https://tabaos.id/ppm_95-kami-tolak-permintaan-maaf-wiranto/



PPM_95 : Kami Tolak Permintaan Maaf Wiranto

By

 *Redaksi* <https://tabaos.id/author/redaksi/>

05/10/2019

<https://i0.wp.com/tabaos.id/wp-content/uploads/WhatsApp-Image-2019-10-04-at-23.48.53.jpeg?fit=800%2C503&ssl=1>Menkopolhukam
Wiranto bersama para tokoh Maluku dalam pertemuan di Kantor Menkopolhukam.
Dalam kesempatan tersebut, Wiranto menyatakan permintaan maaf atas
pernyataannya yang dianggap menusuk perasaan pengungsi gempa Maluku, pada
Jumat (4/10/2019).

*TABAOS.ID <http://TABAOS.ID>*,- Sepertinya pernyataan  maaf Menkopolhukam
Wiranto kepada masyarakat Maluku tidak saja berakhir di kantor Kementrian
Polhukam Jakarta, jumat (4/102019) kemarin. Kali ini, permintaan Wiranto
dianggap tidak etis oleh masyarakat Maluku lainnya karena hanya dilakukan
di hadapan para masyarakat yang menyatakan diri mereka adalah tokoh Maluku.

“Tidak tepat dan kurang etis permintaan maaf Wiranto terhadap rakyat Maluku
terkait pernyataannya beberapa hari lalu. Tentu selaku putra Maluku secara
pribadi dan atas nama rakyat Maluku yang tergabung dalam Paparisa
Perjuangan Maluku (PPM_95 DJAKARTA) kami tidak bisa menerima permintaan
maaf Wiranto, terlebih pernyataan maafnya disampaikan di depan para tokoh
Maluku yang berdomisili di Jakarta dan dinyatakan di Jakarta,” ungkap
Koordinator Paparisa Perjuangan Maluku (PPM) Adhy Fadhly, dalam
rilisnya ke *tabaos.id
<http://tabaos.id>*, jumat kemarin.

Menurut Adhy, pernyataan maaf Menkopolhukam Wiranto dihadapan para tokoh
Maluku yang dilakukan di Jakarta merupakan langkah yang sangat tidak tepat.
Mereka yang hadir (para tokoh Maluku) bukan merupakan representatif dari
masyarakat Maluku. Kemudian mereka bukan korban gempa dan tidak pernah
merasakan penderitaan rakyat Maluku yang ada di tanah Maluku.

“Untuk itu kami tetap menolak permintaan maaf tersebut yang menurut kami
salah sasaran dan ini merupakan hal yang dianggap ampuh  untuk selalu
meredam berbagai gejolak interupsi dan kritikan dari Maluku yang kesemuanya
merupakan akumulasi kekecewaan terhadap perlakuan negara terhadap Maluku,”
ujar Adhy.

Kendati demikian, PPM tetap menghargai para tokoh Maluku yang hadir. Mereka
tetap merupakan orang tua kita. “Namun tidak selamanya apa yang dilakukan
para orang tua itu benar. Iya kan,” kata Dia.

Terkait persoalan ini sekali lagi ingin kami tegaskan, lanjut Adhy,
Paparisa Perjuangan Maluku (PPM_95Djakarta) tetap menolak permintaan maaf
Wiranto karena tidak tepat sasaran.

*Baca Juga*  *Pro Kontra Legalisasi Sopi, Wagub dan Bupati MBD Berupaya.
Murad : Saya Menolak Sopi Dilegalkan*
<https://tabaos.id/pro-kontra-legalisasi-sopi-wagub-dan-bupati-mbd-berupaya-murad-saya-menolak-sopi-dilegalkan/>

“Kami tetap berkomitmen pada apa yang telah kami sampaikan dalam Aksi Diam
1000 koin untuk Menkopolhukam Wiranto, sebagaimana dalam pernyataan sikap
pada point satu, bahwa; Menuntut permintaan maaf Wiranto terhadap rakyat
Maluku khususnya korban gempa dan itu dilakukan di tanah Maluku. Jadi sudah
jelas, bukan di depan para tokoh Maluku di Jakarta yang diundang ke kantor
Menkopolhukam,” tegas Adhy lagi.

Adhy menambahkan, kami -PPM dan masyarakat Maluku- sepakat dengan
pernyataan salah satu tokoh senior Maluku, Amir Hamzah.

“Beliau menyarankan Menkopolhukam meminta maaf kepada rakyat Maluku dan itu
dilakukan dengan cara mengunjungi Maluku. Janganlah kita mencari panggung
di atas duka saudara – saudara kita,” ujar Adhy menirukan pesan mantan
Ketua Pokja Penyelesaian Konflik Maluku ini.

Dalam kesempatan yang sama Adhy juga menyampaikan pesan janganlah kita
menjadi para safety player di atas duka saudara – saudara kita di Maluku.
Jika ini yang terus terjadi sama halnya akan ada proses menuju pembenaran
sebuah kalimat bahwa “Maluku adalah bangsa yang rendah dari yang terendah”.

“Kita bisa lihat akibat dari cara – cara ini, semua penghinaan yang
dialamatkan kepada Maluku tidak satupun di tindaklanjuti. Tentu kita semua
masih ingat sekitar dua tahun lalu, disaat Baju Adat Bangsa Maluku yang
dikenakan Presiden kita yang terhormat Bapak Joko Widodo, dihina. Kasus
itupun setelah di laporkan bahkan seluruh Tokoh Adat (Majelis Latupati)
Maluku datang ke Jakarta, namun hasilnya tidak pernah ditindaklanjuti. Ini
akibat dari budaya kita yang selalu menerima dengan gampang sebuah
ketidakadilan,” geram Adhy.

Sebelumnya Protes dan kecaman terhadap pernyataan Menteri Koordinator
Bidang Politik, Hukum dan Keamanan (Menkopolhukam)Wiranto terus dilakukan
oleh masyarakat Maluku.

*Baca Juga*  *BMKG : Tsunami di Selat Sunda Beberapa Waktu Lalu, Juga Bisa
Terjadi di Maluku. Apa Alasannya ?*
<https://tabaos.id/bmkg-tsunami-di-selat-sunda-beberapa-waktu-lalu-juga-bisa-terjadi-di-maluku-apa-alasannya/>

Pernyataan yang menyebutkan warga Maluku yang saat ini masih mengungsi
sangat membebani Pemerintah Pusat, sepertinya berbuntut panjang.

Kali ini kecaman datang dari sejumlah pemuda yang menamakan diri mereka
Paparisa Perjuangan Maluku 95Djakarta atau PPM_95Djakarta yang melakukan
aksi protes terhadap pernyataan Menkopolhukam tersebut.

Kecaman terhadap mantan panglima ABRI ini dilakukan dengan penggalangan
dana aksi diam 1000 koin di sejumlah ruas jalan utama di kota ambon dan
juga tempat keramaian.

Dari pantauan jurnalis *tabaos.id <http://tabaos.id>* di lapanagan
terlihat, massa bergerak menuju depan lampu merah pos kota tepat di depan
kantor pengadilan tinggi ambon untuk membagi-bagikan selebaran dan juga
menggalang uang koin 1000 rupiah dari pengendara.

Dengan memakai tagar #Maluku tidak minta gempa, para pemuda ini berjalan
kaki menghampiri warga di sejumlah ruas jalan, yaitu Sultan Hairun, Slamet
Riyadi, hingga Jalan Ay Patty, Kota Ambon, Rabu (2/10/2019).

Terlihat, para pengendara maupun pejalan kaki memberikan uang pecahan koin
seribu rupiah secara sukarela. Mereka memasukan uang koin itu ke dalam
kardus yang tertulis “*Aksi Diam #Seribu (1000) koin dari Maluku untuk
Wiranto Menkopolhukam*.”

Tak saja di jalan umum, para pemuda ini bergerak di sejumlah pertokoan
maupun kafe di jalan A.Y. Patty Ambon. Selain menggalang dana mereka juga
membagi-bagikan selebaran pernyataan sikap untuk Wiranto.

Koordinator aksi Rido saat diwawancarai mengatakan aksi yang dilakukan oleh
mereka merupakan kekesalan sebagai anak Maluku yang merasa telah diinjak
martabatnya oleh Wiranto. Bahkan dirinya mengatakan, pernyataan Wiranto
tersebut merupakan kekonyolan berpikir dari seorang pejabat negara.

“Wiranto tidak menyadari dan paham betul fungsi dan kewajiban negara
terhadap negaranya. Terkait apa yang terjadi di Maluku, pasca gempa, itu
bukan keinginan orang Maluku,” tegasnya saat berjalan meminta uang koin
pecahan 1.000  di sepanjang pertokoan A.Y.Patty.

*Baca Juga*  *Maluku Rawan Tsunami, BMKG Himbau Warga di Sekitar Pantai
Waspada*
<https://tabaos.id/maluku-rawan-tsunami-bmkg-himbau-warga-di-sekitar-pantai-waspada/>

Pernyataan Wiranto, tambah Rido, sungguh membuat luka mendalam bagi segenap
rakyat Maluku, apalagi Maluku saat ini baru mengalami bencana gempa yang
mengakibatkan jatuhkan korban jiwa. pernyataan Wiranto tersebut  menurut
Dia, terkesan  menganggap nyawa rakyat Maluku tidak lebih berharga dari
sejumlah bantuan pemerintah yang telah disalurkan kurang lebih 3 sampai 4
miliar rupiah.

Meskipun demikan tegas Rido,  aksi Paparisa Perjuangan Maluku
(PPM_95Djakarta) tidak bisa dihentikan oleh apapun atau siapapun,selain
permintaan maaf Wiranto di tanah Maluku.

*Kembalikan Bantuan Pemerintah*

Baru-baru ini gempa berkekuatan 6,5 SR melanda Maluku. Kondisi Maluku pun
luluh lantankan rumah warga di tiga kabupaten kota di Maluku. Masyarakat
menyalamatkan diri ke dataran yang lebih tinggi agar terhindar dari gempa
susulan maupun tsunami. Bantuan untuk masyarakat Maluku yang mengungsi
sudah mulai berdatangan. Pun bantuan yang digalang PPM 95 Djakarta sudah
terdistribusi pada pengungsi di lima titik pengungsian yang terletak di
gunung.

Tidak kurang juga bantuan dari pemerintah telah sampai ke pengungsi. Namun
apa yang dialami dan dirasakan masyarakat Maluku, saat menerima bantuan
tapi dibarengi pula pernyataan pejabat pemerintah pusat yang sungguh
menusuk hati.

“Untuk masalah bantuan ini kami sempat mendapat informasi bahwa  para
pengungsi sudah siap mengembalikan apa yang pemerintah berikan,” pungkas
Adhy.

Mengakhiri perbincangan, Adhy menandaskan, tidak semua persoalan harga diri
Maluku harus diselesaikan di Jakarta. (*T05*)

Kirim email ke