<< "Saya merekrut dan mengontrol Adam Malik," aku Clyde McAvoy, dalam 
wawancaranya dengan Weiner pada 2005. McAvoy bertemu Adam Malik, di sebuah 
tempat rahasia di Jakarta pada 1964. Pertemuan itu dilakukan ketika 
hubungan Indonesia dengan Amerika Serikat memburuk. Soekarno sendiri sangat 
anti barat dan anti Amerika.
"Dia adalah pejabat Indonesia tertinggi yang pernah kami rekrut," lanjut 
McAvoy.  >>

Selengkapnya:
https://tirto.id/adam-malik-ri-2-yang-dituduh-agen-cia-bu9Z
<https://tirto.id/adam-malik-ri-2-yang-dituduh-agen-cia-bu9Z>

A.H.




------------------------------------------------------------------------
Gesendet mit der Telekom Mail App
<https://kommunikationsdienste.t-online.de/redirects/email_app_android_sendmail_footer>


--- Original-Nachricht ---
Von: 'Chalik Hamid' via Jaringan Kerja Indonesia
Betreff: [jaringan-kerja-indonesia] Fw: [GELORA45] Jurnalis sekaligus 
diplomat dan politisi ulung itu bernama Adam Malik
Datum: 01.09.2019, 6:48 Uhr
An: Jaringan Kerja Indonesia, Sastra Pembebasan, Yahoo! Inc., Yahoo! Inc., 
Yahoo! Inc., DISKUSI FORUM HLD




----- Pesan yang Diteruskan -----
Dari: ChanCT sa...@netvigator.com [GELORA45] <GELORA45@yahoogroups.com>
Kepada: GELORA_In <GELORA45@yahoogroups.com>
Terkirim: Sabtu, 31 Agustus 2019 09.49.22 GMT+2
Judul: [GELORA45] Jurnalis sekaligus diplomat dan politisi ulung itu 
bernama Adam Malik

 



 saya waktu itu baru 20 tahun dan memang sedang radikal-radikalnya

Jakarta (ANTARA) - "Sebagai pemuda, meresmikan berdirinya cabang Indonesia 
Muda di Pematang Siantar, dan meneriakkan 'Sumpah Pemuda' untuk pertama 
kali adalah amat penting," tulis Adam Malik dalam autobiografinya "Mengabdi 
Republik Jilid I: Adam Dari Andalas".

Adam Malik Batubara dikenal sebagai Wakil Presiden Republik Indonesia yang 
ketiga. Selain sebagai politisi, Adam adalah juga seorang jurnalis dan 
diplomat ulung.

Sebelum menjabat sebagai wakil presiden, Adam pernah menjabat sebagai 
Menteri Luar Negeri dan ikut membidani pendirian Asosiasi Negara-negara 
Asia Tenggara (ASEAN).

Ketertarikan terhadap politik, dan cita-cita kemerdekaan, sudah ada di 
benak pemuda kelahiran Pematangsiantar, 22 Juli 1917 yang hidup di tiga 
zaman, yaitu zaman penjajahan Belanda, zaman penjajahan Jepang, dan zaman 
Indonesia Merdeka itu.

Adam lahir dari sebuah keluarga pedagang yang berkecukupan, hal yang boleh 
dikatakan jarang di kalangan masyarakat Pematangsiantar saat itu.

Tolok ukur kekayaan orang tuanya bisa digambarkan dengan sebuah sedan   
Buick yang dibeli pada 1928, yang menjadi satu-satunya di seluruh 
Pematangsiantar.

Meskipun hidup dari keluarga yang berkecukupan, Adam tidak tumbuh menjadi 
pemuda yang bersikap masa bodoh terhadap segala sesuatu yang terjadi di 
kota kecil Pematangsiantar.

Dia kerap melihat bagaimana kondisi pekerja-pekerja perkebunan di Sumatera, 
yang kebanyakan didatangkan dari Jawa, yang datang berbelanja kebutuhan 
hidup ke toko ayahnya.

Dari para pekerja itu, Adam memperhatikan dan merasakan kepahitan 
penderitaan hidup yang mereka pikul.

"Mereka secara paksa dikontrak untuk bekerja selama suatu jangka waktu 
tertentu. Senantiasa diawasi dengan ketat, diperlakukan dengan kasar, 
sedangkan mereka hidup dalam keadaan yang amat menyedihkan, hal mana tak 
lain dan tak bukan adalah perbudakan dalam bentuk yang tertutup," tulis 
Adam dalam autobiografinya.

Melihat ketidakadilan yang dia hadapi di depan mata, Adam kerap mengkhayal 
sebagai "Adam dari Andalas", seorang maharaja dari Pematangsiantar yang 
memiliki makanan, pakaian, dan perumahan berlimpah untuk rakyatnya.

  Baca juga: Istri Narogong beli rumah anak Adam Malik
<https://www.antaranews.com/berita/650601/istri-narogong-beli-rumah-anak-adam-malik>


Sekolah Agama

Meskipun jiwa mudanya bergejolak, Adam tetap menjadi anak yang patuh pada 
orang tuanya. Pun ketika dia diperlakukan berbeda dalam hal pendidikan.

Adam menilai ayahnya, Abdul Malik Batubara, mempunyai peraturan-peraturan 
yang agak aneh dalam pendidikan. Ketika kakak lelaki tertuanya mendapatkan 
pendidikan dan asuhan setinggi-tingginya pada sekolah-sekolah Belanda, Adam 
diharuskan masuk ke sekolah agama setamat dari   Hollands Inlandsche School 
(HIS).

Maka Adam pun dikirim ke Bukittinggi untuk memasuki Sekolah Agama Parebek 
untuk dididik dan digembleng dalam nuansa Islami, meskipun di dalam hatinya 
tidak ada keinginan untuk menjadi seorang ulama.

Pendidikan agama di Sekolah Agama Parebek  diajarkan oleh anak-anak muda 
yang berpikiran modern.

Karena itu, meskipun merasa tertekan, Adam banyak membaca majalah-majalah 
berpikiran maju seperti "Seruan Azhar" yang diterbitkan mahasiswa Indonesia 
di Kairo, "Medan Muslim" terbitan Yogyakarta, dan surat kabar "Pewarta 
Deli".

Melalui "Seruan Azhar", Adam banyak membaca tentang perjuangan kebangsaan 
Mesir, yang menurutnya sangat berlawanan dengan keadaan kaum kuli yang ada 
di Pematangsiantar.

Sedangkan di "Medan Muslim", Adam membaca tentang Haji Misbach yang 
meledakakkan granat di siang hari sebagai bentuk perlawanan terhadap 
penjajah Belanda.

Namun, pendidikan di Parebek hanya berjalan satu tahun, orang tuanya 
kemudian memindahkannya ke Sekolah Agama Al Masrullah yang berasrama di 
Tanjung Pura yang lebih dekat dari Pematangsiantar.

Meskipun tinggal di asrama, karena lokasi sekolah yang dekat, Adam kerap 
kali pulang ke rumah, suatu hal yang sebenarnya tidak diharapkan dari pola 
pendidikan di sekolah tersebut. Hal itu akhirnya merangsangnya untuk 
meninggalkan sekolah dan asrama tersebut.

Baca juga: Adam Malik Tokoh Yang Perkokoh Hubungan RI-Malaysia
<https://www.antaranews.com/berita/54145/adam-malik-tokoh-yang-perkokoh-hubungan-ri-malaysia>


Berdagang dan Berorganisasi

Setelah membujuk orang tuanya yang tidak mudah, Adam akhirnya hanya 
bersekolah selama dua tahun di Sekolah Al Masrullah. Selanjutnya dia 
bekerja di toko ayahnya, karena memang keinginannya menjadi pedagang 
seperti ayahnya.

Tidak begitu lama, di usia 15 tahun, Adam mulai menjalankan cabang dari 
toko ayahnya yang dinamakan "Toko Murah" untuk menarik perhatian 
masyarakat. Dagangan Adam lebih banyak ragamnya, tetapi dengan harga yang 
bisa dijangkau masyarakat miskin.

Namun, dunia niaga ternyata hanya alat Adam untuk mencapai tujuan yang 
lebih tinggi, cita-cita yang tidak diceritakan kepada orang tuanya.

Adam kemudian bergabung dengan organisasi kepanduan Muhammadiyah Hizbul 
Wathan, satu-satunya organisasi semipolitik yang ada di Pematangsiantar 
saat itu. Dia juga mendirikan Indonesia Muda cabang Pematangsiantar, yang 
berpusat di Batavia, dan mengampanyekan Sumpah Pemuda.

Setelah merasa cukup menguasai cara-cara berorganisasi, Adam kemudian 
mendirikan Partai Indonesia (Partindo) cabang Pematangsiantar, partai 
politik terbesar saat itu.

Aktivitas politik Adam itu kemudian membawanya berhubungan dengan dunia 
jurnalistik. Tulisan-tulisan Adam pertama kali dimuat di harian "Pelita 
Andalas" asuhan Djauhari Salim dan Hamid Lubis, selain dalam majalah 
Partindo yang tersebar di pelosok Sumatera.

Partindo juga membawa Adam mengenal tokoh-tokoh pergerakan dari Batavia 
seperti Sukarno, Muhammad Yamin, dan Amir Syarifuddin.

Sampai kemudian, pembubaran Partindo oleh pemerintah kolonial Belanda 
membuat Adam masygul. Dia merasa gejolak mudanya di dunia politik 
dirintangi oleh pemerintah kolonial Belanda.

Baca juga: Pemerintah Jangan Risaukan Kontroversi Adam Malik
<https://www.antaranews.com/berita/124990/pemerintah-jangan-risaukan-kontroversi-adam-malik>


Hijrah ke Batavia

Pembubaran Partindo kemudian memantapkan Adam untuk hijrah ke Batavia demi 
mematangkan cita-cita politiknya. Satu-satunya kenalan Adam di Batavia 
adalah bekas anggota Partindo bernama Yahya Nasution.

Meskipun tidak membawa banyak uang, Adam bertekad tidak mau menumpang hidup 
pada Yahya. Karena itu, dia banyak bergaul dengan pemuda-pemuda Pasar Senen 
yang memperdagangkan buku-buku bekas.

Namun, kedekatan Adam dengan Yahya rupanya juga menjadi pantauan polisi 
rahasia Belanda yang sedang mengawasi gerak-gerik Yahya, seorang agitator 
dalam Partai Republik Indonesia (Pari).

Akhirnya, ketika pemerintah kolonial Belanda mulai menangkap siapa saja 
yang menjadi anggota Pari pada 1935, Adam ikut ditangkap ketika sedang 
berada di Pasar Senen dan ditahan selama satu tahun di penjara Struiswijk.

"Sebenarnya tidak ada satu bukti pun yang dapat menunjukkan bahwa saya 
berhubungan rapat dengan Yahya Nasution atau pun Partai Pari. Penyelidikan 
tentang kegiatan saya tercela sebagaimana lazimnya dijalankan oleh polisi 
rahasia kolonial," tulis Adam dalam autobiografinya.

Di penjara Struiswijk itulah Adam kemudian berkenalan dengan Pandoe 
Kartawigoena, aktivis pemuda Republik Indonesia.

Persahabatan dengan Pandoe itu kemudian membawa Adam menorehkan sejarah 
penting bagi hidup dan perjalanan bangsa Indonesia menuju kemerdekaan, 
yaitu mendirikan Kantor Berita ANTARA.

Baca juga: LKBN Antara raih penghargaan Adam Malik Kementerian Luar Negeri
<https://www.antaranews.com/berita/605999/lkbn-antara-raih-penghargaan-adam-malik-kementerian-luar-negeri>


Kantor Berita ANTARA

Adam dan Pandu kemudian dibebaskan pada 1936. Mei 1937, partai antifasis 
Gerakan Rakyat Indonesia (Gerindo) mempertemukan mereka dengan dua sekawan 
Soemanang dan Albert Sipahoetar.

Dalam buku "80" yang diterbitkan Perum LKBN ANTARA untuk memperingati 10 
windu kantor berita tersebut, disebutkan keempat pemuda itu kemudian 
sepakat mendirikan sebuah kantor berita atas usulan Soemanang.

"Saya bersemangat lagi, penuh antusias, dan optimisme. Usia saya waktu itu 
baru 20 tahun dan memang sedang radikal-radikalnya," kata Adam.

Kantor Berita ANTARA pun akhirnya didirikan. Soemanang, yang paling tua dan 
berpengalaman, menjadi pemimpin umum dengan Adam Malik sebagai wakilnya. 
Pemimpin redaksi dipegang Albert Sipahoetar dengan Pandoe Kartawigoena 
sebagai wakilnya. Saat itu, mereka berempat belum ada yang berusia 30 
tahun.

Kantor Berita ANTARA terus berkembang dengan segala dinamikanya. Termasuk 
ketika Jepang masuk ke Indonesia, dan mengambil alih serta menggantinya 
dengan nama "Yashima", kemudian "Domei".

Ketika ANTARA dikuasai Jepang, para pekerjanya, termasuk Adam Malik tetap 
bekerja seperti biasanya, tetapi tetap bergerak di bawah tanah untuk 
memperjuangkan kemerdekaan.

Adam Malik pun terlibat ketika para pemuda mendesak Soekarno-Hatta untuk 
segera memproklamasikan kemerdekaan, yang puncaknya dengan membawa kedua 
tokoh itu ke Rengasdengklok.

Peran penting Adam dalam menyiarkan berita proklamasi terjadi ketika dia 
sudah mengantongi naskah proklamasi, kemudian menelepon Asa Bafagih di 
kantor ANTARA untuk membacakan naskah proklamasi dan menyiarkannya ke 
seluruh dunia.  


Baca juga: Jenazah Nelly Adam Malik Akan Dimakamkan di TMP Kalibata
<https://www.antaranews.com/berita/57035/jenazah-nelly-adam-malik-akan-dimakamkan-di-tmp-kalibata>

 



Oleh Dewanto Samodro
Editor: Dewanti Lestari




[alt]
<http://www.avg.com/email-signature?utm_medium=email&utm_source=link&utm_campaign=sig-email&utm_content=emailclient>
    
不含病毒。www.avg.com
<http://www.avg.com/email-signature?utm_medium=email&utm_source=link&utm_campaign=sig-email&utm_content=emailclient>
<#DAB4FAD8-2DD7-40BB-A1B8-4E2AA1F9FDF2>


--

---
Anda menerima pesan ini karena berlangganan grup "Jaringan Kerja Indonesia" 
di Google Grup.
Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini, 
kirim email ke jaringan-kerja-indonesia+unsubscr...@googlegroups.com
<mailto:jaringan-kerja-indonesia+unsubscr...@googlegroups.com> .
Untuk melihat diskusi ini di web, kunjungi 
https://groups.google.com/d/msgid/jaringan-kerja-indonesia/877963961.657126..1567313283722%40mail.yahoo.com
<https://groups.google.com/d/msgid/jaringan-kerja-indonesia/877963961.657126.1567313283722%40mail.yahoo.com?utm_medium=email&utm_source=footer>
 
..
  • [GELORA45] ... ChanCT sa...@netvigator.com [GELORA45]
    • AW: [... 'arif.hars...@t-online.de' arif.hars...@t-online.de [GELORA45]

Kirim email ke