https://www.gatra.com/detail/news/447836/politik/presiden-jokowi-diminta-tegas-untuk-selesaikan-kasus-papua


*Presiden Jokowi Diminta Tegas untuk Selesaikan Kasus Papua*

Gatra.com | 29 Sep 2019 21:36



*Jakarta, Gatra.com* – Kerusuhan yang terjadi di Wamena pada Senin (23/9)
telah menyisakan duka yang mendalam bagi rakyat Papua dan masyarakat
Indonesia. Kejadian memilukan itu telah merenggut nyawa korban puluhan
warga sipil yang bermukim di Papua. Sebagian besar dari warga yang menjadi
korban adalah penduduk pendatang.

Anggota Komisi I DPR Sukamta menyatakan keprihatinan dan duka cita atas
jatuhnya korban jiwa serta kerusakan rumah dinas, ruko dan kantor bupati
akibat amuk massa dalam kerusuhan di Wamena.

“Saya berharap kejadian ini tidak terulang lagi. Sejak awal kita sudah
ingatkan pemerintah bahwa persoalan Papua prioritas utama karena risiko
korban sipil yang tinggi”, ucap Sukamta. Politisi PKS tersebut menyesalkan
kejadian di Wamena tidak terdeteksi dengan baik oleh intelijen dan aparat
terkait padahal kerusuhan serupa telah terjadi di Sorong, Jayapura, dan
beberapa daerah di Papua.

Hal tersebut terang Sukamta menunjukkan pemerintah belum memiliki *sense of
urgency* dalam menyelesaikan sengkarut konflik di Papua. “Saya berharap
kelalaian ini tidak terulang kembali. Pemerintah harus melakukan kerja
faktual untuk Papua bukan sekadar kerja simbolis apalagi upaya mengalihkan
dengan isu yang lain,” ujarnya.

Untuk langkah konkret jangka panjang, legislator asal dapil Yogyakarta itu
menyarankan kepada pemerintah untuk membuat Tim Adhoc Penyelesaian Konflik
Papua. Pemerintah menurutnya juga perlu menambah jumlah personel aparat
keamanan khususnya kepolisian dengan prioritas tugas menjaga keselamatan
warga sipil dan menciptakan situasi aman terkendali.

“Sekali lagi persoalan Papua sangat serius, karena terkait dengan
keselamatan jiwa warga sipil, maka wajib dituntaskan dulu. Wacana
Pemindahan ibu kota bisa dibahas lain waktu setelah diselesaikan
persoalan-persoalan besar yang ada di depan mata,” tegasnya.

Dalam pandangan terpisah pengamat militer Wibisono mengatakan persoalan di
Papua harus dilihat secara komprehensif dimana pemerintah menangkap
keinginan dan “suara” masyarakat Papua. “Persoalan rusuh di Wamena bukanlah
suasana perang. Ketegangan di Papua selama ini membesar karena menyangkut
keinginan rakyat Papua untuk menyerukan referendum, ini setelah kejadian
insiden di asrama mahasiswa Papua, Malang dan Surabaya,” katanya kepada
*Gatra.com*, Sabtu (28/9).

Ia mengatakan masyarakat Papua terlarut emosi lantaran viralnya ejekan
bernada rasial. Ia berpandangan sentimen itu yang kemudian memantik
kemarahan masyarakat Papua tanpa melakukan klarifikasi yang cukup atas
kondisi itu.

“Akibatnya [sentimen rasial] rakyat Papua bangkit dan bergerak di seluruh
tanah mereka dengan menyuarakan merdeka yang dinilai ditunggangi asing.
Tapi kenapa kalau ada menyangkut pihak asing aparat kita justru lemah?
Sedangkan menghadapi demo adik-adik mahasiswa sangat refresif?,” ujarnya.

Kebencian rakyat Papua terang Wibi selama ini berakar dari kesenjangan
sosial antara masyarakat pendatang dan masyarakat pribumi asli. Stabilitas
keamanan dan politik di Papua saat ini menurutnya mencapai titik terendah.
Instabilitas Papua menurutnya harus disikapi dengan tegas tapi persuasif.
“Tegas bagi perusuh dan persuasif bagi aksi demo yang murni menyuarakan
suaranya”.

Atas kejadian kerusuhan di Wamena ia menyebutkan aparat keamanan kecolongan
dan gagal mengantisipasi kejadian tersebut. “Atas kejadian ini timbul
pertanyaan apakah masih ada perlindungan dari negara kepada warga
negaranya? Bagaimana negara memberikan kepastian atas nasib orang orang non
Papua di tanah Papua?,” ujarnya.

Ia menyarankan agar pemerintah menyegerakan dialog penyelesaian di Papua.
Presiden Joko Widodo menurutnya harus bersikap tegas untuk tidak membiarkan
terjadinya pembantaian etnis dari warga pendatang di Papua.

“Presiden Jokowi tidak boleh mentolerir pembantaian ini, masalah horizontal
dapat didekati dengan berbagai dialog namun pembantaian etnis haruslah
dilakukan dengan kekuatan aparat keamanan negara. TNI harus memperkuat
Polri, *at all force* dan *at all cost*,” pungkasnya.
------------------------------

*Editor: Andhika Dinata*

Kirim email ke