Peneliti Cina Ungkap Tinta Cumi-Cumi Bisa Hambat Kanker
Reporter:
Moh Khory Alfarizi
Editor:
Yudono Yanuar
Selasa, 23 Juli 2019 07:05 WIB
Cumi-cumi (kelas Cephalopoda). (Live Science)Cumi-cumi (kelas
Cephalopoda). (Live Science)
*TEMPO.CO, Jakarta*- Peneliti asal Wuhan University, Cina, Pang-Hu Zhou
dan Xian-Zheng Zhang menemukan bahwa nanopartikel dari tinta cumi-cumi
dapat menghambat pertumbuhankanker<https://www.tempo.co/tag/kanker>atau
tumor. Penelitan tersebut terbit dalam edisi terbaru jurnal/ACS Nano./
"Kami menemukan nanopartikel alami dari tinta cumi-cumi dengan
biokompatibilitas yang baik yang secara efektif dapat
mencapai imunoterapi tumor dan terapi fototermal secara bersamaan," kata
Zhang kepada laman /Phys/, Senin, 22 Juli 2019. "Temuan ini mungkin
menginspirasi lebih banyak eksplorasi bahan alami untuk aplikasi medis."
Tinta cumi-cumi, yang disemprotkan biasanya untuk mencegah serangan
predator. Tinta itu mengandung nanopartikel yang sangat menghambat
pertumbuhan tumor kanker pada tikus. Nanopartikel sebagian besar terdiri
dari melanin bersama dengan asam amino, monosakarida (gula sederhana),
logam, dan senyawa lainnya.
Pang-Hu Zhou dan Xian-Zheng Zhang menunjukkan bahwa nanopartikel
memodifikasi fungsi kekebalan pada tumor, dan ketika dikombinasikan
dengan iradiasi, hampir dapat sepenuhnya menghambat pertumbuhan tumor.
"Imunoterapi tumor memerangi kanker dengan merangsang sistem kekebalan
tubuh sendiri. Salah satu strateginya adalah menargetkan leukosit,
atau sel darah putih. Makrofag adalah leukosit dominan yang ditemukan
pada beberapa tumor, dan mereka dapat mengambil satu dari dua bentuk, M1
atau M2," demikian tertulis dalam penelitian.
Fenotipe M1 menelan dan menghancurkan sel-sel tumor melalui proses
fagositosis dan dengan aktivasi sel T (sel darah putih lainnya). Di
fenotipe M2, fungsi kekebalan ditekan, memungkinkan pertumbuhan tumor
untuk terus tidak terkendali. Dalam lingkungan tumor, fenotipe M2 hampir
selalu lebih banyak dari pada fenotipe M1.
Setelah mengkonfirmasi biokompatibilitas nanopartikel, peneliti
melakukan beberapa percobaan baik secara in vitro dengan sel-sel tumor
dan in vivo dengan tikus yang menderita tumor. Dalam percobaan in vitro,
peneliti menemukan bahwa iradiasi partikel nano dengan iradiasi
inframerah hampir membunuh sekitar 90 persen sel tumor, meskipun
partikel nano hampir tidak menunjukkan sitotoksisitas tanpa iradiasi.
"Tim peneliti kami sedang mempelajari potensi biomedis dari bahan-bahan
alami seperti rambut, tinta cumi, bakteri, jamur, bahkan sel-sel tubuh
manusia sebagai pembawa obat terapeutik," kata Zhang.
Pada tikus, perawatan nanopartikel terbukti efektif baik sendiri maupun
dalam kombinasi dengan iradiasi, walaupun iradiasi lebih meningkatkan
hasilnya. Pencitraan bioluminescent mengungkap bahwa tikus yang diobati
menunjukkan bioluminesensi tumor yang secara signifikan lebih rendah
dibandingkan dengan kontrol.
ADVERTISEMENT
Tikus yang diobati dengan nanopartikel dan iradiasi menunjukkan
penghambatan pertumbuhan tumor yang hampir lengkap. Dengan melakukan
analisis gen, peneliti mengidentifikasi 194 gen yang diekspresikan
berbeda dan terlibat dalam fungsi kekebalan tubuh serta terkait dengan
regulasi respon inflamasi dan pembunuhan sel, dan diatur naik atau turun
oleh pengobatan.
"Dengan mengambil inspirasi dari alam dan memanfaatkan karakteristiknya
sendiri, kami berharap menemukan beberapa penelitian berharga yang akan
memberikan solusi baru dan efektif untuk pengobatan penyakit klinis,"
tutur Zhang.
Analisis menunjukkan bahwa jalur pensinyalan tertentu bertanggung jawab
untuk konversi makrofag M2 menjadi makrofag M1. Mekanisme ini tidak
hanya mengarah pada fagositosis sel tumor, tetapi juga merangsang sistem
kekebalan untuk menghasilkan berbagai faktor antitumor, yang semuanya
berperan dalam menghambat pertumbuhantumor <https://www.tempo.co/tag/tumor>.
ACS NANO | PHYS
---
此電子郵件已由 AVG 檢查病毒。
http://www.avg.com