut, saat dikonfirmasi lewat telepon
seluler membenarkan masih mahalnya harga aneka cabai di pasar
tradisional setempat.
Namun ia mengaku belum tahu apa penyebab mahalnya harga cabai tersebut,
karena distribusi antara Riau dan Sumatera Barat sebagai sentra
penghasil cabai terbilang lancar, tidak ada jalan putus atau longsor
akibat gangguan alam yang sering terjadi.
"Setahu saya pengiriman lancar," ujar Ingot.
Ia tetap menilai kenaikan harga cabai erat kaitannya dengan pasokan dari
sentra produksi. Di satu sisi permintaan cabai pascalebaran mulai normal
karena rumah makan dan restoran sudah berjualan kembali.
Ingot berjanji akan melakukan pengecekan ke sentra produksi di Sumatera
Barat untuk memastikan apa penyebab kenaikan. "Beri saya waktu dua hari
ini akan jajaki ke distributor dan sentra penghasil," ujarnya.
Ia juga tidak yakin bahwa ada permainan atau spekulasi pedagang, sebab
cabai bukan barang tahan lama dan cepat busuk.
*Baca juga: Asosiasi prediksi harga cabai merah besar berpeluang terus
naik
<https://www.antaranews.com/berita/918045/asosiasi-prediksi-harga-cabai-merah-besar-berpeluang-terus-naik>
Baca juga: Kementan amankan pasokan cabai jelang Idul Adha 2019
<https://www.antaranews.com/berita/924228/kementan-amankan-pasokan-cabai-jelang-idul-adha-2019>*
Harga cabai mulai merangkak naik
Pewarta: Vera Lusiana
Editor: Risbiani Fardaniah
COPYRIGHT © ANTARA 2019