https://www.antaranews.com/berita/1148200/arkeolog-sebut-tidak-ada-pribumi-asli-indonesia
Arkeolog sebut tidak ada pribumi asli
Indonesia
Selasa, 5 November 2019 18:16 WIB
Arkeolog Dr. Harry Widianto (kiri), Ketua Umum PSI Grace Natalie
(tengah) dan sejarawan Dr. Bondan Kanumoyoso dalam diskusi di Jakarta,
Selasa (5/11/2019). ANTARA/Prisca Triferna/pri.
Jakarta (ANTARA) - Menurut arkeolog Dr. Harry Widianto tidak ada yang
bisa disebut sebagai pribumi asli di Nusantara, karena berdasarkan
genetika sendiri ras di Indonesia sudah bercampur meski berasal dari
pohon evolusi yang sama dan berasal dari Afrika.
"Kita itu rumit karena datang dari mana-mana. Dari Afrika datang,
Melanesia masuk, dari Australia Tenggara ada, dari Taiwan dan China juga
ada. Yang bermigrasi ke Nusantara itu sangat banyak," ujar Harry dalam
diskusi Jejak Manusia Nusantara dan Peninggalannya yang diadakan oleh
Historia.id di Museum Nasional, Jakarta Pusat, Selasa.
Harry menjelaskan bahwa nenek moyang Indonesia berdasarkan genetis
sendiri berasal dari beberapa gelombang migrasi yang dimulai ketika
manusia modern atau Homo sapiens keluar dari benua Afrika sekitar
150.000 tahun lalu.
*Baca juga: "Nyai": Kisah wanita pribumi dalam pusaran konflik era
kolonial Belanda
<https://www.antaranews.com/berita/755713/nyai-kisah-wanita-pribumi-dalam-pusaran-konflik-era-kolonial-belanda>*
Homo sapiens itu bermigrasi ke wilayah yang kini disebut sebagai
Indonesia melewati jalur selatan Asia menuju Paparan Sunda sekitar
70.000-45.000 tahun lalu. Keturunan tersebut menetap di timur nusantara
sekitar daerah Papua dan Halmahera, mereka kini disebut sebagai ras
Melanesia.
Sementara itu sekitar 4.000 tahun lalu terjadi migrasi oleh penutur
Austronesia yang juga berciri subras Mongoloid yang berasal dari Taiwan.
Kelompok yang keluar dari Taiwan itu sendiri sebenarnya berasal dari
daerah Fujian yang berada di China modern saat ini.
Kelompok yang keluar dari Taiwan itulah yang menjadi nenek moyang
suku-suku dan etnis di Indonesia bagian barat, oleh karena itu tidak
mengherankan jika genetik Tionghoa besar di wilayah tersebut.
*Baca juga: Arkeolog: Papua anak sulung bangsa Indonesia
<https://www.antaranews.com/berita/1147592/arkeolog-papua-anak-sulung-bangsa-indonesia>*
Sementara itu, jika ditelusuri secara genetika orang-orang yang berada
di Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur adalah pencampuran dari
kedua ras tersebut.
"Jadi kita ini bermacam-macam. Terjadi evolusi lokal, ada juga pertemuan
dua bentuk fisik yang menghasilkana pencampuran DNA. Ada juga pendatang
dari Taiwan, jadi kompleks tidak bisa digeneralisasi. Tapi kita berasal
dari pohon evolusi yang sama sejak 70.000 tahun lalu," ujar arkeolog
Balai Arkeologi Yogyakarta itu.
Dia menegaskan bahwa harus bisa membedakan antara ras dan etnis. Ras
adalah berdasarkan fakta biologis, genetika yang berada di dalam tubuh
sementara suku dan etnis adalah bentukan dari budaya.
*Baca juga: Arkeolog senior minta video Sriwijaya fiktif Ridwan Saidi
dicabut
<https://www.antaranews.com/berita/1038782/arkeolog-senior-minta-video-sriwijaya-fiktif-ridwan-saidi-dicabut>*
Pewarta: Prisca Triferna Violleta
Editor: Muhammad Yusuf
COPYRIGHT © ANTARA 2019